Mungkin Tuhan telah menyuruhku datang ke kota ini lewat mimpi, kota yang gerah.. yang tersedia hanyalah kebisingan semata, bau pengap menyergap seisi langit, tak ada pagi yang sejuk, tak ada sore yang cerah… udara tercemar keburukan semata, tak ada indah.. tak ada senang..
Sementara aku hanyalah seorang pengelana, yang mencoba menjemput takdir hidupnya, takdir yang telah ditulis Tuhan dalam buku hariannya, takdir lahir, takdir cinta, takdir kematian, semuanya lah takdir hidupku yang telah tertulis..
Dari awal aku pikir uang bisa membeli segalanya, nyatanya tidak !! setua ini aku hanyalah daging yang tak beruntung, lembaran rupiah hanya menghadirkan angka-angka semata, tapi tidak untuk cinta, jauh di pengharapan ku, bahkan untuk bermimpi pun aku takkan sanggup.
Cinta menjadi barang langka yang bahkan tak bisa aku beli berapa pun nilainya, cinta memusuhi ku sedari dulu.. ia menjauh bahkan ketika aku sekarat kehabisan napas ketika berlari mengejarnya.. ia sama sekali tak pernah peduli kepadaku, cinta terlalu bengis untuk jadi satu objek pemujaan ku padanya... cinta terlalu berkhianat untuk manusia sepertiku, yang berpikir bahwa hidup itu lurus dan berwarna cerah...
Begitulah, aku memang tak pantas untuk bahagia, inilah rahasia Tuhan, dan aku mesti mau menerimanya, selamat datang kesakitan, isak tangis dan air mata, akulah si pecundang itu, manusia gagal paling gagal.. si penakut bisu yang tak mampu berbicara cinta, yang selalu takut bermimpi bisa menggenggam jari bidadari, aku hanyalah seorang pengkhayal, akulah gelisah tanpa ujung tepinya, ketakutan ku hanya satu, mati menua tanpa cinta…
Yang aku tau tentang cinta adalah ia hanya memberi ku sakit, tak ada cinta abadi kiranya.. bagiku semua menguap mengikuti waktu.. sebentar lagi ujung sakit ini menghampiri ku dengan langkah tegap berwibawa, dengan ketegasan nya ia memaksa ku mendiami pusara kegelapan tanpa cahaya penerang, lantas dengan apa segala yang tercipta untukku bisa dengan mudah menjadi milikku seutuhnya aku berjalan tanpa melihat jalan.. entah kenapa… cahaya matahari memudar sebelum waktu menjelang senja...
Tuhan tak pernah benar-benar mengirimkan jodoh buatku, berpuluh-puluh pertemuan, beberapa wanita hinggap lantas terbang begitu saja sesuka hati mereka. Satu dua datang lantas pergi, lalu yang ke tiga dan keempat datang lagi, pergi lagi.. begitu seterusnya berbulan-bulan.. bertahun-tahun.
Yang tomboy menjauh ketika aku mulai mendekat, yang janda berkaca mata memutuskan untuk tak menemuiku lagi setelah anaknya menunjukan mimik wajah benci kepadaku, yang gadis apalagi.. hanya menginginkan uang ku saja, nyatanya aku menjadi orang ke tiga dalam hubungan asmaranya.
Dan banyak lagi kiranya, bahkan yang gendut pun hanya bertahan 2 minggu menjalin hubungan denganku, lantas memilih menikah dengan calon suami yang dijodohkan ibunya.
Hampir 7 tahun menjadi pengelana di kota ini.. menjadi kaum urban yang mencoba peruntungannya, menjadi seseorang yang berbeda, seseorang yang baru dari sebelumnya., tapi tak pernah bisa.. aku masih orang yang sama..
Tiba-tiba saja aku merasa terasing di tengah keramaian kota ini sendiri, diam di tengah riuh tawa orang-orang, memuai di bawah terang lampu.. aku ingin mengucilkan diri jika bisa.. jika saja bisa.
Akh mencintai, kenapa harus jadi sesulit ini ?
Memandangi langit malam, bintang-bintang tenggelam dalam kabut awan gelap, menghalangi pemandangan ku.
Aku mengharap cahaya malam ini, tapi keajaiban tak kunjung kudapati bahkan sampai hari menjelang pagi.. besok aku masih jadi seorang lajang, bandot tua dengan kacamata minus dan rambut kriwil ancur-ancurannya, daya tarik apalagi yang bisa kutawarkan pada semua wanita ?? penampilan fisik ku tak pernah mendukung ku, aku harus bagaimana Tuhan ??
Jiwaku mengurus kering, seperti tanaman yang tumbuh tanpa nutrisi, kering kerontang..
Pernah aku kutuki keadaan ini, lantas berharap agar Tuhan mau menukar masa ini dengan kebahagiaan ketika dulu aku masih menjadi seseorang suami bagi istri yang cantik, menjadi seorang ayah yang hebat bagi anak kecil laki-laki umur 2 tahun.. ingin menangis rasanya mengingat mereka berdua yang karena keegoisan ku akhirnya menjadi korban tanpa bisa melawan, aku ini laki-laki tanpa perasaan.
Aku ini Ayah tanpa anak.. tanpa anak yang selalu dirindukannya..
Lahir, lalu tumbuh menjadi seorang manusia.. masa kanak-kanakku dulu adalah masa paling menyenangkan, dimanja orang tua.. dihidupkan sebagaimana orang hidup, lantas setelah dewasa kehidupan itu tetap menyenangkan.. pendidikan yang cukup, ajaran agama yang cukup.. aku hidup sempurna, bahkan ketika dia yang dulu kupacari akhirnya menjadi istriku, menikah di usia matang.. tidak tergesa-gesa, lalu setahun menikah akhirnya seorang jagoan kecil lahir setelah hampir 12 jam ditungui, istriku meronta-meronta, sementara aku setia menggenggam tangannya, menguatkan dia.. bersama-sama menungggu kelahiran putra kami tercinta…
Jagoan kecil ku hanya bisa berteriak di pagi buta, ketika ia mendapati kehidupan barunya, dunia yang lapang beraneka rupa warna.. lantas menangis sejadi-jadinya, mencari puting seorang ibu.. nalurinya yang menggerakkan kesana… aku yang melihatnya hanya takjub, dari ketakjuban itu aku berjanji dalam hati "tak kan pernah aku sia-siakan dia, takkan pernah aku menyakitinya.. dia, anakku terhebat, dari seorang ibu tercantik yang pernah ada didunia ini…"
Hidup yang indah kadang juga harus dimulai dari keterasingan, dibuang oleh orang –orang yang kita sayangi, dibiarkan sendiri.. menyendiri.. bukankah dari sana kita bisa belajar tentang sabar.. belajar menjalani kehidupan sebagaimana kehidupan itu berputar dengan iramanya sendiri, memaksa kita manusia-manusia yang hidup di dalamnya untuk patuh mengikuti ke mana alur kehidupan membawa kita, pada kebahagiaan kah ? pada kehancurankah ? satu hal yang pasti.. kehidupan tidak untuk disia-siakan.
Sekarang aku tetap seorang lajang, duda anak satu, entah kemana kehidupan ini akan membawa ku.. aku pasrah saja, Tuhan terlalu sibuk dengan umatnya yang lain.. umatnya yang jauh lebih payah dariku, yang bisanya hanya meminta tanpa tau tata krama berterimakasih pada-Nya, sementara aku.. biarlah.. aku bisa mengatasinya sendiri, aku tak perlu merengek-rengek seperti orang berputus asa.
Sendiri itu sampah, sendiri itu perenungan… sendiri itu lepas bebas dan merdeka.. sendiri itu tanpa teman.. sendiri itu musnah dalam kesia-siaan.. sendiri itu meracau gila.. sendiri itu pergi tanpa pamit.. sendiri itu seperti makan nasi hanya pakai garam saja.. sendiri itu baju tanpa celana…
Datanglah cinta !!! aku merindumu wahai dewi asmara… !!!