Cinta memang sulit di prediksi. Bagaimana bisa ia mencintai gadis yang sama. Dokter Zhaffran mencoba menepis kepedihan nya tapi ia juga tidak bisa memungkiri perasaan nya kalau ia sudah jatuh cinta kepada Aisyah.
"Sekarang aku sudah tidak bisa lagi merasakan cinta dari orang lain karena cintaku hanyalah untukmu, walaupun kau tidak tahu apa yang kurasakan, Aisyah!" Ucap Dokter Zhaffran dengan suara yang lirih.
Hati nya gundah setiap ia mengingat Aisyah .Cinta pertamanya membuat ia sungguh tersiksa. Ia merasa resah sehingga ia tertidur dengan air mata yang masih mengalir dan mungkin tidur adalah obat sementara untuk melupakan gadis yang baru saja ia cintai.
***
Pukul 06.00 pagi,Aisyah bergegas membereskan barang-barangnya untuk di bawa ke kost baru Aisyah.Ia di antar oleh Dokter Kyne dan Rania sahabatnya.
"Kamu sudah selesai semua nya, Aisyah?Mari Aku bantu kalau belum selesai?" Rania mencoba menawarkan bantuan kepada Aisyah.
"Oh,nggak usah Rania,Aku sudah selesai.Ayo,kita berangkat sekarang! "
"Dengan siapa?"Tanya Rania.
"Nanti kita akan di antar oleh Dokter Kyne.Baru saja ia menghubungiku,kalau kita di suruh menunggu 10 menit lagi. Ia sedang dalam perjalanan sekarang."
"Oke,baiklah ! Kalau begitu kita sarapan dulu,sudah Aku siapkan nasi goreng spesial untuk Kamu."
"Aku tidak bisa membalas kebaikanmu,Rania. Semoga Allaah yang membalas semuanya. Aamiin."
"Aamiin. Aku senang bisa membantumu Aisyah. Aku juga kangen kita makan sama-sama lagi. Kamu dulu makannya banyak lho,Aisyah." Rania mulai meledek Aisyah yang mulai menyantap nasi goreng dengan lahapnya.
"Bukannya Kamu yang sampai sekarang tidak pernah kalah kalau lomba makan denganku,he..he..he..." Aisyah membalas guyonan Rania dengan tawa yang pelan.
"Huhhh...Kamu yah tidak mau kalah denganku, Aisyah! Bibir Rania agak sedikit maju mendengar Aisyah sudah pandai membalas candaannya.
"Ya sudah...ayo kita makan!"
Tin..tin..bunyi klakson mobil Dokter Kyne. Memberi isyarat kalau ia sudah sampai.Kedua tangan nya penuh dengan kantong yang berisi makanan. Ia berniat untuk memberikannya kepada Aisyah dan Rania.
"Kamu sudah sarapan, Aisyah?Ini Aku bawakan makanan untuk Kamu dan Rania."Dokter Kyne menyodorkan kantong plastik yang berisi makanan.
"A..aku..sudah sarapan,Kyne. Maaf,baru saja Aku dan Rania sarapan.Rania membuatkanku nasi goreng. Kamu mau Aku ambilkan nasi goreng,Kyne?"
"Oh,tidak. Terimakasih.Aku juga sudah sarapan."
"Semua makanan ini bagaimana kalau kita bawa ke kost Aisyah?kita bisa makan sama-sama di sana?" Rania mencoba memberi saran.
"Boleh,Aku setuju." Jawab Kyne dan Aisyah.
bersamaan.
Mereka berdua kemudian saling berpandangan.Aisyah sangat malu ketika berbicara bersamaan dengan Kyne. Entah rasa apa yang ia rasakan sekarang,yang pasti nya muka nya merah padam menahan malu dan gugup.
"Seperti nya kalian pasangan yang serasi,he..he..he..." Rania tertawa melihat kedua orang di hadapannya tersipu-sipu malu.
"Sudahlah Rania...ayo kita berangkat!"
"Mari Aisyah,Aku bantu bawa barang-barang Kamu." Dokter Kyne langsung cepat-cepat merubah mimik nya agar tidak ketahuan kalau ia juga sebenarnya merasa gugup.
"Terimakasih,Kyne." Jawab Aisyah singkat.
***
"Duh..kepalaku sedikit pusing dan badanku rasa nya tidak enak.Aku sepertinya butuh istirahat." Keluh dokter Zhaffran sambil mengambil gawai nya untuk menelepon pihak rumah sakit,ia akan ambil cuti untuk 2 hari.
Setelah menelepon pihak rumah sakit, Dokter Zhaffran terdiam. Ia bersandar ke kursi dan mengacak-acak rambutnya. Wajah tampannya yang ke Arab-araban tampak terlihat muram. Baru saja ia merasakan cinta dan langsung saja hilang. Ia bisa saja memperjuangkan cintanya tapi kini yang menjadi lawannya sahabatnya sendiri.Kyne lebih awal kenal dengan Aisyah dan seperti nya Aisyah juga menyukai Kyne. Walaupun ia seorang dokter tapi Zhaffran memiliki sisi psikologi yang bisa membaca sikap atau perasaan orang lain.
Kriiingg..kring...ada panggilan masuk dari gawai milik Dokter Zhaffran.
"Assalamualaikum,Abbati.Gimana kabar Abbati dan Ummi?"
"Abbati baik, Alhamdulillah.Sepertinya suara Kamu serak,Anakku. Apa Kamu sedang sakit?"
"Oh,tidak Abbati. Zhaffran sehat Alhamdulillah,hanya sedikit kelelahan saja nanti di bawa istirahat juga in Syaa Allaah akan membaik. Abbati telepon Zhaffran ada masalah kah di rumah?"
"Abbati mau tanya,Kamu jadi kan pulang Minggu Ini?"
"In Syaa Allaah Abbati. Ta..pi...."
"Kenapa Anakku?"
"Aku pulang bukan untuk acara perjodohan itu!"
"Abbati sudah mempersiapkan semuanya,tidak mungkin Abbati batalkan. Kamu bisa menemui gadis tersebut terlebih dahulu. Abbati tidak akan memaksa kalau Kamu tidak cocok dengannya. Tapi,Abbati harap Kamu tidak mengecewakan Kami."
" Baiklah" Ucap Zhaffran dengan nada lesu.
"Kalau begitu Abbati akan memberi tahu Ummi kalau Kamu akan pulang Minggu ini. Jagalah kesehatan Kamu,Nak !"
"In Syaa Allaah Abbati."
Dokter Zhaffran mengakhiri percakapan dengan ayahnya.Kini pikirannya yang sedang pusing tambah pusing dengan acara perjodohan orang tuanya. Kalaupun ia menolak ia tidak mempunyai alasan,karena ia sendiri pun belum mempunyai calon pendamping hidup.
***
"Kapan Kamu akan pulang ke Bandung?" Tanya Kyne kepada Aisyah
"In Syaa Allaah besok"
"Mau Aku antar ke terminal?"
"Tidak perlu,Kyne. Terimakasih!"
"Dengan Rania tentu nya bukan kita berdua saja. Apa Kamu setuju Rania untuk mengantar Aisyah besok ke Terminal? Setelah itu kita jemput Mommy di rumah sakit. Kamu bisa menemani Mommy untuk menginap di rumah.Mommy pasti membutuhkan bantuan mu.
"Aku setuju, Dokter Kyne. Kebetulan Aku juga belum menjenguk Ny. Evelyn.Aku kangen omelan beliau."Rania tersenyum mengingat hampir setiap hari ia di beri omelan oleh nyonya nya,itu juga tak lepas karena Rania sering terlupa atau pikun dalam mengerjakan sesuatu.
"Bagaimana Aisyah, apakah Aku masih boleh mengantarkanmu besok?"
"Hmm... baiklah, Kyne...."Jawab Aisyah.
"Aisyah,apa Kamu akan kembali lagi ke Jakarta?" Tanya Rania sambil membereskan barang-barang milik Aisyah.
"In Syaa Allaah Aku akan kembali ke Jakarta.Aku masih berharap diterima menjadi guru tahfidz di TK Al Kareem.Kalau pun tidak,Aku akan tetap mencari kerja di Jakarta. Semoga bisa mengurangi beban kedua orang tuaku dalam menyekolahkan adik-adikku."
Aisyah anak pertama dari tiga bersaudara. Ia memiliki adik perempuan yang masih bersekolah di tingkat SMA. Ayahnya hanya seorang guru honorer dan ibunya seorang guru ngaji di kampungnya.Dari kecil Aisyah sangat pintar sehingga ia sering mendapatkan beasiswa di sekolahnya.
"Ada masalah kah Aisyah dengan orang tuamu di Bandung?" Tanya dokter Kyne ingin tahu.
"Entahlah,ibu belum bercerita. Ia hanya menyuruhku untuk pulang dahulu. Aku harap ini bukan sesuatu yang buruk."
"Aku harap demikian." Dokter Kyne ikut menimpali.
"Terimakasih,Kyne."
"Untuk apa?"
"Untuk semuanya. Kamu sudah mau membantuku mencari tempat tinggal di Jakarta.Aku berhutang budi kepadamu."
"Aku senang membantumu.Hmm...Aisyah bolehkah kita berbicara sebentar diluar?"
Aisyah melirik Rania meminta pertolongan. Aisyah tidak mungkin berbicara berdua dengan Kyne.Ada rasa yang beda ketika ia hanya berdua dengan Kyne dan ia juga takut akan melawan syariat ketika berduaan dengan bukan mahramnya.
"Kyne,maaf kita bicara disini saja. Apa Kamu keberatan?"
"Please Aisyah tidak sampai lima menit. Kamu tunggu Aku di depan pintu saja. Aku ingin mengambil sesuatu untukmu." Dokter Kyne pergi ke arah mobilnya.
Aisyah mengikuti Dokter Kyne dan terhenti di depan pintu kamar kostnya. Dari jauh Aisyah melihat Kyne membawa sesuatu ditangannya.
" Aisyah...Aku ingin memberikan ini untukmu. Aku harap Kamu mau menerimanya." Dokter Kyne memberikan bunga mawar putih yang diselipkan kartu ucapan untuk Aisyah."
"Kyne,A..ku..Aku tidak bisa menerimanya. Maafkan Aku!"
"Aisyah...Aku mencintaimu! Aku takut Kamu tidak kembali ke Jakarta. Aku takut tidak bisa bertemu denganmu lagi. Terimalah ! Setidaknya Aku sudah mengungkapkan perasaan yang membuat dadaku sesak setiap hari."
Aisyah terdiam.Ia menatap Kyne dengan dalam.Melihat mata Kyne yang seolah-olah menunjukkan kalau mata itu jujur menunjukkan perasaan si pemiliknya.
Aisyah takut kalau menerima pemberian dari Kyne,maka perasaan ia terhadap Kyne akan ikut semakin dalam. Tapi ia berpikir kalau ia dan Kyne tidak mungkin bisa bersatu.Andai saja Kyne seorang muslim mungkin ia akan menyuruh Kyne menemui orang tuanya.Ditepisnya perasaan itu,karena ia tahu itu hanya harapan sia-sia. Ia tidak boleh banyak berharap.
"Aisyah,please!Aku mohon!Kenapa Kamu terdiam?"
Aisyah akhirnya tidak tega melihat wajah Kyne yang memohon dan menerima pemberian dari Kyne.
"Baiklah,Kyne,Aku terima. Terimakasih."
"Terimakasih juga Aisyah,Kamu sudah mau menerima pemberian dariku."
"Ayo,kita masuk kembali ! Rania mungkin sedang menunggu kita."Ajak Aisyah kepada Kyne.
"Hmm..tolong sampaikan saja salam ku untuk Rania. Aku harus ke rumah sakit sekarang!"
"In Syaa Allaah. Kyne, Terimakasih untuk hari ini."
"Sama-sama Aisyah. Aku permisi!"
Diam-diam Aisyah tidak langsung masuk ke kamar. Ia malah menunggu Kyne sampai menjauh dan tidak terlihat lagi. Ada rasa perih dengan apa yang ia rasakan. Bagaimana ia harus melawan perasaan ini. Bukankan cinta ini datang tiba-tiba dan ia tidak bisa membalasnya.
"Astaghfirullah...Aku tidak bisa seperti ini terus. Aku harus membuang perasaan ini. Mungkin ini hanya rasa kagum karena kebaikan dokter Kyne kepadaku." Aisyah mencoba mengelak apa yang ia rasakan.
***
"Zhaffran,Kamu dimana?" Tanya Dokter Kyne kepada sahabatnya.
"Aku di rumah,Kyne."
"Kamu tidak ke rumah sakit?"
"Aku cuti 2 hari."
"Apa Kamu sedang istirahat?"
"Tidak,Aku ambil cuti hanya untuk menenangkan diri sementara,Kyne."
"Bisakah nanti siang kita bertemu di Cafe kemarin?"
"In Syaa Allaah Aku usahakan."
"Terimakasih, Zhaffran.Aku tunggu jam 14.00s siang di cafe Florida."
"Oke,Kyne. In Syaa Allaah Aku akan datang."
Sebenarnya Zhaffran ingin menghindari sesuatu yang berkaitan dengan Aisyah terlebih dengan Kyne. Tapi ia tidak enak menolak ajakan sahabatnya. Ia berharap kali ini pertemuannya dengan Kyne tidak ada hubungannya dengan Aisyah. Karena sudah tentu akan membuatnya sakit hati.
Zhaffran mengambil sebotol air mineral dingin dari dalam kulkasnya. Sarapan pagi yang sudah disiapkan asistennya masih utuh tergeletak di atas meja.Ia tidak menyentuh sedikit pun bahkan selera makannya ikut menghilang bersamaan dengan hancur perasaannya.
Tok..Tok..Tok..
Tuan Zhaffran,sarapan dulu! Apa mau Bibi buatkan yang baru?Tanya Bi Ijah kepada Tuan nya yang sudah ia urus dari kecil.
"Aku nggak lapar,Bi. Untuk Bibi saja sarapannya!"
"Kalau Tuan sudah lapar,nanti beri tahu Bibi yah!"
Pintu tetap tidak dibukakan oleh Zhaffran.Ia memilih menyendiri di kamarnya.Ia pun yang hari-harinya selalu bersemangat kini seperti hampa.
Kalau mencintaimu begini sakit nya,Aku lebih memilih untuk tidak bertemu denganmu, Aisyah."Zhaffran membatin.
Sedikit terbesit oleh Zhaffran untuk berusaha mendapatkan cinta Aisyah. Aisyah masih sendiri jadi siapapun berhak untuk mendapatkan cintanya. Sebelum akad nikah terjadi cinta Aisyah masih patut di perjuangkan.
Kini kesedihan hatinya berubah menjadi semangat yang membara.Bahkan ia seperti lupa siapa yang akan menjadi lawannya dan acara perjodohan yang sudah ditetapkan oleh kedua orang tuanya. Yang ada di benaknya sekarang hanya untuk mendapatkan cinta Aisyah.
Zhaffran keluar dari kamarnya. Ia berniat untuk sarapan yang sebenarnya sudah cukup telat ,karena ia baru keluar dari kamar sejak kemarin. Perutnya terasa lapar. Di ambil nya sepotong sandwich berisikan telur,sayuran segar,keju, yang kemudian disiram dengan saus tomat dan mayonais di lengkapi teh rempah hangat kesukaannya.
"Bagaimana keadaannya,Tuan? "Tanya Bi Ijah asistennya di rumahnya.
"Alhamdulillah baik,Bibi tidak usah khawatir. Terimakasih ya sudah menyiapkan sarapan untuk Zhaffran." Zhaffran tersenyum hangat sama Bi Ijah yang sudah di anggap seperti ibunya sendiri.
"Sama-sama,Tuan. Jangan sampai disisakan Tuan sarapannya! Bibi tidak mau Tuan sakit."
"Bibi dari Aku kecil sampai sudah sebesar ini masih saja khawatir. Bibi sendiri sudah sarapan belum?"
"Alhamdulillah Bibi sudah sarapan dengan singkong rebus dan teh tubruk, Tuan."Ucap Bi Ijah sambil tersenyum
malu-malu.
"Bi, nanti siang Aku akan keluar. Ini ada uang untuk Bibi bisa di gunakan untuk keperluan Bibi!"
"Ndak usah, Tuan! Uang gaji dari Tuan juga masih ada. Lagian Bibi juga lagi belum perlu apa-apa."
"Terima ya,Bi! Zhaffran nggak mau tau pokoknya Bibi harus terima!" Paksa Zhaffran kepada Bi Ijah.
"Baiklah, Bibi terima uangnya. Terimakasih Tuan. Semoga Allaah memudahkan semua urusan Tuan."
"Aamiin. Bi,tolong doakan Zhaffran ya semoga Zhaffran bisa mendapatkan cinta sejati Zhaffran." Zhaffran tersenyum malu-malu.
"Ohhh...berarti murungnya Tuan Zhaffran karena masalah cinta yah?" Ledek Bi Ijah kepada Tuannya.
"Ah.. Bibi,kenapa Bibi jadi meledek Zhaffran?"Zhaffran misruh-misruh kemudian meminum segelas air putih untuk menghilangkannya rasa malunya.
"Bibi,kenal Tuan dari kecil.Tuan tidak pernah terlihat murung, kecuali kemarin dan hari ini. Bibi kira Tuan sedang sakit,ternyata Tuan sedang jatuh cinta,he..he..he.."Bi Ijah senang sekali meledek Tuan nya yang baru pertama jatuh cinta.
"Iyah benar,Bi. Zhaffran menyukai seorang wanita.Ia bernama Aisyah. Tetapi wanita yang Zhaffran cintai sepertinya mencintai sahabat Zhaffran dan sahabat Zhaffran juga mencintai wanita itu."Tiba-tiba muka Zhaffran kembali muram.
"Bibi mengerti,tetapi kan jodoh di tangan Allah jadi Tuan tidak boleh menyerah. Tuan harus percaya kalau Allaah sesuai dengan prasangka hambaNya."Bi Ijah mencoba menenangkan Zhaffran.
Iya Bi, terimakasih atas nasihat Bibi.Maaf, Zhaffran jadi curhat ke Bibi."
"Nggak apa-apa Tuan.Bibi senang bisa mendengar curhatan Tuan. Yang penting sekarang Tuan tenang dulu."
"Iya Bi."
***
"Rania,Kamu tidak ke rumah Ny. Evelyn?Tanya Aisyah
"Tidak, Aisyah.In Syaa Allaah besok setelah mengantar Kamu ke terminal, Aku dan Dokter Kyne akan menjemput Ny. Evelyn.Menurut Dokter Kyne In Syaa Allaah Ny. Evelyn akan pulang."
"Tolong sampaikan salamku untuk Ny.Evelyn.Aku ingin sekali bertemu dengannya."
"Akan Aku sampaikan salammu.Aisyah apakah Aku boleh menginap disini?"Rania sesekali melirik banyak makanan yang masih utuh belum tersentuh oleh mereka.
"Tentu Rania,kenapa tidak? Ini makanan dari Kyne,mari kita makan! Aku tahu Kamu pasti sudah lapar,iya kan?" Aisyah tertawa melihat Rania sudah melirik-lirik kantong plastik yang berisi makanan.
"Kamu tahu saja, Ayolah...Aku sudah tidak sabar!"
***
"Apaaa???Apa Kamu serius akan menjadi seorang muslim?"Tanya Zhaffran kepada Kyne dengan muka keheranan.
"Aku serius tidak main-main. Ajarkan Aku untuk beribadah sesuai dengan agamamu. Apa yang harus pertama kali Aku lakukan?"
"Hmmm...Apa ini semua karena Aisyah?"
"Itu salah satunya. Tapi,setelah bertemu dengan Aisyah ada bagian jiwaku yang selama ini seperti mati dan sekarang Aku merasakan seperti hidup kembali. Entah karena ada Aisyah atau Aku sedikit demi sedikit mulai tertarik dengan Islam dan ingin mempelajarinya.Bantu Aku , Zhaffran! Please...! Dokter Kyne memasang muka memohon yang membuat Zhaffran tidak tega.
Zhaffran antara senang atau tidak.Ia senang sahabatnya bisa memeluk Agama Islam.Tapi di sisi lain ia bersedih kalau Kyne benar-benar serius terhadap Aisyah dan kemungkinan mereka akan berjodoh.Harapan Zhaffran untuk memperjuangkan cintanya kini goyah kembali. Tadinya ia berpikir seandainya Kyne masih berbeda keyakinan dengan Aisyah,sudah pasti Aisyah tidak akan mau menerima Kyne dan ini peluang untuk Zhaffran menyatakan cintanya. Tetapi karena Kyne ingin memeluk Islam ada kemungkinan Aisyah menerima cinta Kyne, terlebih Aisyah juga seperti memiliki rasa yang sama terhadap Kyne.
"Apa Kamu mau membantu ku, Zhaffran?"
"A..aku.. sebenarnya..."
"Kenapa Zhaffran?Apa Kamu keberatan membantuku?"
"Oh,tidak sama sekali,Kyne. Aku akan membantumu. Kebetulan Aku kenal dengan ustadz yang ada di masjid dekat rumahku. Kamu bisa di bimbing untuk bersyahadat dengan beliau."
", Terimakasih Zhaffran.Aku bersyukur kita bisa bertemu kembali."
"Iya Kyne,Sama-sama. Kapan Kamu akan memulainya?Apa Kamu sudah pikirkan semuanya dengan matang-matang?"
"Aku siap menerima resiko apapun dan Aku sudah yakin dengan keputusanku."
"Baiklah Kyne,Aku dukung keputusanmu.Kamu bisa datang ke rumahku besok untuk kita sama-sama bertemu seorang Ustadz yang akan membimbing mu."
"Baiklah setelah Aku mengantarkan Aisyah ke terminal,Aku akan ke rumahmu Zhaffran."
"Aisyah?Hmm...maaf apa Aisyah jadi ke Bandung besok?"
"Iya,Kamu benar. Aku dan Rania akan mengantarkannya."
"Oh, Baiklah Kyne kalau sudah tidak ada yang di bicarakan lagi. Aku mohon pamit."
"Oke Zhaffran, Terimakasih untuk waktunya.Aku besok akan menelponmu."
"Oke Kyne, Sama-sama."
Zhaffran merasakan sakit yang amat mendalam. Bagaimana bisa ia memperjuangkan cintanya melihat sahabatnya begitu gigihnya. Ia tidak tega kalau harus berkhianat dengan sahabatnya sendiri.
Di lajunya mobil Mercedes Benz milik Zhaffran dengan kecepatan tinggi. Untuk seukuran dokter mobil tersebut cukuplah mewah. Zhaffran anak seorang dari salah satu pengusaha terkaya di Bandung. Bisnis orang tuanya sedang pesat bahkan ia memiliki hak waris untuk beberapa hotel termewah di Bandung. Restoran khas Timur tengah dan beberapa toko perbelanjaan khusus tamu dari kebangsaan Saudi Arabia dan dari Timur tengah lainnya.
Zhaffran lebih memilih menjadi Dokter dibandingkan dengan meneruskan usaha milik Ayahnya.Walaupun demikian ia tidak memanfaatkan kekayaan Ayahnya untuk keperluan pribadinya. Ia mencoba mandiri dengan apa yang ia usahakan dan ia miliki sekarang.
Gerimis membasahi jalan. Langit terasa gelap mencekam.Keceriaan dunia berubah menjadi muram. Ada rindu dalam kesendirian.Ada Cinta tak terbalaskan.Dan malam pun ikut merasakan kesunyian laik nya hati yang sepi tanpa kasih.
***
"Aku akan mengabarkan kalian setelah sampai di Bandung."Ucap Aisyah kepada Kyne dan Rania.
"Hati-hati Aisyah! Aku harap Kamu kembali lagi ke Jakarta! Aku pasti merindukanmu."Rania memeluk Aisyah dengan erat.
"Iya,Rania. In Syaa Allaah Aku akan kembali lagi ke Jakarta."
"Aisyah,Aku akan memeluk agama Islam!"
"Maksud Kamu?"
"Iya,Aisyah setelah Aku satu keyakinan denganmu maka Aku akan datang menemui orang tuamu untuk minta dinikahkan denganmu."
Aisyah terkejut dengan semua ucapan Kyne. Antara percaya dan tidak percaya.Bagaimana bisa membicarakan pernikahan seperti sedang memakan cabai,ketika di gigit langsung terasa pedas.
"Kyne,tidak semudah itu. Orang tuaku tidak akan membiarkan Aku menikah dengan orang yang baru saja Aku kenal.Bahkan Kamu pun belum mengenal Aku sepenuhnya."
"Aku akan mengenalmu sepenuhnya setelah kita menikah.Bukankah di agamamu menikah secepatnya lebih baik?"
"Bagaimana Kamu tahu?"
"Aku belajar sedikit tentang Islam."
"Aku senang Kyne. Tapi masih ada proses yang harus kamu lakukan.Apa Kamu yakin dengan keputusanmu ini?"
"Demi Kamu Aisyah Aku korbankan semuanya. Aku akan berjuang untuk mendapatkan hati kedua orang tuamu dan Aku akan berjuang untuk belajar tentang Islam."
Ada sedikit haru mendengar penuturan Kyne. Aisyah menghargai niat Kyne untuk memeluk Agama Islam. Bahkan ia berniat akan membantunya.
"Maaf Kyne,bus nya sebentar lagi akan berangkat. Aku harap semua keputusanmu sudah di pikirkan matang-matang. Aku tidaki ingin Kamu terpaksa hanya karena nafsu sesaat yang ketika Kamu tidak mendapatkannya maka Kamu akan kembali lagi."
"Tentu tidak Aisyah.Aku melakukan ini tulus dan Aku serius ingin mempelajari tentang Islam. Aku sudah meminta tolong kepada Zhaffran dan ia bersedia untuk membantuku."
"Baiklah Kyne Aku percaya."
***
[Assalamualaikum.
Abbati Aku akan pulang besok,tolong sampaikan kepada Ummi ]
Pesan terkirim dari Zhaffran untuk Ayahnya.
Zhaffran terpaksa pulang ke rumah orangtuanya untuk memenuhi janjinya menemui gadis yang akan di jodohkan untuknya.Tak ada pilihan sekarang ini. Harapan kepada Aisyah sudah pupus dan ia juga belum mendapatkan pendamping hidup untuk di kenalkan kepada kedua orang tuanya.
Kriiingg.. kriiingg..nada dering panggilan masuk dari gawainya ia tidak pedulikan. Mengingat upaya Kyne terhadap Aisyah membuat ia patah hati.Ia berpikir kalau Kyne lebih unggul selangkah dari dirinya.
Nada dering panggilan masuk masih terus berbunyi dan kini ia angkat.
"Halo Zhaffran,Aku di rumah sakit akan menjenguk Mommy.Aku juga akan menunggu hasil test yang Kamu beritahu waktu itu."
"Oh ya , Kyne! Hari ini Aku masih cuti tapi Aku sudah meminta tolong Dokter Ryan untuk memeriksa Ny. Evelyn. Kalau Aku temui kemarin Ny. Evey sudah tampak membaik. Setelah hasil test nya keluar dan tidak ada masalah apa-apa kemungkinan sore ini bisa pulang."
"Baiklah setelah mengurus Mommy Aku akan ke rumahmu."
"Oke Kyne"
***
"Kenapa bisa seperti ini,Bu?" Tanya Aisyah dengan isak tangis.
"Ibu mohon menikahlah dengannya,demi bapakmu!"
"Tapi Aisyah masih ingin bekerja,Bu. Aisyah janji akan membantu Ibu dan Bapak. Aisyah mohon,Bu...." Air mata Aisyah berlinang,baru kali ini ia menangis dengan rasa yang amat sakit.
"Ibu tidak punya pilihan lain. Keluarga itu sudah memintamu dan Bapak Ibu bingung untuk menolaknya. Keluarga mereka sudah kenal lama dengan keluarga kita.Aisyah,ibu mohon...."Ucap Ibu nya dengan nada lirih dan memohon.
Aisyah paling tidak tega melihat orang lain harus memohon sesuatu kepadanya. Terlebih ibunya sendiri,orang yang sangat ia sayangi.
"Aku terima,Bu. Aku akan menuruti keinginan Ibu dan Bapak." Aisyah mengusap air matanya yang membasahi jilbabnya.
"Terimakasih,Nak. Maafkan Ibu dan Bapak juga sudah memaksakan kehendak Ibu dan Bapak."
Aisyah hanya mengangguk lesu. Ia tidak berdaya di posisi ini. Tapi ia juga tidak ingin menjadi anak yang durhaka. Sekarang perasaan terhadap Kyne ia tepis.Tidak mungkin ia masih mencintai Kyne sedangkan ia akan menikah dengan orang lain.
Aisyah mengambil wudhu untuk Sholat Zuhur. Di hamparkannya sajadah berbulu halus lembut tempat ia bersujud untuk merendahkan diri di hadapan Rabb nya. Ia tumpahkan semua keluh kesahnya. Air mata nya mengalir membasahi sajadah. Ia berharap semoga keputusan yang ia ambil sudah yang terbaik.
"Kakak Aisyah,kenapa Kakak menangis?" Tanya adik perempuannya yang bernama Alisha.
"Nggak Kok,nggak ada apa-apa sayang." Aisyah cepat-cepat membereskan mukenanya dan mengusap air matanya.
" Tadi Aku lihat Kakak menangis,Kakak boleh bercerita kepadaku! Apa ini ada hubungannya dengan perjodohan itu?"
Aisyah tiba-tiba terdiam tidak menjawab,ia hanya sedikit muram seolah ingin memberi tahu kalau ia tersiksa dengan perjodohan ini. Ia takut ketika sudah menikah nanti ia tetap mencintai Kyne. Dan ia tahu itu salah.
"Pasti benar kan karena itu,Kak?"
"Sudahlah Kamu masih kecil tidak usah ikut-ikutan masalah orang dewasa."Aisyah menyentuh ujung hidung adik nya.
" Tapi kan,Kak?"
"Sudahlah tidak usah tapi-tapi.Ayo...kita bantu ibu di dapur!" Aisyah mengajak adik nya ke dapur untuk membantu ibu nya.
***
" Asyhadu an laa ilaaha illallah,wa asyhadu anna Muhammad Rasuulullāh "
Dokter Kyne mengikrarkan dua kalimat syahadat yang d bimbing oleh ustadz Abdurrahman dan di saksikan oleh Dokter Zhaffran dan dua orang muslim lainnya.
Setelah di beri beberapa nasihat dari ustadz dan beberapa hal lain nya yang berkaitan tentang ajaran Islam,kini Dokter Kyne sah menjadi seorang muslim yang mana hak dan kewajibannya sama seperti muslim lain nya.
"Alhamdulillah Aku ikut senang,Kyne. Semoga Kamu bisa Istiqomah dan semakin semangat mempelajari agama Islam." Ucap Zhaffran memberikan semangat kepada Kyne.
"Ini semua tidak lepas dari bantuanmu, Zhaffran.Apa yang bisa Aku lakukan untuk membalas kebaikanmu?"
Seandainya Kyne tahu kalau ia juga mencintai Aisyah sudah pasti ia tidak akan meminta bantuan kepada dirinya yang berkaitan dengan Aisyah. Kyne tidak menyadari kalau sahabat yang didepan matanya mencintai gadis yang sama dengan gadis yang ia cintai.
"Sudahlah Kyne tidak perlu seperti itu. Oh ya,Aku akan pulang ke rumah orang tuaku besok untuk membicarakan perjodohan itu. Kalau Kamu perlu sesuatu Kamu bisa menghubungiku lewat telepon."
"Oke Zhaffran, terimakasih. Memang rumah orang tuamu dimana?"
"Di Bandung."
"Bandung???"
"Iya benar.Kenapa Kyne?"
"Oh, nggak apa-apa. Mungkin kebetulan saja Kamu dan Aisyah sama-sama pulang ke Kota yang sama."
"Iya mungkin hanya kebetulan,Kyne."
"Baiklah kita pulang sekarang!" Ajak Zhaffran kepada Kyne karena cukup lama mereka berbincang di halaman Masjid.
"Oke,Aku juga harus mengurus Mommy. Rania mungkin memerlukan bantuanku."
"Sampaikan salamku kepada Ny. Evelyn." Zhaffran pamit dan bersalaman dengan Kyne.
"Akan Aku sampaikan. Hati-hati untuk perjalananmu besok semoga acaranya bisa berjalan dengan lancar." Ucap Kyne kepada Zhaffran.
"Oke,Kyne Terimakasih."
***
Sinar matahari sambut hari yang cerah. Desah angin sepoi-sepoi menusuk jiwa. Jiwa yang dingin.Dingin hati yang bersedih.
Dokter Zhaffran mengendarai mobilnya dengan pelan.Rasanya kepulangannya kali ini tidak cukup menyenangkan.Ia tak ingin segera sampai tapi waktu terasa begitu cepat hingga akhirnya mau tidak mau ia harus menghadapi kenyataan kalau kali ini ia lemah tidak berdaya. Menolak perintah orang tuanya adalah suatu hal yang berat tapi melawan perasaannya jauh lebih berat.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaykumsalam" Jawab suara lembut dari Ummi nya.
Zhaffran langsung mencium tangan Ummi nya dengan takzim di susul dengan kecupan hangat dari seorang ibu di dahi putra kesayangannya.
"Ayo Nak, Ibu sudah siapkan makanan kesukaanmu. Ibu yakin Kamu pasti suka."
Zhaffran tidak merasa lapar tapi ia tidak tega menolak perintah Ummi nya. Ia tahu semua ini di masak oleh Ummi nya sendiri tanpa di bantu oleh asisten di rumahnya.
"Baiklah Ummi, Zhaffran akan makan." Zhaffran tampak tidak bersemangat.
"Kamu kenapa,Nak? Apakah Kamu tidak senang dengan masakan Ummi?"
"Oh, tidak Ummi! Itu tidak mungkin, Zhaffran sangat menyukai semua masakan Ummi."Zhaffran tersenyum dengan senyum kebohongan,padahal ia tidak berselera untuk makan tapi ia tidak tega menyakiti perasaan Ummi nya.
"Ya sudah dihabiskan makanannya! Ummi akan ke dapur dulu."
Tiba-tiba Abbati nya datang dan menepuk bahu Zhaffran.
" Kamu baru datang,Nak?"
Zhaffran langsung bangkit dari tempat duduknya dan mencium tangan Abbati nya.
"Iya Abbati, Zhaffran baru datang."
"Ya sudah Kamu makan dulu nanti Abbati tunggu di ruang tamu."
Zhaffran hanya mengangguk dan ia melanjutkan makannya. Sesekali ia mengecek handphone. Ia ingin sekali meminta nomor telepon Aisyah kepada Kyne tapi bagaimana bisa,Kyne pasti menanyakan untuk keperluan apa.
Tiba-tiba ia teringat dengan Rania temannya Aisyah. Ia bisa meminta tolong kepada Rania untuk memberikan nomor telepon Aisyah.
"Selesai berbicara dengan Abbati,Aku akan meminta nomor Rania kepada Kyne dengan dalih kalau ia akan coba berkenalan dengan Rania. Kyne pasti memberikannya." Ucap Zhaffran sambil berbicara sendiri.
Setelah selesai makan, Zhaffran menghampiri Abbati nya. Ia duduk berhadapan. Ia merasa percakapannya kali ini tidak main-main dan sangat serius sekali. Ini semua terlihat dari mata Abbati nya yang sangat tajam menatapnya.
"Zhaffran nanti sore kita akan menemui gadis yang akan Abbati jodohkan kepadamu !"
"Kenapa secepat ini?"Zhaffran sangat terkejut mendengar ucapan Abbati nya.
"Abbati pikir lebih cepat lebih baik. Dan Abbati harap Kamu tidak menolaknya."
"Baiklah, Zhaffran akan pergi untuk menemuinya."
Ayahnya Zhaffran sangat terkejut mendengar jawaban dari anaknya. Kenapa ia mudah sekali mengiyakan tanpa sedikitpun mengelak atau bernegosiasi.Apakah ini tanda kalau ia setuju.
"Kamu serius dengan ucapanmu ,Nak?"
"Serius atau tidak tentu tidak akan merubah kehendak Abbati. Abbati tetap akan memaksa Zhaffran untuk menuruti perintah Abbati."
"Abbati senang kalau Kamu mau menuruti keinginan Abbati. Sekarang beristirahat lah nanti sore kita berangkat !"
Perintah Abbati seperti pedang yang menusuk dadanya. Rasa perih dan sakit tapi ia tidak bisa menghilangkannya.
"Ya Allaah kali ini Aku pasrah kepada Mu" Zhaffran membatin.
***
Semua keluarganya sudah siap hanya Zhaffran yang belum muncul. Ummi nya tahu kalau anaknya kali ini tidak bersikap seperti biasanya.Hatinya murung,wajah nya lesu, semangatnya pupus. Bahkan dari cara Zhaffran makan, Ummi nya bisa mengetahui kondisi anaknya. Tapi ia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa atas situasi ini. Abbati Zhaffran sangat terlihat tegas ,terlebih dengan apa yang ia inginkan untuk keluarganya.
"Nak,ini Ummi! Ayo... kita keluar! Abbati dan keluarga lainnya sudah menunggu di mobil."
Di bukanya pintu kamar Zhaffran,tak ada senyuman di wajah tampannya.Baru kali ini Ummi nya melihat wajah anaknya kusut tak bergairah.
"Nak,Ummi tahu perasaanmu sekarang. Ummi minta maaf tidak bisa membantumu. Tapi Ummi mohon bersikap dewasa.Jangan membiarkan Ummi semakin merasa bersalah kepadamu."Air mata Ummi nya sudah tergenang di pelupuk mata.
Melihat Ummi nya menangis , Zhaffran jadi tidak tega kemudian ia menutup pintu kamarnya dan bergegas untuk menyusul rombongan keluarganya.
Hanya butuh perjalanan 30 menit,kini rombongan keluarga Zhaffran sudah sampai di rumah gadis yang akan di jodohkan oleh Zhaffran.
Semua di persilahkan masuk.Zhaffran hanya terdiam.Ia tidak mengeluarkan sepatah katapun. Abbati sudah membaca sikap anaknya. Ia tahu kalau anaknya tidaklah nyaman di situasi ini.
Hanya Abbati Zhaffran dan Ayah dari wanita tersebut yang asyik bercakap-cakap. Sesekali Ayahnya dari pihak wanita menanyakan tentang Zhaffran dan Zhaffran hanya menjawab seperlunya.
Setelah kedua keluarga saling bercakap-cakap. Tiba-tiba datang seorang wanita berwajah cantik,berkulit putih,dengan mata yang bening di balut dengan jilbab berwarna maroon keemasan
dengan gaun panjang berwarna hitam di hiasi pernak pernik di bagian bawah gaunnya.
Zhaffran sangat kaget dan tidak menyangka gadis yang ada di hadapannya itu gadis yang ia kenal. Bahkan ia juga tidak menyangka kalau ia harus bertemu dengannya.
"Assalamualaikum, Zhaffran."
Gadis itu mulai menyapa duluan dan Zhaffran hanya kaget terdiam.Ia tidak mendengar ucapan salam untuknya.
"Assalamualaikum, Zhaffran." Di ulang untuk kedua kalinya dan kali ini Zhaffran menjawabnya sambil terbata-bata.
"Wa.. alaikumussalam...Kamu???" Zhaffran nampak masih terkejut dan tidak menyangka.
"Iya Zhaffran ini Aku..." Ucap gadis tersebut dengan lemah lembut.