Pulang

"Xena, aku sudah tidak betah tinggal di ruangan ini terus. Kita pulang ya sayang", ujar Pras di Minggu pagi itu.

"Kak Pras kita tanyakan dokter dulu ya boleh pulang atau tidak ya sayang. Aku ngga mau kamu makin parah nanti sayang", ujar Xena lembut.

"Tapi aku benar-benar ingin pulang sayang. Tolong tanyakan dokter ya. Bilang saja atas permintaan pasien sendiri. Please sayang", ujar Pras memelas.

"Aku akan tanyakan dokter, tapi kalau dokter bilang tidak boleh pulang kamu menurut ya", ujar Xena.

"Ngga mau sayang, aku tetap ingin pulang. Ya sudah aku akan telepon Johnny suruh dia kesini sekarang", ujar Pras bersikeras.

"Kak Pras jangan keras kepala dong. Kamu harus sehat dulu sayang, baru kita pulang ya", ujar Xena selembut mungkin.

"Ngga, sayang. Aku tetap mau pulang. Terserah kamu mau bantu aku atau tidak", ujar Pras lalu mengambil HPnya untuk menghubungi Johnny.

"Sudah aku yang urus, ngga usah telepon Johnny kasihan dia pasti jauh kalau harus kesini. Matikan HP mu. Tunggu sebentar ya aku urus administrasi nya dulu", ujar Xena lalu berjalan menuju ke Nurse Station.

Tak lama ada seorang perawat datang untuk melepaskan jarum infus di tangan Pras. Setelah perawat itu pergi, Pras mengganti pakaiannya dengan pakaian bersih yang ada di tas besarnya. Saat Pras telah rapi berpakaian, Xena kembali dengan sebuah kursi roda dan bungkusan obat ditangannya.

"Kamu sudah rapi aja sayang. Kak Pras kita pulang naik Taxi ya kayanya orang di rumah sedang sibuk mempersiapkan pesta pernikahan kak Xavier", ujar Xena lalu membimbing Pras untuk duduk di kursi roda tapi Pras menolak.

"Sayang, aku ngga akan duduk disitu, aku sudah kuat kok untuk jalan sendiri. Ayo sayang", ujar Pras sambil membawa tas pakaiannya dan menggandeng Xena.

Xena hanya diam dan menuruti kemauan suaminya. Di lorong saat mereka bertemu dengan perawat dan dokter yang jaga, mereka menyapa hormat kepada Pras dan Xena. Pras dan Xena masuk lift dan lalu keluar lift si Lobby RS. Mereka langsung menaiki Taxi yang kebetulan berhenti di depan mereka saat mereka keluar dari pintu Lobby.

"Pak tolong antar ke perumahan Elite ya pak Blok H no. 9", ujar Xena lembut. Pras duduk dengan manis disebelahnya sambil merangkul tubuh Xena.

"Sampai rumah kamu istirahat ya sayang, aku ngga mau liat kamu malah main sama anak-anak", ujar Xena dengan nada mengancam. Pras hanya tersenyum.

Saat masuk ke perumahan, dan tiba diujung gang, mulai terlihat kesibukan di sekitar rumah Nathan Utomo.

"Maaf Bu, sepertinya ngga bisa maju lagi. Sepertinya tetangga ibu ada yang mau pesta", ujar sopir itu sopan.

"Iya pak, itu kakak saya akan menikah besok. Baik pak sampai disini aja. Terima kasih ya", ujar Xena sambil memberikan sejumlah uang kepada sopir itu.

"Wah selamat ya Bu. Maaf Bu, ini kembalinya", ujar sopir itu memberikan kembalian.

"Ngga usa pak, ambil aja sisanya, saya ikhlas kok. Terima kasih ya. Ayo sayang", ujar Xena memapah Pras keluar dari Taxi.

Para pengawal yang melihat kedatangan mereka langsung berhamburan menghampiri.

"Nyonya Muda kenapa ngga beritahu kami, kami bisa jemput", ujar kepala pengawal sopan.

"Ngga apa-apa kok pak, kami tau kalian semua pasti sibuk disini. Kami bisa kok. Lanjutkan lagi aja pak. Terimakasih ya", ujar Xena lalu berjalan sambil memegang lengan Pras.

"Tuan muda, biar saya bawakan tasnya", ujar salah satu pengawal mengambil tas dari tangan Pras dan setelah Pras memberikan langsung ia bawa masuk ke dalam rumah.

Pras berjalan masuk ke dalam rumah langsung menuju ke kamar tidurnya. Dikamar tidur, Pras merebahkan tubuhnya diatas kasur.

"AC nya mau aku nyalakan atau tidak sayang?", tanya Xena lembut.

"Nyalakan aja, aku pakai cover bed kok jadi ngga kedinginan", ujar Pras.

"Tidurlah. Aku mau panggil anak-anak ya biar pulang dulu", ujar Xena lembut.

"Makasih ya sayang", ujar Pras kemudian setelah Xena pergi, dia kembali tertidur. Xena berjalan keluar dari rumahnya lalu menyebrang jalan menuju ke rumah Nathan Utomo untuk menjemput anak-anaknya.