4. DERITA YANG TAK BERUJUNG

Akupun terkejut orang yang baru saja di pikirkan muncul di hadapanku dan berkata, "Apa kabar, Sunny! Lama tak berjumpa, tak di sangka kita akan bertemu dalam keadaan kau yang tak berdaya di tempat tidur selama bertahun-tahun dan aku seorang dokter ahli jantung. Memang ini pantas untukmu! Sampai kapan kau akan bertahan seperti ini? Apa kau tak lelah? Mungkin kau tidak! tapi Arka yang sudah sangat lelah. Hanya satu hal yang bisa kau lakukan untuknya yaitu menghilanglah untuknya selamanya." kata Yora sambil pergi berjalan keluar.

Kata-katanya bagaikan seribu jarum yang menusuk hatiku, andai aku bisa keluar dari tempat ini aku akan mengatakan bahwa dia tidak tahu betapa lelahnya aku harus menunggu seperti ini. Sungguh, saat ini rasanya aku ingin berteriak sekuat-kuatnya. Tapi percuma tak ada yang bisa mendengarku.

Tak pernah terbayang olehku bahwa hidupku akan jadi seperti ini pada akhirnya, aku kehilangan segalanya. Orang tuaku, masa mudaku, waktuku, karirku, bahkan mimpiku. Apa aku masih pantas untuk tetap hidup?

Terkadang aku berfikir aku ingin kembali ke masa yang telah berlalu, yaitu masa yang tidak akan pernah kurasakan kembali.

Aku sangat ingin melakukan banyak hal yang belum pernah aku lakukan sebelumnya, aku ingin momen-momen yang indah itu bisa aku rasakan kembali.

Sendiri itu menakutkan tetapi aku harus terbiasa dengan kesendirian.

Karena entah kapan ini akan berakhir, entah sampai kapan kesepian dan ketakutan ini akan berlalu.

Sekarang aku mengerti apa artinya waktu, saat kita masih di berikan waktu kehidupan terkadang kita menyia-nyiakan dengan segala kesedihan yang membuat kita kehilangan waktu yang berharga. Akupun menyesali perkataan yang sering aku katakan dengan spontan saat aku masih bisa melakukan banyak hal tetapi sikap keras kepala dan perkataanku yang sering aku katakan saat aku tertekan yaitu aku ingin menghilang. Sangat membuatku menyesalinya.

Aku sangat iri dengan kehidupan temanku yang lainnya, mereka bisa terus melangkah kedepan dan menggapai mimpi mereka. Tetapi tidak denganku yang harus menderita kesepian dalam kegelapan yang tak berujung ini. Aku lelah hidup dalam kesendirian dan kesepian, di mana hanya kudengar gema dari pikiranku sendiri, terputus dari seluruh dunia, dan terjebak dalam kenangan.

Namun aku percaya saat aku merasa sendiri, ada seseorang yang sedang memperhatikan aku dan berharap aku bisa terbangun dari tidur panjang ini.

Aku merasa sedih atas apa yang hilang dari hidupku Namun aku memilih bahagia atas apa yang masih aku miliki. Dan terkadang aku berfikir kesendirian itu menyenangkan kalau kita tau bagaimana memanfaatkan waktu itu. Dan sekarang aku menikmati hidup di duniaku sendiri, tanpa ada seseorang yang harus mendengar ceritaku ataupun tau isi hatiku.

Beberapa saat kemudian Arka datang menghampiriku, dan tak seperti biasanya kali ini ia mengatakan "Cepatlah bangun dari tidurmu, aku akan selalu menunggumu sampai habis umurku." entah bahagia yang harus aku katakan karena bisa memilikinya atau kesedihan yang tak berujung yang membuatnya menderita karenaku.

Aku ingin melihat wajahmu tetapi bisa mendengar suaramu saja sudah membuatku bahagia. Tak ada kata yang bisa di rangkai untuk kebahagiaanku bisa memilikimu di dalam hidupku.

Namun apa yang bisa aku lakukan untukmu, berada untuk tetap di sinipun juga bukan kehendak diriku apalagi keluar dari sini yang bukan memerlukan kemauan dari diriku.

Tiba-tiba saja handphone Arka berbunyi, namun karena dia sedang membereskan sesuatu dia tidak mengangkat panggilan itu. Tetapi handphonenya terus berbunyi, hingga ia memutuskan untuk mengangkat panggilan itu dan menekan speaker telefonnya. Agar sambil bekerja ia dapat sambil berbicara, tapi tak di sangka panggilan itu membawah kabar buruk yang sulit di percaya.

Cuaca buruk akibat badai salju dan petir yang dahsyat yang datang tiba-tiba saat kedua orang tuanya sedang melakukan perjalanan bisnis ke Canada membuat mereka mengalami kecelakaan pesawat yang tak terduga.

Arka yang tak percaya kabar itu, langsung memeriksa berita di internet dan benar saja kecelakaan pesawat itu menyebabkan semua maskapai dan penumpang tak satupun yang selamat.

Hal itu membuat dia menangis seperti anak kecil, tak dapat aku membayangkan semua luka yang dia rasakan.

Kakeknya yang meninggal saat belum lama kami kecelakaan dan sekarang kedua orang tuanya yang juga harus pergi untuk selamanya. Sungguh besar derita yang harus ia rasakan, dan aku takut bagaimana jika aku juga pergi untuk selamanya meninggalkan Arka.

Aku tak sanggup membayangkan semua itu, aku sungguh tak sanggup merasakan perasaannya yang benar-benar terluka. Aku sadar sekarang bahwa saat kita pergi akan ada orang yang kita cintai yang akan sangat terluka.

Beberapa minggu kemudian barulah di temukan jenasah yang di identifikasi kedua orang tua Arka, ia pun pergi memeriksanya. Setelah itu ia pergi ke acara pemakaman kedua orang tuanya, yang di adakan pemakaman massal di kanada.

Hal itu sungguh sangat membuat dirinya terpuruk oleh kesedihan yang menyudutkannya hingga tak memberi ruang bernafas, ia terus bekerja setiap waktu tanpa beristirahat dan menciptakan sebuah tekanan untuk menghukum dirinya sendiri.

Aku bermohon kepada Tuhan untuk memberikan aku waktu semenit saja untuk memelukmu sekarang ini, sungguh aku sangat merindukanmu. Ku harap kau percaya bahwa di sini aku bisa mendengarkanmu.

Tetapi aku bahkan mulai ragu bahwa aku bisa keluar dari sebuah derita yang tak berujung ini, inginku melihat sebuah pelangi sekarang ini. Agar aku tau bahwa hidup ini indah dan layak untuk aku agar terus tetap berjuang menunggu indahnya pelangi di dalam kegelapan. Yang akan membebaskanku untuk semua derita ini.

Airmata ini terus mengalir sepanjang waktu, apa arti semua luka ini? Kenapa

harus aku yang merasakan ini. Aku seperti sebuah karang yang terus di hantam oleh ombak, namun aku tak bisa berkata apalagi pergi.

Tak pernah aku merasakan luka yang begitu besar seperti saat ini sejak aku terlahir, setiap hari terasa malam bagiku yang terasa hampa dan gelap gulita. Bahkan tak satupun bintang yang terlihat menghiasi malam hariku, tak usah kau tanya tentang matahari karna bahkan aku lupa perasaan panasnya matahari menyinari. Hari-hariku begitu gelap dan suram, hatiku membeku tak merasakan apapun lagi, sungguh aku benar-benar menyerah akan semua derita ini.

"Tetapi bagaimana dengan Arka?" itu adalah pertanyaanku kepada diriku sendiri saat aku ingin menyerah.

Betapa sulit untuk membuat keputusan yang akan mengubah segalanya, terkadang aku takut memilih jalanku karna aku takut dengan pilihanku sendiri. Tetapi apa aku akan terus seperti ini, sampai waktuku habis sia-sia.

Akupun tak bisa berbuat apa-apa, hingga aku memutuskan untuk keluar dari cahaya kecil ini, aku benar-benar menyerahkan semua hidupku kepada Tuhan. "Tuhan, jika hidupku harus berakhir seperti ini. Maka biarkanlah ini berakhir sekarang, dan jika aku masih punya waktu biarlah aku pergi sekarang." kataku sambil melangkah kedepan.

Saat langkah pertama baik-baik saja, namun aku tak perduli dengan langkah selanjutnya. Akupun langsung berlari sangat cepat entah kemana, hingga cahaya yang bersinar seperti matahari menerangiku membuat mataku bahkan tak bisa di buka. Tetapi cahaya itu masih terlihat dengan jelas, hingga akhirnya aku memulai membuka mataku perlahan dan dan cahaya itu memudar perlahan. Terlihatlah olehku ruangan yang berbeda dan cahaya kecil yang muncul saat aku membuka mataku perlahan.

                                             •••

                                            BERSAMBUNG..