Bagaimana Bisa Kamu Mempunyai Pemikiran yang Tidak Realistis

Tong Lele berbaring di sofa malas dengan ekspresinya yang sangat bahagia, kemudian dia menjawab pertanyaan Mo Lisi, "Ada aku disini, mamiku pasti baik-baik saja!" katanya.

"Lele, apakah semua yang kamu katakan itu benar? Apakah kamu benar-benar memberiku kesempatan untuk bertemu mami?" tanya Mo Lisi. Karena dia teringat, ketika dirinya meninggalkan Tong Jiumo, hal itu membuat matanya memerah dan benar-benar membuatnya ingin menangis.

"Oh iya, mami baru saja mengatakan kalau akan memasukkanku ke sekolah internasional di Mocheng. Jika kamu bisa pergi ke sekolah itu, kita bisa bertemu dan bertukar posisi sebentar." kata Tong Lele sambil mengangkat alis.

Entah mengapa, Mo Lisi merasa sangat sedih setelah mendengarkan Tong Lele berbicara, "Lele, jika seperti ini, bukankah aku tidak akan bisa bertemu dengan mami?" tanyanya.

"Heiii, dia adalah mamiku!" kata Tong Lele mencoba mengoreksi kata-kata Mo Lisi.

"Ada kemungkinan bahwa dia juga mamiku. Tong Lele katakan padaku bahwa dia juga mamiku!" kata Mo Lisi dengan suara kecil sambil mendekatkan ponselnya.

"Kenapa kamu bisa berpikir begitu tidak realistis? Bagaimana mungkin kalau mamiku adalah mamimu juga?" tanya Tong Lele, karena sebenarnya dia tidak mau berbagi ibu dengan orang lain.

Mo Lisi mengatakan begitu karena dia merasa, bahwa sebenarnya mereka adalah saudara kembar yang terpisah bertahun-tahun. Lalu dia berharap, bahwa pemikirannya ini adalah benar, dia berpikir kalau mami Tong Lele pasti adalah ibunya juga.

"Kita seperti papi, tidak seperti mami..." kata Mo Lisi lagi.

Seketika itu juga, Tong Lele langsung duduk dengan tegak, kemudian berkata dengan marah, "Omong kosong! Walaupun aku tidak mirip dengan mami, tapi faktanya aku murni anak mami!" Ketika Mo Lisi akan berbicara, dia langsung menyelanya, "Mo Lisi, jangan kamu kira karena aku baru berusia lima tahun, jadi kamu bisa menipuku. Jika kamu tidak mendapatkannya, itu bukan berarti kamu bisa berpikir, kalau aku tidak bisa mendapatkannya juga. Kamu masih kecil, tapi hatimu tidak cukup baik, karena berpikiran kalau aku bukanlah anak mami, tapi anak papimu!"

"Lele, kamu pernah berpikir tidak, kalau kita adalah saudara kembar yang terpisah?" tanya Mo Lisi. Karena, ketika dia berada disamping Tong Jiumo, dia selalu memikirkan masalah ini.

Setelah mendengar itu, Tong Lele menggelengkan kepalanya, "Aku belum memikirkannya, karena ketika di rumahmu, aku hanya memikirkan cara bagaimana bisa menghadapi ayahmu. Jadi bagaimana mungkin aku memikirkan hal-hal yang seperti itu?" katanya.

Namun setelah mereka kembali ke rumah masing-masing, tidak peduli Mo Qijue atau Tong Jiumo, tapi keduanya sama-sama tidak merasakan bahwa ada sedikit hal aneh yang terjadi pada anak-anak mereka.

Setelah Mo Lisi dan Tong Lele larut dengan pikirannya masing-masing, Mo Lisi kembali berkata, "Pikirkan hal ini baik-baik Tong Lele!"

Tong Lele mengerutkan kening, "Tapi, ketika mamiku dan papimu bertemu, kenapa mereka tidak saling kenal? Kamu jangan terlalu banyak mengkhayal, aku tidak mungkin kakakmu!" katanya.

"Atau mungkin, kamu adalah adikku?" Kata Mo Lisi lagi.

"Jika kita benar-benar saudara, aku adalah kakaknya" kata Tong Lele sambil berbicara seolah olah dia adalah seorang kakak. "Baiklah, sudah cukup bicaranya! Mami memanggilku. Jika ingin bertemu, kita bertemu di sekolah Internasional Mo Cheng!" katanya lagi. Setelah menutup teleponnya dengan Mo Lisi, dia langsung menari-nari di atas sofa.

"Lele, apakah kamu gila?" kata Tong Jiumo, karena ketika keluar dari dapur sambil membawa masakan jepang yang akan dimakan bersama Tong Lele. 

Saat Melihat ibunya keluar dari dapur, Tong Lele kemudian melihat Tong Jiumo meletakkan nampan berisi teh. Lalu, dia melompat ke arah ibunya, dan langsung memeluk ibunya, kemudian menciumnya terus-menerus.

"Sudah cukup menciumnya? Ketika kembali dari taman bermain itu, kamu juga terus-terusan mencium tangan mami!" kata Tong Jiumo, karena dia benar-benar merasa bahwa ada kelainan pada putranya yang tidak bisa dijelaskan. 

Dalam tiga hari, Tong Jiumo berpikir dan mencari cara, bagaimana membujuknya agar anaknya bisa bahagia. Namun siapa sangka, padahal die belum sempat dibujuk, tapi sudah berubah begini. Tiga hari lalu, dia adalah seorang Tong Lele yang begitu pendiam, tapi sekarang sudah kembali menjadi Tong Lele yang riang, nakal, dan penuh dengan kegilaannya...