Bagian 3

Aglasia, ibu kota kerajaan sihir yang ada di indonesia. berdiri lebih dari 500 tahun yang lalu, letaknya yang tersembunyi di hutan belantara pulau kalimantan, dan di iringi dengan mitos-mitos mengerikan. Membuat manusia jarang menginjakan kaki di area itu. Kalau pun ada manusia yang berani masuk, kemungkinan mereka menemukan Aglasia sangatlah kecil, karena kota itu di kelilingi dengan medan pelindung yang sangat kuat, menyebabkan manusia yang masuk hanya berputar-putar di area itu, kalau masih tidak mempan dengan di buat bingung, maka penjaga akan menkut-nakuti mereka, hingga mereka lari ketakutan.

Karena letaknya yang sulit di jangkau, dan apabila aku menggunakan transportasi manusia akan memakan waktu dua minggu, lantas, menurut kalian bagaimana caraku ke sana, padahal aku hanya di beri waktu sehari? Jawabanya mudah kok, kalian juga pasti tau.

Aku hanya tinggal menuju ke kota milik kami yang ada di pulau jawa. Kalau kalian pernah menonton film Harry Potter, kalian pasti tau tentang Diagon Alley, nah kota kami mirip seperti itu, dengan beberapa pintu masuk yang tersebar di seluruh pulau jawa. Pintu masuk itu, terkadang mudah di jumpai. Bahkan mungkin kalian sering lewat di depannya, bahkan menggunakannya. Pintu umum biasanya terletak di area-area publik, di belakang patung, di belakang pohon, di balik tembok, di dalam stasiun. Pokoknya banyak banget. Sedangkan pintu-pintu khusus, biasanya lokasinya tersembunyi dan sulit di jangkau. Biasanya ada di dalam gua, rumah -rumah atau area-area terbengkalai, kamar jenazah, dan yang paling banyak di pekuburan.

Untungnya salah satu pintu itu ada di pekuburan belanda dekat rumahku. maka pada Pukul 11 malam, aku dengan santai berjalan ke arah pekuburan. Beberapa warga berpas-pasan denganku, Namun mereka tak curiga. Begitu memasuki pekuburan, aku di sambut dengan suara hewan-hewan malam yang saling bersahutan, semakin berjalan masuk, malah makin ga beres, karena banyak orang gila di tempat ini. Terhitung sejak tadi ada 12 orang yang membawa sesaji, dan sekarang sedang meminta di bawah pohon beringin, ada juga beberapa pasangan mesum yang sedang bermain -main di balik nisan-nisan makam, orang mabuk juga banyak. Ckck zaman sekarang, makin banyak orang kurang waras, masih berani macam-macam di tempat kayak gini.

Akhirnya aku sampai di tengah area pemakaman, dimana bangunan-bangunan besar berdiri. Umumnya area ini adalah kuburan keluarga secara turun-temurun. Baru saja aku hendak masuk, cahaya dari lampu senter mengenai wajahku, begitu aku menoleh, ternyata itu pak Tarmono sang penjaga makam.

"Malam mas Rendy, berbuat nakal lagi ya? sampai harus datang ke sini,"

"Ya, begitu deh pak Tar. Biasanya orang-orang itu selalu menganggap masalah sepele jadi serius seperti ini. Ngomong-ngomong kok bapak sendirian, biasanya ada 2 temennya, pada kemana pak?,"

"Lagi absen mas. Yang satu nemenin istrinya yang lagi hamil dan yang satu sakit. Jadi, saya sendiri malam ini. Ya, sudah mas, Mas masuk saja ga di kunci kok, saya mau lanjut patroli, tadi saya mergokin lima pasangan mesum, mereka lari ke arah sini, mau saya pukulin. Biar mereka jera."

Setelah berpisah dengan pak Tarmono, aku masuk ke dalam bangunan makam. pak Tarmono merupakan sedikit orang yang tau akan keberadaan kaum kami. Begitu juga dengan 2 penjaga yang lain, jadi mereka sudah terbiasa melihatku hilir mudik di area ini. Memasuki makam, aku di sambut oleh patung-patung yang berjumlah empat. Patung-patung ini bukan hanya sekedar dekorasi, ada kamera pengawas di setiap mata patung-patung ini, bahkan ada pemindai. Ini merupakan bagian dari keamanan. Jika seorang manusia memasuki makam ini, maka pemindai akan berekasi, menghidupkan sistem keamanan. Dan itu akan memicu hal-hal kocak, sistem melakukan pemindaian agar sesuai dengan ketakutan yang di miliki orang itu. Aku dengan aman melewati penjagaan, berikutnya adalah ruangan di mana terdapat banyak peti mati, peti mati di sini berukuran besar, tidak ada jenazah di dalamnya. Sebaliknya terdapat banyak sekali harta benda di dalamnya yang terbuat dari emas dan perak. Tujuannya untuk membuat lupa orang-orang yang sudah kepo tentang kaum kami, dan mereka malah menjarah harta benda yang ada di sini. Tapi, tidak semudah itu. Jika mereka memilih peti yang salah, mereka akan di tembaki oleh peluru bius, yang akan membuat mereka tertidur hingga beberapa jam.

Melewati peti-peti itu aku mendekat ke arah tembok, menekan beberapa bagian tembok dengan ritme, dan kemudian ada suara bergeser di sebelah kananku, itu adalah pintu menuju ruang selanjutnya. Ruangan ini hanya berisi satu buah peti mati besar, yang kulakukan cukup menempelkan tanganku, dan peti itu bergeser, memperlihatkan sebuah tangga di bawahnya. Menuruni tangga ini, ada sebuah lorong gelap yang buntu. Aku kembali menempelkan tanganku, dan tembok itu bergeser dan memperlihatkan banyak sekali tangga, ada yang ke atas, bawah, kanan, kiri, bahkan dalam posisi terbalik. Kalian hanya perlu memikirkan tempat yang harus di tuju, maka tangga yang benar akan muncul. Kunaiki tangga itu dan keluar di dekat gedung dewan area Jawa. Kalau di kalimantan ada Aglasia, di jawa kami memiliki Beltavia, yang merupakan kota besar ke dua kami. Beltavia tak ubahnya seperti kota-kota manusia pada umumnya. Hanya saja arsitektur kota ini sama seperti indonesia tempo dulu, dengan bangunan adatnya yang kental. Gedung dewan di sini satu-satunya yang berbeda. Bangunannya mirip seperti lawang sewu, sehingga sangat mudah untuk menemukannya.

Memasuki gedung dewan, aku langsung di kawal beberapa petugas keamanan, menuju titik portal ke Algasia. Orang-orang di tempat ini, sudah terbiasa melihatku, jadi mereka hanya biasa-biasa saja padaku. Aku pun berdiri di portal dan di pindahkan ke Algasia. Sesampainya di Algasia, aku langsung di kawal menuju mobil yang akan membawaku ke tempat sidang.

"Rendy Harjanto Algasia, usia 15 tahun, salah satu pemilik dari kemampuan khusus dan salah satu dari sedikit orang yang mencapai rank SS dalam waktu singkat. Perkenalkan namaku Mario Luwnen, pengacaramu pada sidang kali ini."

Aku yang bingung memandangnya kemudian berkata. " Sejak kapan persidangan butuh pengacara, kita bukan di dunia manusia. Yang kita biasanya lakukan hanya melihat bukti dan menjawab pertanyaan, lagi pula kita punya sistem pendeteksi kebohongan, dan selama sidang semua kekuatan kita di kunci. Aneh sekali, aku sudah sering kali sidang dan baru pertama kali harus di dampingi pengacara,"

"Itu kalau sidang biasa, kali ini kau sudah di anggap keterlaluan. Bahkan raja sendiri yang akan memimpin jalannya sidang ini, bagaimana pun keluargamu berasal dari keturunan bangsawan. Orang tuamu adalah seorang Duke dan Duchess, apalagi kau masih memiliki hubungan kekerabatan pada keluarga raja, harusnya kau sadar akan tindakanmu,"

"Sadar? lucu sekali. Mario luwnen, anak dari Earl Luwnen von dwell, atau bisa kubilang Viscount Mario, Rank A, kemampuan membaca pikiran lawan, dan salah seorang yang di percaya akan menempati posisi salah satu dari 7 hakim tertinggi di masa depan. Jangan bertele-tele apa ini perintah dari dewan atau dari ayahku,"

Mario sedikit berkeringat, dia tau kalau dia bohong, maka dia pasti akan tidak bisa bergerak selama sehari penuh, itu merupakan hukuman dari kemampuan milikku dan merupakan hukuman paling ringan. "Dewan yang menyuruhku. Mereka ingin menyingkirkanmu, mereka juga yang meminta 7 hakim tertinggi dan Raja untuk sidang kali ini. Kebanyakan dari mereka tidak suka denganmu atau pun iri dengan kemampuan mu,"

"Ck, sudah kuduga. Kau tak usah risau, biar aku yang selesaikan masalah ini. Kau lakukan tugasmu seperti biasa."