Telepon di meja Xavier berdering dan Pria tampan itu mengangkat nya diikutin pandangan Xena yang duduk di meja kerja di seberang meja Xavier.
"Iya Dad. Oke aku ke sana sekarang. Oh Xena diajak juga? Oke Dad, kami OTW", ujar Xavier langsung menutup telponnya dan bangun serta membawa Tab nya.
"Ikut Xena, dipanggil Daddy", ujar Xavier lalu melangkah ke arah luar ruang kerja mereka.
"Akh kak, aku sedang malas. Boleh skip dulu ngga ya?", ujar Xena memelas.
"Mau diboikot Daddy loe?.Tuh Daddy bisa liat dari CCTV", ujar Xavier sambil menunjuk ke arah kamera di pojok ruangan mereka.
"Iya, aku jalan", ujar Xena malas lalu bangun membawa Tabnya melangkah mengikuti Xavier.
Mereka berdua berjalan menuju ke arah lift dan sempat beberapa mata melihat ke arah mereka berdua dengan kagum melihat ketampanan dan kecantikan mereka berdua. Kalau saja tidak ada yang tahu mereka kakak adik, mereka sangat serasi menjadi sepasang kekasih.
Lift terbuka, Xavier dan Xena masuk ke lift yang sudah diisi beberapa orang yang langsung menegur mereka dengan hormat. Di lantai 9 mereka berdua keluar dari lift lalu menuju ke ruangan kerja Nathan. Jason yang melihat mereka langsung membukakan pintu ruangan kerja Nathan.
"Makasih ya om", ucap mereka kompak.
Xavier berjalan mendahului Xena. Jason kemudian menutup kembali ruangan kerja Nathan.
Xavier dan Xena berjalan menuju ke meja meeting kecil yang ada di ruangan kerja Nathan, disana duduk Nathan yang sedang berbincang akrab dengan seorang pria muda tampan lainnya yang tak lain adalah Prasetya. Xena yang dari tadi hanya menundukkan kepalanya menabrak Xavier yang berhenti di dekat Nathan.
"Kak sakit, bilang-bilang dong mau berhenti", ujar Xena sambil memegang jidatnya.
"Siapa suruh ngga liat jalan, nyari duit jatuh?", ledek Xavier yang langsung duduk di samping Nathan. Seperti biasa Nathan duduk di ujung meja, Prasetya duduk di sebelah kanan Nathan dan Xavier duduk di sebelah kirinya atau di seberang Prasetya.
"Kamu lagi mikirin apa si cantik", ujar Nathan lembut.
"Mikirin mahluk jadi-jadian yang bikin aku bad mood", ujar Xena yang langsung menutup mulutnya saat melihat sosok Prasetya.
"Mahluk jadi-jadian? Siapa?", ujar Nathan bingung.
"Maksudnya saya om", ujar Prasetya tersenyum jahil.
"Akhirnya dia nyadar", celetuk Xena ringan.
"Loh kalian sudah saling kenal?", ujar Nathan tambah bingung.
"Saya jadi dosen undangan di kampusnya Xena om", ujar Prasetya lagi yang dijawab anggukan mengerti Nathan dan senyum jahil Xavier yang duduk di sebelah Xena.
Xena mencubit lengan Xavier yang membuat Xavier menatapnya marah.
"Sakit Xena", ujar Xavier sambil mengelus-elus lengannya yang dicubit Xena.
"Sudah. Ini Daddy perkenalankan lagi. Ini Prasetya, anak kawan lama Daddy waktu di jaman kuliah dulu, anaknya om Agung yang tinggal di luar negeri. Prasetya ini baru datang ke Indonesia sekitar 2 bulan dan berencana akan kerjasama dengan WD Group. Jadi kalian harus membina hubungan kerja yang baik dengan perusahaan Prasetya ini ya. Ayo kita bicarakan detailnya. Silakan Prasetya", ujar Nathan tersenyum.
Kemudian Prasetya dengan lancar membicarakan tentang kerjasama antara WD Group dengan Lexi Group perusahaan milik keluarga Prasetya. Saat berbicara, Prasetya benar-benar serius sekali dengan pekerjaannya sementara Xena agak malas mendengarkan sementara Xavier begitu antusias dalam hal kerjasama ini. Nathan sangat puas dengan diskusi antara Xavier dan Prasetya, sementara dia hanya tersenyum kecil melihat anak gadisnya yang semakin bad mood.
Prasetya sempat beberapa kali melirik ke arah Xena dan tersenyum melihat gadis itu yang hanya memainkan pena yang ia pegang.
Pras tahu kalau Xena tidak berminat dalam pembicaraan mereka sehingga dia sama sekali tidak mengganggunya. Akhirnya selesai juga diskusi mereka.
"Oke, jadi kita bisa segera buat proposal kerjasama nya dulu ya", ujar Nathan mengakhiri diskusi itu.
"Iya om, nanti proposalnya tolong segera dikirimkan ke Lexi Group om", ujar Prasetya lalu menyalami Nathan lalu Xavier.
Saat menyalami Xena, Prasetya sempat tersenyum ke arah gadis cantik itu namun Xena hanya menatapnya dengan tatapan datar saja dan hanya menyentuh tangan Pras sebentar lalu segera menarik tangannya. Nathan yang melihatnya langsung menegur Xena.
"Xena kok kaya gitu si", ujar Nathan lembut.
"Mesti gimana Daddy. Sama aja kok. Daddy aku numpang mobil Daddy ya", ujar Xena berusaha mengalihkan.
"Daddy Uda janjian sama Mommy mau dinner sama keluarga AN Entertaintment. Kamu numpang sama Xavier aja", ujar Nathan.
"Aduh ngga bisa Xena, aku Uda janjian sama Luna mau antar dia ke reuni kelasnya", ujar Xavier tersenyum jahil.
"Isssh kalian jahat amat si sama aku. Masa aku naik Taxi. Tadi ke sini aku Uda nebeng sama Wilma masa aku pulang naik Taxi", keluh Xena.
"Siapa suruh ngga bawa mobil", ujar Xavier.
"Aku malas kak bawa mobil kalo lagi bad mood. Mobil aku tinggalin di rumah pulang dari kampus tadi", ujar Xena mengeluh.
"Saya antar pulang ya", tiba-tiba Prasetya menawarkan diri.
"Hah pulang sama kamu? Mending naik Taxi", Ujar Xena ketus.
"Xena, minta maaf. Daddy tidak pernah ajarkan kamu tidak sopan pada tamu", ujar Nathan tegas.
"Maaf", ujar Xena takut gara-gara dihardik Daddynya.
"Ngga apa-apa kok. Saya antar aja sekalian sebagai permintaan maaf saya sudah bikin kamu bad mood seharian", ujar Prasetya lembut.
"Uda mau aja di antar Pras, daripada naik Taxi. Ntar diculik sama sopir Taxi loh", ujar Xavier meledek Xena.
"Mana ada yang mau culik ini anak, makannya banyak dan bawel nya minta ampun", ujar Nathan menggoda.
"Daddy ... Kakak .. Awas ya kalian, ntar aku adukan ke Mommy", ancam Xena.
"Ya Uda deh, aku ikut kak Prasetya aja. Eh aku panggil nya kakak aja ya jangan bapak, ntar disangka orang kamu om saya", ujar Xena ceria.
"Iya terserah kamu", ujar Prasetya lembut.
"Makasih sebelumnya ya Prasetya Uda mau antar Xena pulang", ujar Nathan tersenyum.
"Sama-sama om", ujar Prasetya.
"Kak ke ruangan aku dulu ya di bawah, aku ambil tas aku dulu", ujar Xena lalu menggandeng lengan Pras dengan cueknya.
Pras sempat melirik ke arah lengannya yang dipegang Xena namun dia hanya tersenyum dan berjalan mengikuti langkah Xena keluar dari ruangan Nathan menuju ke ruangan Xena di lantai bawah.
Sampai di ruangan nya, Prasetya hanya berdiri di pintu melihat ke sekeliling ruangan kerja Xavier dan Xena. Xena mengambil tasnya dan memasukkan HP dan Tab nya ke dalam tas lalu menghampiri Pras yang masih berdiri di tempatnya. Kemudian Xena kembali dengan cueknya menggandeng lengan Pras sampai masuk ke dalam Lift.
Di lantai 6, secara kebetulan Adrian masuk ke dalam lift juga dan sempat kaget melihat Xena yang menggandeng lengan Pras. Buru-buru Xena melepaskan tangannya dan Pras melirik heran ke arahnya. Pras mengikuti arah pandangan Xena dan kemudian ia tersenyum mengerti.
"Kamu tumben pulang siang kak", tegur Xena kepada Adrian.
"Iya, aku lagi ada perlu", ujar Adrian singkat.
"Kemana?", selidik Xena.
"Mau antar mama ke dokter", ujar Adrian tersenyum.
"Tante sakit apa?", tanya Xena.
"Check rutin. Eh aku duluan ya Xena", ujar Adrian lalu keluar lift dengan terburu-buru.
Ada kecewa terlihat jelas dimuka Xena. Xena keluar lift dengan langkah malas, lalu dia berhenti dan melihat ke arah Pras.
"Dimana kamu parkir mobilmu kak?", tanya Xena.
"Itu di deket Lobby kebetulan tadi pas masuk ada mobil yang keluar jadi dekat deh parkirnya", ujar Pras kemudian menggandeng tangan Xena.
Xena hanya diam mengikuti langkah Pras, sementara di Lobby banyak mata memandang ke arah mereka. Pras membukakan pintu untuk Xena lalu menaruh tangannya di pintu atas mobil menjaga agar kepala Xena tidak terbentur pintu. Lalu setelah Xena masuk mobil, Pras baru kemudian masuk ke mobilnya dan mulai menjalankan mobilnya.