Masih di pesta
Sudah hampir setengah jam aku duduk sendiri, apa Adrian masih mengobrol dengan rekan kerja Papa nya pikirku? ku putuskan untuk menelpon Adrian, baru saja mengeluarkan ponsel dari clutch.
"Maaf mengabaikanmu, aku tak enak hati kalau tidak menyapa mereka." Akhirnya Adrian datang juga.
"Tidak apa aku paham, kau tau aku disini?"
"Aku melihatmu berjalan kearah sini, mau pulang?"
"Iya aku bosan, dan juga kaki ku ini rasanya sudah mau patah saking lelahnya." dia terkekeh, aahhh tampannya.
******
Kumandang adzan subuh membangunkanku, aku membuka mata perlahan, kamar? Aiihh, karena terlalu lelah semalam aku tertidur begitu masuk mobil, mungkin Adrian yang membawa ku ke kamar, aku masih memakai kebaya yang semalam. Aku bergegas mandi, begitu selesai mandi dan berpakaian rapi, ku tunaikan kewajibanku seraya memanjatkan doa dan syukur atas apa yang aku miliki saat ini.
Drrrttt drrrttt, pesan masuk
From: Adrian
Kau sudah bangun?
To: Adrian
Sudah, terimakasih sudah membawaku ke kamar.
From: Adrian
Kau berat.
From: Adrian
Aku bercanda gadis, mau olahraga?
To: Adrian
Aku tidak membawa pakaian olahraga. Belum sempat ku tekan send.
Tok tok tok
Ceklek, aku hanya membuka sedikit pintu kamar, ku lihat Adrian sudah siap dengan kaos lengan pendek, celana training panjang dan handuk kecil dilehernya.
"Hai, aku tau kau tidak membawa pakaian, ini punya Mama pakailah."
"Terimakasih, tunggu 10 menit aku akan siap." dia hanya tersenyum dan mengangguk. Tidak sampai 10 menit aku sudah siap.
"Pagi Bu, Yah, Om, Tante."
"Pagi sayang, Drian sudah menunggu di depan."
"Iya Tante, Meera keluar dulu ya."
"Iya sayang, bilang Drian pulangnya jangan terlalu siang panas."
"Iya tante, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Adrian sudah menunggu, kami akan bersepeda ke taman dekat rumah Om Ardi. Kami mengelilingi taman beberapa kali, cukup membuat kami berkeringat, terlebih taman ini tak kalah luas dengan taman kota, aku memberi isyarat pada Adrian untuk beristirahat sejenak, setelah memarkirkan sepeda kami duduk dibawah pohon, aku bersandar dibahu Adrian.
"Aku beli minum sebentar ya." aku hanya mengangguk sambil tersenyum, aku juga mengambil beberapa foto selfie, tak lama kemudian Adrian datang dengan membawa dua botol air mineral. Saat minum aku melihat ke arah pria yang tengah duduk dikursi taman sambil memainkan ponselnya, seperti pernah melihatnya tapi dimana pikirku. Menyadari arah pandangan ku.
"Itu Raja kau ingat, yang semalam tetap bekerja di acara pernikahan Kakak nya." aku hanya ber Oh ria.
"Dia anak kedua keluarga Wijaya, aku dengar dia masih sendiri."
"Lalu? apa urusannya dengan ku, aku sudah memiliki calon suami kalau kau lupa."
"Bagaimana aku lupa, aku calon suamimu, kemarilah." dia menarik kepalaku untuk kembali bersandar di bahunya. Semenjak obrolan di taman kota waktu itu, aku mulai terbiasa dengan hal-hal manis yang sering dia lakukan.
"Oh iya, Tante bilang jangan pulang terlalu siang panas." Adrian memegang kedua bahuku.
"Kau boleh memanggilnya Mama, bukankah dia juga akan menjadi Mama mu nanti." aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, dia terkekeh.
"Boleh aku memelukmu?" belum sempat aku menjawab, dia sudah memelukku.
"Kenapa kau begitu menggemaskan gadis, rasanya tidak tahan untuk tidak memelukmu." dia membelai rambutku lembut, nyamannya.
"Aku malu Dri, disini banyak orang." sambil berusaha melepaskan diri, berhasil, Adrian melepaskan pelukannya dan mengusap lembut pipiku yang sudah merah karena menahan malu, akibat perbuatannya kini banyak pasang mata yang memandang ke arah ku.
"Ayo pulang, kau pasti sudah lapar." dia berjalan ke arah sepeda dan hendak meninggalkan ku.
"Hei tuan muda, tunggu...." dasar pria menyebalkan, berhasil membuatku tersipu malu sekarang malah mau meninggalkanku, kita lihat saja nanti siapa yang lebih unggul dalam bersepeda ini, aku menggerutu sepanjang perjalanan pulang.