Drttt drttt, Adrian memanggil....
"Halo, masih ingat dengan ku?"
"Maaf gadis aku sibuk, kau apa kabar?"
"Aku baik, kau bagaimana? Lima belas hari kau menghilang Drian, kau lupa pernikahan kita kurang dari dua minggu lagi!" celotehku, saat menerima telepon dari tuan muda menyebalkan itu.
"Maaf, sekarang coba tengok ke belakang!" yap, dia sudah ada di belakangku, "dasar pria menyebalkan."
"Hei ... aku masih bisa dengar."
"Aku ke situ."
"Tidak usah, aku bisa menunggu."
"Ya sudah aku tutup."
Aku sedang bersama Caca dan Tya sekarang, di cafe Love, cafe yang kami dirikan bersama. Kami mulai menabung sejak tiga tahun yang lalu untuk membangun cafe ini, dan cafe Love sudah berjalan kurang lebih satu tahun. Hanya Marko dan beberapa karyawan lama saja yang tau kalau cafe ini milik kami, termasuk orang tua kami, sengaja belum kami beri tau, kami akan memberitahu mereka saat cafe ini tumbuh lebih besar lagi.
"Pangeran tampan udah dateng nih, ya udah sana temuin." goda Caca.
"Males gue Ca, masih kesel sama dia."
"Gak boleh gitu cantik. Bener kata Caca, udah sana temuin."
"Gue masih kangen sama lo berdua." aku sedikit merajuk, ala-ala.
"Kita janji bakal nginep pas cara siraman lo nanti, ya 'kan Ca?"
"Betul. Udah sana, kalian juga udah lama 'kan gak ketemu."
"Ya udah, gue temuin Adrian dulu ya." mereka mengangguk.
Dia terlihat tampan seperti biasanya, dengan jeans panjang dan kaos biru muda lengan pendek, tingkat ketampanannya naik 20%.
"Nonton yuk." ajak Adrian begitu aku duduk.
"Aih, tidak ada basa basi." aku tersenyum sinis dan langsung berdiri lagi.
"Mau kemana?"
"Katanya nonton, ayo!"
********
Adrian
"Nonton yuk."
"Aih, tidak ada basa basi." dia masih kesal rupanya. Ahh, aku selalu suka pemandangan ini, ekspresi kesalnya membuatku gemas.
Setelah berpamitan dengan sahabat-sahabat Meera, kami langsung menuju bioskop terdekat. Meera memilih film romantis, sebenarnya aku tidak suka film itu, tapi mau bagaimana lagi Meera menyukainya. Aku tidak terlalu memperhatikan film yang tengah diputar di layar besar tersebut, aku lebih suka memperhatikan ekspresi Meera, ia hampir selalu tersenyum. Kenapa film ini panjang sekali durasinya? aku mulai bosan, sesekali aku mengecek ponselku, barangkali ada email masuk atau ada berita penting lainnya.
hiks hiks hiks ... Meera menangis, aku panik, apa aku melakukan kesalahan? atau aku menyakitinya tanpa sengaja?.
"Meera kau kenapa?" dia tidak menjawab, malah memegang tanganku erat, aku langsung meraihnya ke dalam pelukanku. Ku usap lembut punggungnya.
"Kau kenapa sayang, hmmm?"
"Gadis itu jahat Dri, dia meninggalkan kekasihnya untuk pria lain, padahal kekasihnya begitu mencintainya, dia sudah mengorbankan segalanya demi gadis itu, tapi gadis itu tetap saja memilih pria lain dan meninggalkan kekasihnya, hiks hiks hiks." ya Tuhan dia menangis karena film.
"Ya sudah, itu 'kan hanya film, kau lapar?" dia mengangguk dalam pelukanku.
"Kita cari makan," aku melepaskan pelukanku.
Setelah tenang, ku gandeng tangannya. Ku biarkan dia memilih restoran yang ia suka. Sepertinya gadis ku ini sangat menyukai makanan laut, setiap kali memilih tempat makan, dia pasti memilih restoran yang menyediakan menu seafood.
Di tempat makan, aku tidak sengaja melihat orang yang akhir-akhir ini tengah bekerjasama dengan ku. Raja, dia baru datang dengan Kakaknya, aku meminta persetujuan Meera untuk mengajak mereka bergabung, dan Meera setuju.
"Pak Raja, bu Ratu, di sini." aku melambaikan tangan agar mereka melihat ku, mereka menghampiri kami.
"Apa tidak menggangu, kalau kami bergabung?"
"Tentu tidak bu, silahkan duduk."
"Kalian sedang berbelanja di sini juga?"
"Tidak bu, kami tadi habis menonton dan kebetulan sekarang baru selesai makan, bu Ratu sendiri mau belanja atau ...."
"Kami sudah selesai berbelanja pa Adrian, dan sekarang lapar." Raja tidak berbicara, hanya sesekali tersenyum kecil.
*********
Rumah Meera
Kami sampai di rumah Meera pukul 21.00. Aku tidak mau terburu-buru pulang, aku masih ingin mengobrol dengan gadis manis yang sebentar lagi akan menjadi istriku ini.
"Terimakasih sudah mengajak nonton. Ayah dan ibu sedang menjenguk nenek di Jogja, Lita juga mungkin sudah tidur, aku langsung masuk ya."
"Tunggu Meera, ada yang mau aku bicarakan."