Didalam ruangan terlihat ada 3 orang sedang berdiskusi mengenai hal penting.
"Jadi seperti itu Tuan Joe." Ucap pria paruh baya yang telah selesai menjelaskan situasi.
"Oke Pak Johan, Segera beritahu Liana kalau memang Pak Johan sudah menemukan kandidat baru. Presiden Muda akan melakukan pertemuan dengannya."
"Baik aku mengerti Tuan Joe, Kalau begitu saya undur diri."
Pria paruh baya pergi meninggalkan ruang rapat, kini di dalam ruangan tersisa dua orang yang masih duduk ditempatnya.
"Kenapa jadi idiot ini yang datang menemui Pak Johan kenapa bukan presiden Ken." Gerutu gadis cantik bermata sipit sambil merapihkan berkas Yang ada dimeja.
Gerutuan itu masih bisa didengar orang yang ada di sebrang tempat duduknya.
"Liana? Apa kau mendengar suara nenek lampir yang sedang menggerutu?" Ucap pria tampan di sebrang, dia hanya pura pura bodoh, pria itu sudah tahu kenapa wanita di seberangnya itu terus saja mengoceh.
"Mana ada? Kau idiot ya. Disini cuma ada kita berdua." Liana memutar kedua matanya kesal. Namun saat itu dia berpikir NENEK LAMPIR?
"Heh jangan bilang yang kau maksud nenek lampir itu aku?"
Pria itu tidak menjawab dia hanya mengangkat bahunya acuh. Lalu dia bangkit dan pergi meninggalkan Liana.
"Joe Liezy kau benar benar idiot!." Liana berteriak tak jelas dan ikut pergi meninggalkan ruangan rapat tersebut.
******
Waktu cepat berlalu, kini Kepala Cheff Sunlight Restaurant sedang pusing karena banyak candidat yang ingin mencalonkan menjadi HRD, meski semua orang menginginkannya dia menjadi HRD namun Kepala Cheff akan segera menolak. Bakat dan hobinya sudah melekat saat kepala cheff masih kecil. Dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya dan beralih profesi. Alih alih Kepala Cheff mendukung semua yang ada diTeam nya untuk mengajukan diri sebagai candidat baru. Ketika semuanya bersemangat mencalonkan diri hanya ada satu orang yang tidak bahkan tak berniat sekalipun untuk mencalonkan diri. Kepala cheff sangat menyayangi orang itu. Orang itu adalah Aluna Lie. Kepala Cheff sudah menganggap Aluna sebagai Anaknya sendiri. Aluna sangat cerdas dan pandai bahkan untuk dikatakan seorang gadis yang masih belia dia bahkan bisa menghafal segala resep masakan dengan cepat diluar kepalanya. Sering kali Aluna membuat ide ide masakan baru untuk di sajikan menu baru Sunlight Restaurant, yang mengejutkan lagi dalam sehari bisa menghasilkan jutaan uang maka tak heran banyak yang mengagumi Aluna. Kemampuan mengingat Aluna sangat luar biasa. Selain cerdas dia juga sangat teliti. Terkadang kepala Cheff sangat menyangkan kenapa orang secerdas Aluna hanya menjadi asistennya saja. Bahkan kalau Aluna membuka bisnis sendiri Aluna bisa menghasilkan jutaan bahkan miliaran uang namun ternyata Aluna masih belum berani mengambil keputusan untuk membuka usaha sendiri. Maka secara diam diam kepala Cheff akan memberi kejutan untuk Aluna.
"Hey gadis, kenapa kau diam saja ? Apa kau sudah makan?" Tanya seorang gadis berambut sebahu kepada gadis yang sedang terfokus menulis sesuatu. Gadis berambut sebahu diketahui bernama Rania. Gadis yang sedang menulis lalu melihat ke arah Rania lalu tersenyum lembut.
"Sudah. Kau sendiri sudah makan.?" Jawab gadis itu
"Tentu belum Aluna. Kau tau hari ini benar benar sangat melelahkan." Keluh Rania lalu duduk didekat gadis yang sedang menulis. "Oh ya aku membawa mie ramen apa kau mau luna. Ini sangat enak rasanya" Rania menaruh mangkuk dimeja perlahan meniup mie ramen yang masih panas. Rania segera melahap mie ramen super pedas itu.
"Tidak. Aku sudah makan." Jawab Aluna singkat dan masih terus menulis. Rania memperhatikan Aluna dengan wajah berkerut. Keringat sudah membanjiri muka Rania yang bulat seperti bakpau. Mie ramen seketika tinggal setengah mangkok. Gila ! Mie ramen kenapa secepat itu habis? Rania benar benar makan seperti orang kesetanan.
"Sebenarnya apa yang kau tulis Aluna?" Tanya Rania ingin tahu. Rania bahkan mengap mengap karena ramen yang sangat pedas. Aluna melirik sahabatnya, muka sahabatnya seperti kepiting rebus. Lucu sekali.
"Sebaiknya kau minum. Lihat lah muka mu merah.." Aluna menyodorkan segelas air kearah Rania. Rania mengambil air tersebut lalu meminumnya. Perlahan ia memakan lagi ramennya dengan lahap.
"Huh thanks Luna. Oh ya kamu ikut mencalonkan diri kan?" Tanya Rania
"Mencalonkan apa?"
"Jangan bilang kau lupa?"
"Memangnya apa?" Tanya Aluna polos
"Aihhh HRD Luna masa kau lupa." Rania tak habis pikir, dari planet manakah Aluna berasal
"Oh. Tidak" jawab Aluna singkat padat dan jelas. Seketika Rania hampir saja tersedak oleh mie ramennya.
"Aluna ya ampun gadisku yang cantik, kau ini kapan berubahnya, aku ini sahabat mu tapi kau masih saja dingin, irit bicara dan kau ergghhh nona Es.." Jawab Rania prustasi
Aluna tidak menanggapi apa yang dibilang sahabatnya, sifat Aluna memang sudah dari dulu seperti itu. Irit bicara. Namun untuk orang seperti Aluna tidak akan ada yang memahami dirinya secara naluriah.. Ada sisi yang sangat manja di dalam diri Aluna, ada sisi gadis polos yang ada dalam diri Aluna. Sahabatnya lah yang tahu. Jadi bagaimana pun sifat Aluna. Rania tidak akan pernah mengeluh Rania bahkan menyayangi Aluna layaknya sodara. Timbal baliknya. Aluna juga sangat menyayangi Rania. Hanya Rania yang lucu yang bisa mengambil hati Aluna untuk bersahabat dengan Aluna.
Tring...dert.. tring..dertt bunyi ponsel diatas meja membuat Aluna maupun Rania menghentikan aktivitasnya. Ternyata ponsel Aluna yang bunyi. Perlahan Aluna melihat layar ponselnya panggilan video masuk untuknya. Lalu Aluna memencet tombol hijau untuk menerima panggilan video tersebut.
"Hulaaaaaa haloooo Barbie?" Sapa heboh suara di balik layar telepon. Rania yang mendengar suara laki laki di ponsel Aluna, seketika langsung mendekati Aluna dan mengintip siapa yang menelepon Aluna. Rania berbisik "wahh itu kakak ganteng ya."
"Ada apa?" Jawab Aluna
"Nona Es apa kau sudah makan?" Tanya lelaki itu dengan wajah bersinar dan senyum yang menghiasi wajah tampannya. Sebelum Aluna bisa menjawab sahabatnya lebih dulu histeris
"Wah itu Kak Joe. Ya ampun.... Ganteng sekali. Hai kak Joe...." Heboh Rania. Joe Disana menggaruk kepalanya tidak gatal
"Ehh Raniaa.." Joe tersenyum melambaikan tangan ke arah Rania.
"Wah kak Joe makin hansome aja."
"Rania bisa aja."
"Bener kak Joe, Rania tidak bohong hehhe."
"Aku sedang makan mie ramen ditemani Aluna. Apa kak Joe mau? Coba lah untuk membeli mie ramen di restoran ini kak."
"Iya nanti Kaka pasti beli."
"Wahhh Rania semakin sehat ya, lihat itu pipi sama badan kamu kok lucu sekali kaya boboho." Ledek Joe kepada Rania.
"Ih kak joe, boboho itu gendut sekali, aku tidak seperti yang dilihat di layar ponsel okey!"
"Haha iya iyaa Rania."
Mereka berdua asik berbicara sampe lupa orang yang sedang memegang ponsel memutar bola matanya dan mendengus sebal. Kalian pikir aku nyamuk ?
"Kak sudahlah jangan menganggu, sebentar lagi jam istirahat selesai." Ucap Aluna. Rania dan Joe melihat ekspresi kesal yang tercetak jelas di wajah Aluna membuat Rania dan Joe tertawa.
"Ada yang kesal kak."
Aluna melotot ke arah Rania maupun Joe. Hingga akhirnya Joe mengalah
"Oke oke Luna. Kamu jangan lupa makan. Nanti kalau sudah pulang kabari Kaka. Kaka masih ada kerjaan."
"Bukannya hari ini Kaka libur?"
"Tidak ada hari libur untuk Joe Liezy Luna.."
"Ah iya pria sibuk. Sudah ya kak aku tutup. Berhati hati lah saat bekerja."
"Oke. Jaga dirimu baik baik Luna."
Mereka memutus panggilan. Aluna bergegas membereskan Buku buku yang ada di meja karena jam istirahat pun sudah habis artinya dia harus segera kembali bekerja. Rania pun melakukan hal yang sama.