Hari ini aku ikut Adrian ke kantor pusat, sebenarnya aku malas untuk ikut, aku juga tidak mau mengganggunya dalam bekerja, tapi dia memaksa dan lagi Ayah, Ibu, sudah mengizinkan, aku bahkan tidak tau kapan Adrian meminta izin kepada Ayah dan Ibu. Pukul 8.00 Adrian sudah sampai di rumah ku dan aku sudah siap. Setelah berpamitan kami langsung berangkat, kami sengaja memilih perjalanan pagi agar bisa istirahat lebih lama begitu sampai ibu kota nanti. Hampir 4 jam perjalanan akhirnya kami sampai di sebuah hotel berbintang lima.
"Kau istirahat lah, kamar kita bersebelahan. Ini, aku mau ke Papa sebentar." dia hendak langsung pergi begitu memberikan kunci kamar ku.
"Kau tidak ke kamar dulu, menaruh barang-barang mu?" dia tersenyum dan mengusap lembut pipiku.
"Fitri akan mengantarmu, kau tidak perlu khawatir, aku tidak lama." sepertinya dia tau kalau aku sedang khawatir, aku melambaikan tangan begitu dia pergi.
Aku pergi ke kamarku dengan diantar Fitri Kamar ku berada di lantai tujuh, sedang kamar Fitri ada di lantai lima. Aku dan Fitri berdiri di depan lift, sambil menunggu pintu lift terbuka, Fitri menceritakan pengalaman kuliahnya dulu, tidak jauh berbeda dengan ku hanya saja dia tidak seberuntung aku, dia sudah menjadi sekretaris Adrian, sejak awal Adrian bergabung.
Ting ... Pintu lift terbuka, aku dan Fitri masuk dengan masih asik mengobrol sampai seseorang menyapa Fitri.
"Hai Fitri, apa kabar?" Aku dan Fitri langsung menghentikan kegiatan kami dan menengok ke arah pemilik suara.
"Ba...baik pak. Pak Raja apa kabar?" Fitri menjawab dengan tergagap, kemudian menatapku seolah bertanya sejak kapan Raja ada di antara kami, aku hanya menjawab dengan mengangkat bahu karena aku pun tidak tau, Raja sepertinya mengerti komunikasi kami.
"Saya disini sejak menunggu di depan lift tadi, saya juga mendengar semua obrolan kalian." Fitri berbasa basi sedikit menanyakan kegiatan Raja, dia hanya menjawab bahwa dia disini bukan untuk urusan pekerjaan, Fitri ber Oh ria, sedang aku melipat bibir berusaha menahan tawa. Entahlah, aku ingin tertawa mendengar pernyataan Raja tadi, saya mendengar semua obrolan kalian, memangnya kami bertanya dan kami juga hanya mengobrol biasa.
Hening ....
Ting ... pintu lift terbuka, kami sudah sampai di lantai tujuh. Raja keluar mendahului kami. Aku, Raja, dan Fitri berhenti di tempat yang sama, aku dan Fitri saling pandang sejenak.
"Bapak menginap disini?" tanya Fitri.
"Iya, saya masuk duluan ya."
"Oh iya pak silakan." ternyata kamar kami berhdapan, aku pun segera membuka pintu dan mengajak Fitri masuk.
***********
Raja
Saat menuju lift, aku melihat sekretaris Adrian sedang mengobrol dengan seorang gadis, apa itu Meera? tanyaku dalam hati. Benar, itu Meera, gadis manis yang sebentar lagi akan menjadi istri dari seorang Adrian, pria tampan dan muda pewaris tunggal Pratama Company. Mereka begitu asik mengobrol sampai tidak menyadari keberadaan ku, sampai di dalam lift pun mereka tetap tidak menyadari keberadaan ku. Dasar wanita, kalau sudah mengobrol kehadiran pria tampan pun tidak mereka sadari.
"Hai Fitri, apa kabar?" aku mengawali percakapan.
"Ba...baik pak, pak Raja apa kabar?" Fitri menjawab dengan tergagap.
Aku hanya mengobrol dengan Fitri sedangkan Meera hanya diam, sesekali ku lihat ia memainkan ponselnya. Lantai tujuan kami sama, lantai tujuh, dan ternyata kamar kami berhadapan.