ZING

Di sebuah lapangan luas yang berada tepat di depan kelas bertarung, terdapat seorang guru yang sedang menjelaskan teknik bertarung kuno kepada ketiga orang muridnya.

Murid tersebut sangat antusias mendengarkan penjelasan dari gurunya. Senyuman lebar serta mata bersinar terlihat di muka mereka. Hal yang mereka tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Pak Rovel akan mengajarkan mereka tehnik bertarung kuno. Apakah tehnik ini akan menjadi tehnik yang sulit dipelajari? Ataukah tidak? Apakah teknik ini lebih baik dibandingkan teknik yang dipinjamkan oleh dewa? ataukah tidak? Mereka harus mencari tahu hal tersebut.

"Baiklah anak-anak, bapak akan menjelaskan tentang tehnik bertarung kuno. Tehnik ini sebenarnya mempunyai nama. Meskipun tak banyak yang tahu, tapi nama tersebut sudah diturunkan turun temurun sejak zaman dahulu. Nama tehnik ini adalah [ZING]. Yahh, meskipun nama tersebut terlihat aneh, namun kalian jangan meremehkan kekuatan tersebut.

Dibutuhkan energi yang besar Untuk dapat mengeluarkan [ZING]. Oleh sebab itu, bapak melatih tubuh kalian terlebih dahulu. Bapak rasa, sekarang kalian bisa menggunakan kekuatan [ZING] selama beberapa detik.

Lalu bagaimana cara kalian bisa menggunakan kekuatan tersebut? Ada dua cara agar kalian bisa menggunakan kekuatan tersebut. Cara yang pertama adalah berlatih dengan giat dan bermeditasi hingga kau merasakan kekuatan tersebut. Kekuatan mu bisa berasal dari mana saja, tergantung afinitas yang kalian miliki.

Cara yang kedua merupakan cara yang sangat beresiko. Kalian harus terpapar oleh aura secara terus menerus. Kalian akan merasa seperti ditimpa oleh benda yang sangat berat. Tubuh kalian akan tertekan dari luar dan dalam. Darah kalian akan mengalir dengan cepat. Otak kalian serasa mau pecah. Dan kalian harus menahan rasa sakit tersebut hingga tubuh kalian secara tak sadarkan diri dapat mengeluarkan kekuatan [ZING].

Sampai sini, apa kalian mengerti?" ucap Rovel.

Ketiga anak lelaki tersebut menganggukan kepala mereka.

"Baiklah jika begitu, kalian akan pilih cara yang mana?" Pak Rovel terus memperhatikan ketiga anak lelaki tersebut.

Javar, Ajie, dan Izan perpikir keras. Mereka menyilangkan tangan mereka di depan dada mereka dan memejamkan mata mereka. Mereka berpikir seperti itu selama hampir satu menit. Namun, pak Rovel tetap sabar menunggu jawaban dari mereka.

Akhirnya Javar membuka matanya, lalu berkata, "aku akan memilih cara yang kedua. Meskipun beresiko, cara tersebut dapat membuat kami mengendalikan [ZING] dengan cepat."

Mendengar hal tersebut, kedua temannya pun membuka matanya dan berkata, "aku juga" secara bersamaan.

Pak Rovel mengangguk dan tersenyum dengan lebar. "Sebenarnya, meskipun kalian mengatakan jawaban yang pertama, bapak tetap akan memaksa kalian menggunakan metode yang kedua. Yahh, cara yang pertama biasanya dilakukan sejak kecil. Dan kalian sudah bukan anak kecil lagi."

Javar, Ajie, dan Izan hanya bisa tersenyum masam sembari menggaruk wajah mereka masing-masing.

Lalu buat apa dia menanyakan hal tersebut? Apa dia hanya ingin menjahili kami? Seperti biasanya, aku tak bisa membaca pikirannya. Javar hanya bisa menerima kata-kata pak Rovel dengan lapang dada.

"Baiklah, sekarang kalian bersiap. Bapak akan mempaparkan aura bapak pada kalian. Bertahanlah hingga aura dalam tubuh kalian keluar dengan sendirinya." Alis pak Rovel mengkerut, dia memperhatikan mereka bertiga dengan tatapan tajam.

Ajie, Javar, dan Izan menganggukan kepala mereka, lalu mereka menarik napas panjang.

Pak Rovel pun menganggukkan kepalanya lalu mengangkat tangan kanannya dan mengarahkannya kepada meraka.

Wuzz!

Tanah berguncang. burung yang berada di atas pohon berterbangan. Aura berwarna coklat dengan jumlah yang besar keluar dari tubuh pak Rovel. Aura tersebut mengarah kepada Ajie, Javar, dan Izan.

Seluruh murid dan guru yang berada di sekitar mereka melirik kesana dan kemari untuk mencari sumber kekuatan besar tersebut. Tak ada satupun yang diam merasakan kejadian tersebut. Setelah para murid dan guru berhasil menemukan sumber kekuatan tersebut, mereka menatap dengan mata lebar dan memperhatikannya dengan seksama.

Pandangan dari para murid dan guru tak menghentikan pak Rovel mengeluarkan aura. Ia terus mengeluarkan aura itu pada Ajie, Javar, dan Izan dengan seluruh kemampuannya.

Apa yang Ajie, Javar, dan Izan rasakan adalah persis seperti yang pak Rovel katakan. Tubuh mereka terasa tertekan. Saat ini mereka baru merasakan tekanan yang sangat berat. Meskipun begitu, mereka masih bisa berdiri tegak.

1 menit telah berlalu semenjak Ajie, Javar, dan Izan terpapar aura. Akhirnya mereka tak bisa menahan tekanan tersebut. Mereka terjatuh dan berlutut pada kedua kaki mereka. Wajah mereka mulai memucat. Keringat dingin keluar dari dahi mereka.

Melihat hal tersebut, pak Rovel tak berkata apa-apa. Wajahnya menunjukan wajah datar. Ini merupakan hal yang wajar baginya. Tak akan ada orang yang mampu menahan kekuatan dari dirinya, jika mereka tak memiliki aura yang melindungi diri mereka.

2 menit telah berlalu semenjak Ajie, Javar, dan Izan terpapar aura. Kali ini mereka sudah dalam posisi tengkurap. Tubuh mereka menempel pada tanah. Apa yang mereka rasakan adalah seperti di timpa oleh batu besar. Mereka tak sanggup menahan beban tersebut. Meskipun begitu, mereka tetap sadarkan diri.

Dahi pak Rovel mulai mengkerut akibat melihat hal tersebut. Ia mulai merasa khawatir dengan murid-muridnya. Tapi ini belum seberapa. Mereka bukanlah anak-anak biasa. Mereka pasti bisa melewati rintangan ini.

3 menit telah berlalu semenjak mereka terpapar aura. Apa yang mereka rasakan sekarang adalah rasa sakit di sekujur tubuh. Mereka tak dapat menggerakan tubuh mereka. Mereka menggertakan mereka dan berusaha untuk tetap sadar dalam kondisi tersebut.

Melihat hal tersebut pak Rovel mulai menarik bibir bagian bawahnya dengan tangan kirinya. 'Apakah harus aku hentikan saat ini juga? Atau harus aku lanjutkan? Jika aku berhenti sekarang, apakah mereka akan mau melakukan hal yang sama? Apakah jika aku lanjutkan, mereka akan baik baik saja?' Dengan mengepalkan tangannya erat-erat erat, dia meyakinkan dirinya. 'Aku yakin mereka akan baik-baik saja.'

4 menit telah berlalu semenjak Ajie, Javar, dan Izan terpapar aura. Mulai dari menit ini, otak mereka terasa mau pecah. Mereka mulai kehilangan kesadaran mereka. Namun karena rasa sakit tersebut, mereka tetap tersadar. Semangat mereka pun ikut membantu mereka untuk tidak pingsan.

Orang-orang sekitar mereka terus memperhatikan mereka. Mereka melihat dengan membuka sebagian bibir mereka tanpa mereka sadari.

5 menit telah berlalu semenjak Ajie, Javar, dan Izan terpapar aura. Mereka sudah beberapa kali batuk darah. Tubuh mereka sudah tak tahan lagi dengan paparan aura tersebut. Namun terdapat suatu kejanggalan dari tubuh mereka. Mereka merasa ada sesuatu yang ingin keluar dari tubuh mereka. Apakah itu muntah darah lainnya? atau bahkan organ-organ tubuh mereka yang akan keluar?

Orang-orang sekitar mereka semakin heran dengan apa yang sedang terjadi. Semakin banyak orang yang berkumpul di sekitar mereka, namun Ajie, Javar, dan Izan tak mengetahui hal tersebut. Berusaha untuk tetap sadar saja sudah sangat susah, apalagi memperhatikan sekeliling mereka.

6 menit telah berlalu semenjak mereka terpapar aura. Sesuatu yang janggal tersebut akhirnya keluar dari tubuh mereka. Sesuatu tersebut melindungi mereka dari paparan tersebut. Namun mereka tak bisa mengendalikan sesuatu tersebut.

Melihat hal tersebut, keraguan di dalam diri pak Rovel menghilang. Ia mulai menunjukan senyuman di wajahnya. Meskipun begitu ia tetap mengeluarkan aura untuk menekan tubuh mereka. Hal ini dilakukannya untuk terus membuat mereka mengeluarkan aura dari dalam tubuh mereka.

7 menit telah berlalu semenjak mereka terpapar aura. Mereka mulai menyembuhkan diri disaat masih dipapar oleh aura. Tenaga-tenaga yang tadi hilang, kini mulai pulih. Rasa sakit pun sedikit demi sedikit mulai menghilang. Namun mereka tetap tak bisa berdiri karena tekanan yang luar biasa.

10 menit telah berlalu semenjak mereka terpapar aura. Akhirnya mereka berhasil berdiri dengan kedua kaki mereka. Wajah mereka kembali segar, meskipun terdapat sisa darah di ujung bibir mereka. Badan mereka pun sudah tidak terlalu sakit, dan mereka sudah mampu menahan beban berat tersebut.

Setelah melihat Ajie, Javar, dan Izan sudah kembali berdiri, pak Rovel berhenti mengeluarkan aura dari dalam tubuhnya. Meskipun sudah mengeluarkan aura yang begitu banyak, namun tubuhnya tak terlihat kelelahan. Dia masih tersenyum seperti biasanya, tak ada ekspresi yang menunjukan kelelahan pada wajahnya.

Tap tap tap tap!

Orang-orang sekitar mereka bertepuk tangan melihat kejadian tersebut.

Ajie, Javar, dan Izan memiringkan kepala mereka dan mengangkat salah satu alis mereka. Mereka kebingungan dengan kejadian tersebut. Mereka tak tahu apa yang telah terjadi selama ini.

Disaat Ajie, Javar, dan Izan sedang kebingungan, seseorang lelaki paruh baya dengan rambut berwarna putih dan berparas tampan datang bersama murid-muridnya dan menghampiri mereka.

"Selamat Selamat. Akhirnya kau mendapatkan murid Pak Rovel. Dengan begini, kau bisa mendaftarkan muridmu untuk mengikuti kejuaraan bertarung akademi," ucap lelaki tersebut dengan senyum menghina.