Peringatan

PBB mengadakan pertemuan. Ketenangan sebelum badai yang dibawa Triangle Lightning mengkhawatirkan mereka. Saat ini di sebuah ruangan yang luas, para tokoh eselon atas setiap negara telah datang. Layar besar mengambil salah satu dinding. Video pengepungan di Seoul sedang diputar ulang.

Kamera media telah menangkap seorang pemuda 17 tahun yang tiba-tiba muncul dari udara tipis. Satu detik dia berdiri disana detik berikutnya tempat itu kembali kosong. Itu jelas bukan permainan cahaya. Karena pada saat yang sama teriakan terdengar di tengah pasukan militer. Kamera mengejar asal suara untuk menemukan pemuda itu ada di sana. Dia tampak acuh seolah tidak ada tentara yang di tahan di bawah kakinya.

Video berhenti pada adegan itu.

"Apakah ada teknologi yang memungkinkan seseorang berpindah tempat dalam waktu singkat?" Seorang pria asia mengusulkan.

Mereka semua saling memandang sebelum menggelengkan kepala. Teleport pada dasarnya hanya sebuah teori. Tidak ada negara yang berhasil mewujudkannya.

"Bisakah teknologi mereka lebih tinggi?"

"Bagaimana kau yakin dia menggunakan teknologi?" Seorang pria berjanggut di ujung meja bertanya.

"Apalagi yang memungkinkan? Kekuatan bawaan? Kau pikir dia alien?" Pria asia itu tidak ingin mempertimbangkan keberadaan mahkluk asing.

"Apa kalian memperhatikan ekspresi tentara?" Pada saat itu seorang pria berkulit hitam menyela. "Dia besar dan terlatih. Bagaimana bisa seorang remaja menjatuhkannya?"

Mereka terdiam. Tidak ada yang bisa menjelaskan ekspresi kesakitan tentara.

Melihat tidak ada komentar, video kembali diputar. Tapi apa yang dilakukan pemuda itu lebih mustahil. Dari awal hingga akhir dia menunjukkan kekuatan yang tidak mungkin dimiliki manusia.

Ruangan menjadi hening. Logika mereka sedang ditantang. Seseorang bahkan bertanya, "apakah kau yakin itu bukan cuplikan film?"

Tidak ada yang menjawab. Mereka tidak mau mengakui bahwa musuh mungkin lebih tangguh.

Setelah beberapa saat, argumen mulai diperdebatkan. Diskusi memanas. Pertemuan itu pasti tidak berjalan dengan mudah. Mereka terus membuat kesepakatan, ketika listrik tiba-tiba padam. Mulut mereka dibungkam oleh kegelapan.

Pada saat itu suara langkah kaki terdengar menuju arah mereka. Pintu membanting terbuka.

"Kematian listrik menghantam dunia." Teriakan mengisi ruangan.

Semua orang terkejut, sebelum menyadari bahwa pembalasan telah tiba. Hanya saja, jangkauan serangannya menakuti mereka.

"Bagaimana mungkin?"

"Apakah itu ulah mereka?"

"Bagaimana mereka melakukannya?"

Kemarahan, ketakutan, dan kepanikan menggetarkan setiap suara. Mereka tidak akan tenang sampai seseorang menggebrak meja. "Tenanglah kalian semua!!!?" Orang itu adalah perwakilan PBB. Harris Vassago.

Dia mengalihkan kepalanya berusaha melihat orang yang datang. "Apa yang terjadi?"

"Beberapa saat yang lalu semua satelit di dunia melaporkan error. Mereka mencoba mengendalikan kerusakan namun listrik tiba-tiba mengalami konslet."

"Serangan Hacker?"

"Semua benda yang mengandung muatan listrik juga terpengaruh."

Mereka menghirup nafas tajam. Tangan sudah terikat.

Pada saat ini, seluruh dunia berantakan. Orang-orang memenuhi jalan-jalan. Mereka berteriak dan menangis. Ketegangan yang selama ini terpendam menyembur keluar.

Satu-satunya tempat yang tidak terkena dampak adalah layanan kesehatan. Listrik di sana masih menyala. Orang-orang di dalamnya melanjutkan aktivitas seperti biasa.

Dan asal semuanya justru sangat tenang. Di sebuah aula yang besar, semua anggota aula pelatihan berkumpul bersama. Mereka menghadap layar virtual di sisi ruangan. Para kultivator juga tidak ketinggalan. Setiap FlexiBall menyala. Mereka tampak menunggu sesuatu yang akan terjadi.

"Test.... Satu.... Dua.... Roger," Wajah Hiro terpampang penuh pada setiap benda yang dilengkapi layar. Suaranya juga terdengar di semua speaker yang bisa ditemukan.

Itu adalah 15 menit neraka sebelum listrik kembali menyala. Meski begitu, dunia telah kehilangan pegangan pada peralatan elektronik mereka.

"Selamat malam dunia. Bagaimana kabar kalian semua? Bukankah kejutan ini menyenangkan?" Senyum Hiro tak berdosa seperti menyapa penggemarnya. "Oh, penggemarku mungkin mengenaliku. Aku seharusnya ada dipertunjukan Band sore ini, kan?" Tanyanya sambil bersiul pelan.

Semua yang menatap layar melihat sebuah asap di belakang Hiro. Itu Familiar. Fickle Cloud. Dia mengubah dirinya menjadi Hiro. "Yah, itu pasti bukan aku." Hiro berkomentar menjelaskan keberadaannya yang lain.

Fickle Cloud itu berubah kembali membentuk kata-kata. "Aku hanya menggantikannya untuk sementara." Tulisan berurai dan berganti. "Dia pasti kembali jika kalian memintanya."

Di Seoul, semua orang yang merasa tidak asing dengannya segera berteriak bersemangat. Seorang idola tetaplah dewa di mata penggemarnya.

Hiro menampar tulisan di udara. "Hei, kau mengkhianatiku. Aku mencoba menjadi jahat disini."

Tulisan muncul lagi. "Tapi kau tidak."

"Apa yang kau tau...."

Sebuah tangan muncul menampar kepala Hiro. Seorang gadis yang tidak menunjukan wajahnya terlihat. "Kau sama sekali tidak lucu."

Hiro meringis. Dia mengangkat kepalanya menatap layar kembali. "Yah, ini tidak akan berhasil. Mari kita kembali ke bisnis." Matanya tajam, wajahnya menjadi serius.

"Apa yang terjadi disini? Serangan teroris? alien? akhir dunia?" Dia tertawa.

"Apakah pemerintahanmu tolol? Bahkan tidak bisa menggali kebenaran." Wajah Hiro menghilang dari gambar.

Sekarang layar mengekspos satu persatu laporan serangan teroris yang dituduhkan pada Triangle Lightning. Para penegak hukum sudah pasti berguling-guling melihat setiap file yang dibobol tanpa mereka menyadarinya.

Tapi gambar beralih. Tayangan berikutnya mengungkap bukti yang membersihkan setiap tuduhan. Pelaku sebenarnya menunjuk pada sebuah kelompok militan yang telah meresahkan dunia selama bertahun-tahun. Hiro bahkan menguatkan keberadaan mata-mata yang memprakasai perang.

"Bagaimana sekarang?" Suara Hiro kembali terdengar. Dia memperlihatkan aktivitas keseharian di aula pelatihan. Bagaimana mereka hanya datang, saling menyapa, dan mulai berlatih beladiri. Tidak ada yang istimewa. Tapi tiba-tiba ada serangan. Korban yang berjatuhan, pengepungan. "Apa yang kau katakan?" Hiro muncul kembali di layar.

"Bagaimana kalian menyebut kami? Alien?" Seringainya lebar. "Kalau begitu aku akan memperkenalkan diri secara resmi. Namaku Tatsuya Hiro. Aku adalah bagian dari kelompok yang berdiri di belakang aula pelatihan Triangle Lightning. Triangle Lightning Guild. Kami semua menyebut diri kami Kultivator. Manusia fana yang menempuh penjalanan menjadi Immortal. Guild kami sudah ada sebelum nenek moyang kalian dilahirkan. Jadi dunia, pikirkan jika kau ingin melawan."

Kehancuran organisasi militan ditunjukkan. Detik-detik kengerian, setiap ekspresi putus asa, kekuatan yang ditampilkan. Hiro tidak memiliki belas kasihan. Dunia kultivator adalah survival of fittest. Mereka harus belajar jika akan terjun di dalamnya.

"Apakah kau mengerti sekarang? Kami ada di antara kalian sejak sejarahmu tercipta. Jika kami benar-benar ingin mencampuri urusan dunia, kalian tidak akan memiliki kesempatan. Kami tidak ingin menggertak, tapi bukan berarti kami mudah diintimidasi."

"Jadi ini peringatan. Tiga hari dari sekarang, semua orang yang berasal dari aula pelatihan akan keluar. Jangan mencoba menyentuh mereka. Kembalilah beraktivitas seperti biasa. Maka akhir duniamu bisa ditunda."

Dengan itu layar menjadi hitam. Setelah beberapa saat, peralatan yang dilumpuhkan kembali seperti semula. Seolah apa yang baru saja terjadi hanya imajinasi semata.

****

"Kakak, apa itu kultivator?" Matteo yang masih duduk di atas bahu Azura bertanya.

"Kultivator adalah jagoan yang bisa menaklukan apa saja yang mencoba menghalangi jalannya." Hiro menjawabnya.

"Bisakah aku menjadi kultivator?"

"Kau bisa jika kau bekerja keras dan tidak mudah menyerah."

"Aku akan melakukannya. Aku ingin menjadi seperti kakak yang bisa membunuh orang-orang jahat."

Mereka berdua tertawa. Pada dasarnya kemampuan Matteo untuk bertahan hidup di bawah semua siksaan sudah membuktikannya.

Azura menoleh menatap Hiro. "Setelah ini kau masih akan melanjutkan rencanamu untuk pulang?" Tanyanya serius.

"Aku sudah sangat terkenal di sini. Jadi aku semakin bersemangat untuk melarikan diri." Hiro mencoba bercanda.

Tapi Azura jelas tidak memakannya. "Kau benar-benar tidak ingin aku datang?"

"Apa yang bisa kau lakukan? Aku hanya akan menjemput istriku, aku bisa menyelesaikannya sendirian."

"Kalau begitu aku akan berusaha menyelesaikan tingkat 1 sebelum kau kembali."

"Bagaimana dengan orang yang akan bergabung dengan kita di petualangan dimensi?"

"Aku akan memastikannya siap ketika kita pergi."

Hiro terdiam. Matanya melihat jauh sebelum dia mengatakan. "Aku mungkin akan membawa Matteo bersamaku."

"Apa?" Pernyataannya mengejutkan Azura.

Saat itu Hiro sudah menghadap Matteo. "Apa yang kau katakan jika kakak yang mengajarimu menjadi kultivator?"

Matteo mendongak terkejut. "Kakak mau melakukannya?"

"Tentu saja. Tapi kakak akan pergi ke suatu tempat yang berbahaya."

"Aku akan mengikuti kakak kemana saja."

"Kemudian kau harus mulai memanggilku guru."

"Guru!" Matteo memanggilnya penuh semangat.

Hiro mengacak rambutnya sambil tersenyum.

Azura memerhatikannya. Dia terlalu mengenal Hiro untuk tertipu olehnya. Keberadaan Matteo telah mempengaruhinya. Sebagai seorang kultivator, kehilangan orang disekelilingnya sangat biasa. Tapi Hiro belajar itu sangat awal. Melihat Matteo mungkin mengingatkannya pada dirinya.

Tapi keputusan Hiro tidak semurni itu. Pada awalnya dia berasal dari dimensi lain. Ibunya telah mempertaruhkan nyawanya untuk melarikan diri ke Bumi. Dia telah tumbuh dan menjadi kuat. Sudah waktunya untuk kembali. Dan membawa Matteo bersamanya sebagian karena dia takut dengan apa yang bisa ditemukannya. Dia sudah pergi selama bertahun-tahun. Banyak hal bisa berubah. Mungkin gadis itu yang selalu diimpikannya telah pergi? Dia jelas tidak ingin melaluinya seorang diri. Membawa Azura bukan pilihan. Dia sudah bekerja keras sampai di tingkat ini, sehingga tidak ada orang-orang disampingnya yang akan terluka. Dia ingin menjadi tempat aman. Tidak ada alasan untuk menunjukan kelemahan.