Semangat Muda

Aww sial. Sepertinya aku pingsan lagi.

Hal itu lah yang pertama kali terpintas dipikiran Javar. Apa yang ia lihat adalah ruangan yang sama dengan ruangan dua hari lalu. Ruangan tersebut adalah ruangan medis. Terdapat banyak kasur berjajar diruangan tersebut. Setiap kasur, memiliki satu buah meja kecil dan satu buah kursi disampingnya. Meja kecil tersebut berguna untuk menaruh makanan dan minuman.

Javar memperhatikan sekitarnya. Ia sedikit kesulitan untuk melihat sekitarnya karena kondisi ruangan yang gelap. Hanya cahaya dari bulan saja yang menerangi ruangan tersebut. Namun meskipun begitu, ia tetap dapat melihat sekitarnya.

Terdapat dua pasien terbaring di tempat tidur tak jauh dari tempat tidurnya. Namun, hanya dia seorang yang telah terbangun dari tempat tidur tersebut. Di meja kecil sebelah kasurnya juga terdapat makanan yang disediakan untuknya.

Hmmm. Sepertinya seseorang membawa kami kemari setelah kami terpingsan. Apakah ini perbuatan pak Rovel? Menurut ku ini perbuatan pak Rovel. Lain kali aku akan pastikan untuk tidak terpingsan kembali.

"Hoi Ajie, Izan. Bangun, bangun." Javar memanggil Ajie dan Izan yang sedang tertidur pulas dengan suara yang lembut.

"Hmmm . . . sebentar lagi," gumam Ajie. Ajie tetap tertidur pulas meskipun ia menjawab panggilan Javar.

Sepertinya mereka kelelahan sepertiku. Sebaiknya aku tak menganggu tidur mereka.

Javar pun memakan makanan yang disediakan untuknya. Perutnya terasa lapar setelah ia berlari seharian. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Otot-ototnya sulit digerakkan. Sepertinya ia benar-benar kelelahan karena berlari mengelilingi kerajaan.

Tanpa mempedulikan Ajie dan Izan, Javar makan sendirian di ruang medis tersebut.

Ting ting ting.

Suara sendok bersentuhan dengan piring terdengar dengan jelas. Javar makan dengan lahap.

Mendengar suara tersebut, kedua temannya terbangun. Dengan kondisi setengah sadar, mereka mencoba untuk duduk di kasur mereka.

"Oi kalian sudah bangun rupanya," ucap Javar sambil terus memakan makanan yang ada di piringnya.

Ajie dan Izan secara spontan melihat ke arah Javar.

"Hei, dimana makanan ku?" Ajie melirik ke kanan dan ke kiri. "Apa kau yang memakannya, Javar?"

"Apa kau buta? lihat di samping mu. Itu makanan mu!" Javar sedikit menaikan nada bicaranya.

"Ah sial gelap sekali. Bahkan makanan di sebelahku tidak terlihat," ucap Ajie

"Oi cepatlah makan makanan kalian dan segera tidur," ucap Javar.

Mendengar ucapan Javar, Ajie dan Izan segera memakan jatah makanan mereka.

Setelah mereka memakan makanan mereka, mereka tertidur pulas. Mereka tak memiliki energi untuk bercanda malam itu.

.

Pagi harinya, mereka terbangun dengan keadaan tubuh pegal-pegal. Seluruh tubuh mereka terasa sakit. Untuk mengangkat kaki saja sudah terasa berat. Mereka berniat pergi menuju lapangan depan kelas bertarung. Namun, sebelum mereka terpisah dari kasur masing-masing, mereka melihat sebuah surat di meja kecil milik mereka.

Mereka membuka surat tersebut. Penulis surat tersebut adalah pak Rovel. Isi suratnya mengatakan bahwa mereka harus istirahat hari ini.

Melihat hal tersebut membuat mereka sedikit lega. Akan sangat tidak masuk akal jika pak Rovel menyuruh mereka berlatih dalam kondisi tubuh seperti ini.

Hari itu mereka benar-benar istirahat. Apa yang mereka lakukan hanyalah makan - tidur - makan - tidur. Kelelahan perlahan hilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat.

Keesokan harinya, mereka kembali ke aktifitas biasa mereka. Mereka menuju lapangan depan kelas bertarung, tempat yang telah ditentukan oleh pak Rovel. Namun seperti biasanya, mereka harus menunggu kedatangan pak Rovel.

"Apakah kali ini dia akan telat lagi?" ucap Ajie.

"Hei jangan bertanya pada ku." Javar mengangkat bahu dan tangannya.

"Tidak bisakah kau datang dari masa depan dan memberitahukan kami kapan dia akan datang?" Ajie menghembuskan napas.

"Apakah kau lupa? kekuatan ku telah hilang. Dan siapa juga yang mau melakukan hal seperti itu?" Javar pun menghembuskan napasnya.

"Ah . . . kau yang dulu memang lebih berguna. Sekarang bagaimana caranya aku mengetahui masa depan?" Ajie memutarkan bola matanya.

"Hei hei, apa kau bilang?" Mata javar melotot.

Ahhh sepertinya akan dimulai lagi. Pikir Izan.

Benar sekali, mereka bertengkar bagaikan anjing dan kucing. Tak ada satupun yang mau mengalah.

Sepertinya mereka melakukan ini untuk menghabiskan waktu.

Izan hanya terdiam melihat mereka bertengkar.

Tak berapa lama kemudian pak Rovel datang membawa tas kecil tanpa mempedulikan pertengkaran yang sedang terjadi.

"Pagi anak-anak, pelatihan sekarang akan sedikit berbeda," ucap pak Rovel,

Pak Rovel mengeluarkan beberapa benda dari tas kecilnya. Benda tersebut adalah sebuah rompi dan beberapa pita berwarna putih.

"Sekarang, cobalah kalian kenakan rompi ini pada badan kalian dan ikatkan pita ini pada pergelangan tangan dan kaki kalian." ucap Rovel sembari memberikan benda tersebut.

Apa yang dirasakan Javar, Ajie, dan Izan adalah berat. Benar sekali, benda itu berat. Meskipun benda tersebut tak seberat benda kemarin, namun benda tersebut tetap lah berat. setidaknya 10x lebih ringan dibandingkan yang berwarna abu-abu.

Namun, apa yang akan terjadi jika mereka terus memakai benda tersebut? Apakah tubuh mereka akan cepat lelah? Apakah mereka akan bisa melakukan aktifitas sehari-hari seperti biasanya?

"Apakah kalian sudah selesai memakainya?" tanya pak Rovel pada ketiga anak laki-laki tersebut.

"Sudah pak," jawab mereka serempak.

"Baiklah, mulai hari ini kalian akan terus menggunakan itu selama pelatihan. Kalian hanya boleh melepas benda tersebut saat ke toilet dan tidur. Selain dari itu, kalian harus menggunakan benda tersebut. Bapak akan menaikan beratnya jika kalian sudah terbiasa dengan benda yang kalian pakai. Pelatihan ini akan membuat kalian semakin kuat setiap harinya. Selama kalian tidak menyerah, bapak yakin kalian akan menjadi orang yang kuat."

Mendengar hal tersebut membuat mata mereka menyala. Api semangat dalam tubuh mereka meledak-ledak. Tak ada yang bisa menghentikan semangat muda. Demi kekuatan mereka rela melakukan apapun.

"Sekarang, kalian larilah mengelilingi kerajaan. Seperti biasa, kalian harus kembali kesini sebelum matahari terbenam," ucap Rovel dengan nada tegas.

"Siap pak!" jawab mereka serempak dan penuh dengan semangat,

Mereka pun berlari mengelilingi kerajaan.

Pelatihan itu mereka lakukan selama sebulan penuh. Setiap mereka selesai berlari, mereka pingsan. Oleh sebab itu, mereka memiliki jadwal 1 hari berlatih 1 hari libur. Hal tersebut sangat efektif untuk perkembangan tubuh mereka.

Setiap mereka berlari, mereka menambahkan pita baru pada bagian tubuh mereka. Hingga pada hari terakhir pelatihan berlari mengelilingi kerajaan, mereka menggunakan pita sebanyak sembilan buah di setiap lengan dan kaki mereka. Mereka pun memakai tiga lapis rompi di tubuh mereka. Hal tersebut membuat orang-orang penasaran saat melihatnya. Mereka bertiga menjadi topik pembicaraan di seluruh akademi.

.

Satu bulan telah berlalu sejak pertama kali mereka berlari. Seperti biasanya, mereka berkumpul di lapangan depan kelas bertarung. Disaat mereka menunggu kedatangan pak Rovel, murid-murid lainnya memperhatikan mereka. Javar, Ajie, dan Izan mulai terbiasa dengan hal tersebut.

Awalnya mereka merasa risih karena menjadi pusat perhatian. Mereka, selalu memandang balik murid-murid tersebut untuk mengintimidasi mereka. Namun, bukannya semakin sedikit yang memperhatikan mereka, justru semakin banyak yang memperhatikan mereka. Mereka pun menyerah dengan hal tersebut.

Hari ini seperti hari biasanya. Ajie, Javar, dan Izan tak dapat memprediksi kedatangan pak Rovel. Terkadang pak Rovel datang sangat pagi, namun terkadang pak Rovel datang hampir mencapai waktu siang. Semakin lama mereka berlatih dengan pak Rovel, semakin mereka memaklumi kelakuan pak Rovel. Terkadang ia telat karena keasikan membaca buku. Terkadang ia datang terlalu awal karena bosan dengan buku yang ia baca.

Meskipun begitu, mereka tetap datang setelah matahari terbit. Semangat mereka tak membuat mereka menyerah dengan kelakuan pak Rovel. Meskipun terkadang Ajie tak dapat menahan kekesalannya karena menunggu terlalu lama.

Hari ini pak Rovel datang lebih awal tanpa membawa apa-apa. Dia datang dengan pakaian yang biasa ia kenakan. Jubah warna putih dengan corak merah serta celana katun berwarna hitam merupakan pakain kesukaannya. Pak Rovel datang dengan tersenyum pada murid-muridnya.

"Selamat pagi, anak-anak." Rovel melambaikan tangannya.

"Selamat pagi," jawab Javar, Ajie, dan Izan serempak.

"Kali ini kalian akan melihat hasil dari pelatihan selama sebulan penuh. Seperti biasa, kalian berlarilah mengelilingi kerajaan. Namun, kalian tak perlu menggunakan beban sedikit pun. Kalian harus berlari dengan kecepata maksimal kalian. Tak ada yang boleh berhenti sebelum kalian kembali kesini," ucap Rovel dengan nada tegas.

"Apa kalian sudah siap?"

"Siap pak!" Mereka membusungkan dada mereka.

"Sekarang mulai!"

Mereka pun berlari dengan kecepatan maksimal mereka seperti apa yang disuruh oleh pak Rovel. Yang membuat mereka terkejut adalah, tubuh mereka ringan sekali. Mereka berlari sangat cepat. Mereka dapat berlari 4x lebih cepat dibandingkan kecepatan lari mereka yang biasanya.

Biasanya mereka berlari sekitar 10 jam untuk dapat mencapai akademi. Namun sekarang mereka hanya membutuhkan waktu 2,5 jam saja untuk mencapai akademi. Dengan kecepatan lari seperti itu, mereka tak merasakan lelah sama sekali. Biasanya mereka akan mulai kelelahan setelah mereka berlari selama 3 jam. Namun, sekarang mereka tak butuh waktu selama itu. Mereka hanya memerlukan waktu 2,5 jam untuk dapat menyelesaikan satu putaran kerajaan.

"Bagaimana? Apa kalian merasakan sesuatu perubahan pada tubuh kalian?" tanya Rovel pada seluruh muridnya.

"Tubuh kami sangat ringa," ucap Ajie.

"Kami tak merasakan kelelahan." ucap Javar.

"Kami bertambah kuat," ucap Izan.

"Hahaha . . . sekarang kalian percaya kan, dengan apa yang bapak katakan?" ucap Rovel.

Mereka bertiga menganggukan kepala mereka.

"Baiklah kalau begitu. Sekarang kalian bisa mempelajari teknik kuno." ucap pak Rovel dengan mata bersinar.