Enam belas

Raja

Aku langsung membersihkan diri begitu sampai kamar hotel. Selesai membersihkan diri, aku memilih untuk beristirahat, mengumpulkan tenaga untuk acara nanti malam. Ah tidak, lebih tepatnya menyiapkan hati dan mental, untuk mendengar segala pertanyaan aneh yang akan ku dengar nanti.

Aku terbangun pukul 16.45, belum terlambat untuk Sholat Ashar, aku bergegas melaksanakan kewajiban ku. Selesai sholat aku tak langsung mandi, karena mendengar suara orang mengobrol di depan kamar, aku memilih untuk keluar sekedar melihat siapa yang sedang mengobrol. Ternyata Adrian sedang mengobrol dengan Meera, gadis itu terlihat manis seperti biasanya.

"Pak Raja, anda menginap di sini? wah kebetulan sekali ya, kamar kita juga sangat dekat." Seperti biasa, pria muda ini selalu tampak bersemangat, Adrian tiga tahun lebih muda dari ku.

" Pak Adrian menginap di sini juga?"

"Iya pak, itu kamar saya," Adrian menunjuk kamar yang ada di sebelah kamar Meera.

"Kalau begitu saya masuk dulu ya pak Raja, Sayang...."

"Uhuk...."

"Pak Raja tidak apa-apa? Meera ambilkan minum!"

"Tidak perlu pak Adrian, saya tidak apa-apa, saya hanya kaget membaca pesan dari kakak saya." dasar bodoh, kenapa aku harus terbatuk saat Adrian memanggil Meera dengan panggilan 'sayang'? waktu itu di restoran, dan sekarang, beruntung aku sedang membaca pesan di ponselku, sebenarnya itu pesan dari provider, tapi setidaknya bisa dijadikan alasan.

"Saya masuk duluan. Mari pak Adrian, bu Meera."

***********

Adrian

Tok tok tok

"Meera kau sudah siap?" Aku dan Meera akan pergi ke acara ulang tahun PT Gemilang Jaya, aku akan kenalkan dia dengan orang-orang disana, aku ingin dia terbiasa dengan acara-acara seperti ini nantinya.

"Sudah! bagaimana penampilan ku?" Dia mengenakan gaun lavender selutut berlengan panjang yang ku beli siang tadi. Dengan rambut diikat ekor kuda, menampilkan leher jenjang nya yang putih, dia sangat cantik.

"Drian, cepat katakan bagaimana penampilan ku?"

"Kau sangat cantik Meera. Ayo, nanti kita terlambat." tak lupa ku gandeng tangan gadis manis ku ini. Rupanya Raja juga sudah siap.

"Sudah siap pak Raja? ayo, kita pergi bersama." dia mengangguk tanda setuju.

Kami hanya bertiga di dalam lift, dengan posisi ku di antara Raja dan Meera. Sampai di lobby, aku langsung mengajak Meera memasuki mobil, begitupun dengan Raja, dia langsung memasuki mobilnya. Aku melajukan mobil ku dengan kecepatan sedang.

"Meera, setelah menikah nanti, kau akan lebih sering menghadiri acara seperti ini. Oh iya, kau sudah menelpon Ibu?"

"Sudah! aku juga sudah telpon Mama. Oh iya Dri, Papa hadir juga kan?"

"Sepertinya tidak, Papa harus banyak istirahat, akhir-akhir ini kesehatannya menurun karena terlalu sibuk bekerja, makanya aku ke sini untuk membantunya."

"Aiihh calon suamiku ini, selain tampan, ternyata juga sangat berbakti kepada orang tua." aku tertawa kecil mendengar godaannya.

"Baiklah gadis, kita sudah sampai, kau tunggu dulu." aku membuka kan pintu dan langsung menggandeng tangan nya, dia tersenyum sangat manis.

********

Author

Mereka memasuki tempat di adakannya pesta tersebut dengan bergandengan tangan, sesekali mereka terlihat melempar senyum satu sama lain. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang terus memperhatikan. Ada perasaan tidak suka melihat pemandangan itu, dia sendiri pun tidak mengerti, mengapa begitu tidak menyukai pemandangan yang ada di depannya kini. Sejak melihat Meera di pesta pernikahan kakaknya, Raja sudah merasakan sesuatu yang berbeda di dalam hatinya, perasaan yang tidak dapat di mengerti olehnya sendiri.