Sesiang ini, matahari terasa membakar ujung kepalaku, menggosongkan kulit. malas keluar rasanya… sangat malas, aku hanya bisa tergeletak lelah menahan amarah.. rasa haus menjalar ke seluruh tubuh, tidak hanya kerongkongan, batinku juga kering kerontang, tangerang seperti neraka saja disiang hari, asap mengepul dari cerobong pabrik yang bertebaran diseantero kota, ditiap sudut-sudutnya, berdesakan berebut tempat dengan bedeng, mes.. atau rumah kontrakan kaum buruh urban.
Jalanan disiang hari apa lagi, terik menyengat, bising dari suara kendaraan yang melaju merayap dijalan-jalan, bau asap kendaraan hanya bikin mual saja.. debu dari tanah yang mengering berterbangan mengantarkan penyakit... aku tak ingin keluar rumah… !!
Bahkan hanya untuk mendatangi minimarket saja berat rasanya, padahal ia berjarak hanya 100meter dari rumahku, berdiri ditengah-tengah komplek perumahan, ia selalu menjadi oase bagi hari-hariku, sepulang dari toko kue ku, aku selalu menyempatkan datang, melihat aneka rupa barang-barang, atau apalah.. terutama menggoda pramuniaganya yang centil, ia membuka diri untuk semua orang 24 jam, siang malam, hujan atau panas… aku butuh datang kesana sekarang, membeli parfum, membeli roti, membeli minuman.
Sementara disini, aku terkapar disudut kamarku kepanasan, menahan setumpuk gerah yang membalut sekujur tubuh.. sekaleng coca cola tak bisa menyelamatkanku.. melirik kearah kanan, ikan Arwana merah tersenyum manis kearahku, mengajakku berenang dirumahnya.
Padahal sebentar lagi aku akan mengadakan sebuah pertemuan, tinggal hitungan jam atau tepatnya tiga setengah jam lagi.. sekarang baru pukul 1 siang, masih ada waktu untuk mempersiapkan segalanya, semoga tidak turun hujan..hari-hari ini tangerang selalu menyimpan kegelisahan, cuaca yang tak bisa ditebak.. siang hari panas menyengat ubun-ubun.. lantas sore sampai malam malah datang hujan yang tak bisa ditawar-tawar.
Inilah saat-saat yang membahagiakan itu, aku melihat malaikat putih tersenyum kearahku, ia memperhatikanku sedari tadi.
Sayapnya menjuntai menjejak tanah.. padahal ia persis berada tepat diluar jendela kamarku yang berada di lantai dua, jemarinya memainkan lagu dari sebuah harpa yang ada didekapan tangannya.. lagu cinta untukku, dan aku tersenyum menahan getir gelisah, entah karena apa.
Pertemuan.. apapun bentuknya, bagaimanapun runut ceritanya selalu menyimpan misteri tersendiri, pertemuan adalah catatan tentang peristiwa yang akan membentuk sejarah setelahnya, pertemuan.. bagaimanapun dan dengan siapapun akan memberi kesan yang sangat special, berbeda, menyenangkan, memusingkan.. atau aneh, membuat bahagia dalam rasa yang berbeda, yang baru, yang tak pernah bisa kita temui dalam hidup kita yang biasa-biasa saja..
Pertemuan itu sebuah jamuan pada pada pesta perayaan, pertemuan itu misteri dari cerita tentang para dewa yang memutuskan siapa yang akan turun ke bumi, dan menyamar Jadi manusia... pertemuan adalah sebuah rahasia tentang banyak kisah kehidupan yang akan diceritakan kelak..
Dan tiga setengah jam lagi, aku telah ditunggu seseorang, maka untuk membuat pertemuan ini menjadi sangat istimewa, aku tak boleh mengecewakannya, akan aku persiapkan pakaian terbaik yang aku miliki, dandanan sederhana namun mengundang simpatik baginya, bau parfum yang berbeda dari biasanya, sebagai laki-laki berumur mungkin sisi kedewasaan dalam penampilanlah senjata utamaku, aku harus bisa menarik hatinya, sangat bisa.. seperti bagaimana ia takluk oleh buaian kata-kata dalam chat Blackberry mesengger ku, atau bagaimana ia merasa sangat senang ketika berbicara lama-lama lewat telpon denganku, hampir terbakar rasanya telingaku.. tapi perempuan sepertinya memang harus ditaklukan dengan cara seperti itu.
Inilah sebenar-benarnya alasan ia mau menemuiku, katanya.. ia penasaran saja. Apakah kelembuatan suaraku akan sama indahnya dengan kelembutan wajah seorang laki-laki yang sangat ia idamkan, yang selama ini selalu ada dalam alam khayalnya, akulah laki-laki itu katanya, akulah impiannnya, dan lagi katanya ia pun sangat tidak sabar dengan pertemuan ini.. berkali-kali ia menelpon ku memastikan agar aku tidak lupa dengan janji pertemuan ini, mengingatkanku untuk tidak lupa dimana tempat pertemuannya, sekali-kali ia menanyakan kepadaku tentang pakaian terbaik yang harus dipakai seorang wanita dalam sebuah pertemuan, suka blus kah ? atau pakaian sehari-harinya, celana jeans dan kaos oblong.. ia sangat ingin terlihat sangat sempurna, dan tugasku adalah menyempurnakan semua impiannya tentang laki-laki.
Semoga aja…
............….
Dimitri melirik jam tangannya, masih pukul satu lebih, masih sangat lama, masih banyak waktu.. namun tiba-tiba lamunannya tentang rencana pertemuan dengan seorang wanita, buyar seketika oleh suara ringtone di hapenya, dilirik sebentar, memastikan siapa yang menelponnya, diangkat hapenya, wajah anaknya yang tampak.
"Haloo…" suara anak laki-laki lantang berteriak dengan kerasnya, suara yang sangat dihafalnya.. satria anaknya.
"Halo de !!" dimitri sedikit terkejut, lantas mencoba bersikap santai sebisa mungkin.
"ayah lagi apa ??" suara si anak sedikit meyelidik
"lagi diem aja.. dede lagi apa ??" dimitri mengatur nafasnya
"abis maen ama ka rizal.." santai
"dede sehat ??" kini giliran dimitri yang mengambil vokal
"sehat ayah… he he… " si anak menjawab, polos.. tertawa renyah..
"udah makan belum de ?" Dimitri kembali mengulang perannya, mencoba menjadi ayah yang sangat perhatian
"udah ayah…" tanpa beban, si anak menjawab dengan enteng
"Oh…." dimitri kehabisan kata.
"ayah.. dede pengen sepeda baru" si anak dengan menjanya merengek meminta dimitri fokus pada kalimat terakhir yang diucapkannya.
"sepeda BMX de !!??" dimitri mencari jeda, dengan memberi pertanyaan balik
"iya ayah…" si anak menjawab tegas, seakan yakin pada jawabannya
"ia… ntar ayah beliin, ayah kirim sepedanya" dimitri meyakinkan, mencoba bijaksana.. mengharap anaknya di seberang sana, tersenyum manis kepadanya.
"asyik… makasih ayah !!!" kali ini si anak tidak hanya tersenyum, tapi memberi sinyal bahagia pada dimitri.. girang bukan main
"tapi dede janji ya.. jangan nakal, jangan bikin susah kakek sama nenek.." dimitri hanya mencoba mengingatkan, berusaha mendidik si anak dengan cara yang berbeda, cara seorang ayah..
"he he…" si anak kembali tersenyum, ia tau.. ternyata diam-diam ia selalu menyimpan kata-kata itu dalam ingatannya.. nasihat dari ayahnya, sesuatu yang selalu ia langgar tentunya.
" de !! titip salam buat bunda ya…" dimitri terbata-bata mengucapkan kalimat itu.. menahan haru rindu dalam dadanya.
Tuuuuuuuuttt..... telpon terputus, tak ada jawaban, sama sekali tak ada jawaban..
Dimitri mematung diam
............…
Kita akan menempuh jalan hidup yang berbeda satria !!, setelah ini kamu akan tumbuh membesar lalu menjadi dewasa.. menentukan tujuan hidupmu, melangkah mengikuti jalan yang membentang didepanmu, kamu adalah anakku, tetap jadi anakku selamanya, dan aku akan tetap menjadi ayahmu sampai mati, darah yang mengalir di tubuhmu adalah darahku, bukan darah siapa-siapa.. takdir hanya memisahkan jarak untuk kita, tapi tidak bagi rasa ini, masa depanmu sepenuhnyalah tanggung jawabku, mewujudkan mimpi-mimpimu adalah tantangan terbesar bagiku.
Aku masih ingin jadi ayah yang hebat untukmu, menjadi nelayan yang akan membawakan ikan-ikan untukmu, ikan-ikan yang hidup dilautan kehidupan, sempurnakanlah janji kita ini dengan kesunguhan, kelak dengan kerja kerasku aku akan merebut kembali dirimu.. mendekatkan kembali kehidupanmu dengan kehidupanku.
Jadilah anakku, jadilah satria untukku selamanya, maafkan dosa-dosa ayahmu, lupakan masa lalu kelam kita dulu.. kita berdua adalah laki-laki yang hebat bukan ? laki-laki yang sama-sama mencintai satu orang wanita yang sama… Ibumu, bunda tercantik yang pernah hadir dalam kehidupan kita berdua, yang selalu membelai wajah kita bergantian, yang selalu tersenyum ketika kita membuatnya bangga, yang selalu tertawa ketika kita membuatnya bahagia… hanya ada dua orang laki-laki tersayang baginya, dan kedua orang itu adalah kita.. aku dan kamu, tidak bagi orang lain yang datang setelahku..
Kau akan tumbuh sempurna selayaknya aku, menjadi laki-laki.. seperti cara para lelaki menjalani hidup, kita adalah segerombolan cowboy yang terbiasa menggiring kawanan sapi disepanjang kehidupan kita, kita adalah para pengelana waktu yang senantiasa berdzikir melapalkan ayat-ayat Tuhan mencari hakikat tentang jati diri..
Kita adalah jiwa-jiwa yang merdeka, kita adalah sejatinya manusia penyabar.. kita adalah keikhlasan, kita adalah senyum.. kita adalah airmata bahagia.
Berlarian sejauh-jauhnya, lupakan tentang semuanya, tentang kesedihan, tentang airmata, semuanya telah tiada, hanyut menuju kelam masa lalu, sudah !! berhentilah menangis, tengadahlah kelangit, temukan bintang-bintang. Agar air mata itu tak pernah menetes membasahai pipimu, hidup adalah kata meminta yang tak pernah selesai, selalu saja ada pencarian didalamnya, menemukan semuanya yang menjadi ambisi, perjuangan.. itulah jiwa dalam setiap pertempuran dalam hidup, seseorang mesti belajar menjadi kejam bila ingin hidup, sebab sesuatu yang lunak akan selamanya terinjak-injak…
............….
Hampir beranjak sore, matahari menggelayut diufuk barat..
Dimitri menatap kekosongan jiwanya, hampir 4 tahun lebih.. tak terasa, di rentang waktu itu ia tak bisa lagi menyaksikan setiap jengkal tinggi badan anaknya tumbuh dewasa, ada ruang jeda yang menciptakan jarak terlalu jauh baginya, samar ia bisa melihat kembali.. semuanya telah menjadi masa lalu, ruang jeda itupun akhirnya meninggalkan kegelapan yang sangat dalam, trauma masa lalu, trauma dikhianati, trauma ditusuk dari belakang… cinta meninggalkan jejak-jejak kepedihan, yang bernoda kotor dan tak bisa dicuci sama sekali.. darisanalah segala mula kengerian itu berawal, mustahil menemukan pasangan hidup yang setia, mustahil menemukan pasangan hidup yang rela berkorban apapun untuk dirinya.. mustahil menemukan cinta sejati.. yang rela hidup semati bersamanya..yang sabar ketika musibah menderanya..
Diujung keputusasaan, ingin rasanya ia segera mungkin mengakhiri hidup, tanpa perlu Tuhan yang duluan memanggilnya, kerinduan pada surga, kerinduan pada kebahagiaan yang abadi. Rasa sakit ini terasa perih mengiris memerah darah..
Beranjak menuju dapur, meminum air putih sebanyak mungkin.. lantas pergi kekamar mandi, ditatapnya satu wajah yang tak asing baginya, wajah penuh kepayahan.. wajah paling tolol yang pernah ia kenal sepanjang umur hidupnya, raut kepengecutan itu tampak nyata kini, ia telah kalah sebelum berperang.. meradang ia mengingat masa lalu, istri yang dicintainya memilih meninggalkannya ketika ia terpuruk dalam kebangkrutan… hemmh… cinta terlihat bengis baginya ketika ia menghiba agar dia.. istrinya.. cinta sejatinya, ibu dari anak laki-lakinya… agar tak pergi meningalkannya, ia mengemis, meminta.. meronta-ronta.. tapi tangan itu dengan bengis menghempaskannya, tangan yang tak pernah ia lihat kembali, sampai datang ketika surat gugatan cerai memintanya untuk ia tandatangani.