Hadapkan aku pada kemungkinan yang terburuk, biar jiwa semakin keras menghadapinya !!! jangan beri aku gula, aku takut jadi sakit karenanya... jangan beri aku cinta, aku takut jadi lemah pada akhirnya.....
Kita telah memulai dari arah dimana kita ingin menyudahinya, kita akan membinasakan semua kegundahan hati, kita akan merobek semua perasaan yang menyiksa diri.
"Jadilah orang yang pandai bersyukur" katamu suatu hari.
Aku selalu percaya pada kata-katamu, percaya pada kebaikan bahasamu, kamu yang mengajarkan ku tentang indahnya moral budi pekerti yang baik, tatakrama sopan santun pada sesama.
"Antara ada dan tiada bukan ukuran kebahagiaan seseorang, dan yang mempunyai belum tentu seberuntung orang yang tidak mempunyai, yang tak mempunyai bukan pula orang yang tak bisa seperti mereka yang banyak memiliki...."
Aku tertawa dalam hati, kamu adalah teman yang paling gila yang pernah kukenal...
Lamunanku mengembara hanya padamu, kaulah teman juga sahabat, kau melebihi segalanya.
Lebih hebat dari mereka yang menjadi saudara sedarahku.. kau yang bukan siapa-siapa mampu melampaui kebijakan yang seharusnya datang dari mereka..
"Suatu saat ketika hidupmu kembali ketitik terendah, kepada bilangan angka nol, kamu baru tersadar ada banyak rasa yang telah kamu lewatkan ketika dirimu terbalut emosi kesombongan...."
Saatnya kita kembali ke hutan teman !! aku rindu saat-saat terbaik dalam hidupku dulu, inilah katamu tentang masa depan yang kau ramalkan dulu.. sayang nya aku tak pernah perduli dan kini rasa sesal itu datang menghampiri, kesakitan yang bertubi-tubi dari kegagalan hidup, aku hampir saja ingin bunuh diri jika saja bukan karena kata-katamu yang mencegahku.. aku sudah menabrakan diri membiarkan kereta api itu menghantam tubuhku… dan menyisakan kepingan tubuhku bercecer sepanjang rel.. aku telah menjadi manusia gagal, manusia payah tanpa harga diri..
Ajak aku mendaki gunung lagi teman !! aku ingin melihat puncak tempat dimana kita sering menghabiskan masa-masa muda dulu, sampai mati aku akan tetap jadi anak pencinta alam, meski syal, badge dan baju planel sudah tak menempel lagi ditubuhku.. perduli apa ?? kita bukan anak Pramuka yang mementingkan atribut… bakar kembali kayu-kayu dan usir rasa dingin ditubuh kita.. biarkan apinya menjilati gelap malam.. menghidangkan kehangatan untuk kita.. mari kembali bekemah ditengah hutan.. aku rindu aroma udara pagi menghidangkan secangkir kopi hitam untuk kita..
"Kapan pulang kembali ke bandung ?? terlalu lama kau berkelana Dimitri, Bandung sekarang sudah mulai pengap.. macet disana-sini.. tapi kota ini tetap merindukanmu, ini tanah surgamu.. kota yang selalu kau puji-puji.. kota yang selalu kau banggakan.."
Berapa kali kau merajukku teman ?? menyuruhku pulang meskipun kau tau aku takkan pernah mau pulang.
Aku telah memilih jalan hidupku sendiri, seperti apa yang aku suka, seperti apa yang aku punya.. setelah itu biarkan maut menjadi jalan akhirnya, gerbang menunju kebakaan, seperti halnya sesuatu yang diciptakan.. ia hidup.. lalu mati..
Tapi kata-katamu tentang masa depan selalu mengusikku, ia merantai kakiku, hingga ia memberatkan langkah kakiku.. menyadari segala sesuatu tentang kata-katamu selalu mengundang kebenaran, aku selalu terpojok di satu sudut.. aku jadi rindu pulang teman, rindu kamu tentunya…
"PERSIB sekarang sudah punya Stadion yang lebih hebat dibanding tim-tim lainnya, jadi kita tak perlu takut kehabisan tempat duduk… Stadionnya semegah Camp Nou.. mirip-mirip juga sama Alianz Arena kandang Bayern Munchen, kalau jadi pulang ke bandung.. Kabari aku, aku traktir makan di waroeng steak.. tiket nonton Persib juga sudah aku siapkan…"
Kalau aku jadi pulang aku pulang sebagai apa ?? aku sudah tak punya lagi status.. segalanya serba tak pernah jelas.. serba tak pasti… terlalu lama kunikmati hidup bagai layang-layang putus, seperti tak pernah diharapkan kembali, akan sangat riskan jika aku paksakan pulang, aku takut hatiku makin remuk melihat kenyataan..
"Oh… Common.. tak perlu seperti itu juga, hadapi kenyataan.. bukan lari terbirit-birit, kenyataan adalah kepastian, tentunya hidup serba tak pasti tidaklah menyenangkan bukan ? aku tak pernah membayangkan bahwa sahabatku bisa sepengecut ini, tenggelam dalam batok kepalanya sendiri.. batok kepala yang berwarna hitam karena begitu rajinnya ia goreskan arang dijidatnya yang lapang… atas nama alasan malu… atas nama alasan takut… atas nama alasan Trauma, kamu terlalu bodoh untuk menghabiskan waktu dengan keterpurukan seperti itu"
Setiap orang juga butuh trauma, traumatic itu menyimpan kekuatan, ia mengunci masa lalu dengan kepedihan, terlalu sembrono menjalani masa depan juga salah, seperti naik sepeda motor tak melihat spion.. Trauma juga menyenangkan, ia menunda keburukan akan apa yang terjadi dimasa depan..
sejak kapan kau mengagumi Mario teguh ??
yang aku kagumi hanya kamu, sahabat !! tidak dilebih-lebihkan.. tidak mau pulang sekarang ini bukan berarti aku membencimu, bukan pula menghianati semua kebaikan yang kau tawarkan padaku.. entahlah !! jiwaku masih kering.
" Jiwamu telah menjadi keras sekeras batu, ku akui kehilanganmu adalah sejarah terpahit dalam catatan kehidupan ku.."