Aku bangun saat adzan Subuh berkumandang. Saat membuka mata, aku tidak mendapati mas Adrian di sampingku, apa dia sudah bangun? Terdengar suara gemericik air, rupanya mas Adrian sedang mandi, aku memainkan ponselku sembari menunggu mas Adrian mandi, ada dua pesan masuk.
4.39
From: Raja
Aku tau kau sudah bangun. Aku mengikutimu sejak kemarin, aku juga tau apa yang kau lakukan dengan Adrian di taman kota semalam.
4.40
From: Raja
Kita tidak akan selesai Meera.
Tak ada satupun panggilan atau pesan Raja yang ku balas, sudah cukup aku mengabaikan suamiku. Yang terpenting sekarang bagaimana caranya agar aku bisa lebih memahami mas Adrian. Mas Adrian selesai, dia keluar hanya mengenakan celana dalam, aku cukup kaget, ya Tuhan suamiku seksi sekali.
"Tidak perlu menatapku begitu, aku tau aku seksi." dia sangat percaya diri.
"Kenapa tidak sekalian pakai baju di kamar mandi sih." kan akunya malu.
"Memangnya kenapa? kita 'kan suami istri. Lagian kau juga sudah tau isinya" dia mengatakan itu dengan santainya, aihhh dasar mesum.
"Aku mau mandi." aku bergegas ke kamar mandi, sekarang wajahku pasti sudah merona karena malu. Dia selalu punya cara untuk membuatku tersipu.
"Wajahmu seperti kepiting rebus, Meera." teriaknya dari luar kamar mandi.
"Aku tau."
Karena semua anggota keluarga kumpul, kami sholat subuh berjamaah, mas Adrian imamnya. Selesai sholat mas Adrian kembali ke kamar, mungkin ada pekerjaan yang perlu dia selesaikan hari ini juga. Papa dan Ayah kembali istirahat, sedang aku, Ibu dan Mama ke dapur memasak untuk sarapan nanti. Jangan lupakan Lita, dari aku baru datang dia ingin selalu menempel bak perangko. Ok, aku kesal, aku terganggu karena Lita terus saja mengekori ku.
"De, lebih baik duduk atau beres-beres rumah. Kau sangat menggangu."
"Aku 'kan rundu teteh," aku meletakkan sayuran yang ku pegang dan mendudukkan Lita.
"Iya tau, teteh juga rindu dengan kau. Tapi kalau kau terus ngekorin teteh, teteh juga 'kan jadi terganggu." Ibu dan Mama hanya tersenyum melihat aku memarahi Lita.
"Iya maaf, teteh kapan pulangnya?"
"Nanti sor.e" Lita ber oh ria.
Aku tidak lanjut membantu ibu dan mama memasak, aku beres-beres rumah bersama Lita. Aku menyapu, Lita mengepel, aku mengelap barang-barang dari debu, Lita mengelap kaca. 6.05 papa dan ayah sudah bangun, sudah rapi, mereka akan berjalan-jalan menghirup udara segar pagi hari. Mas Adrian? mungkin perkerjannya belum selesai. Masak dan beberes rumah sudah selesai, waktunya mandi lagi, bau dapur bercampur keringat sangat membuat tidak nyaman. Mas Adrian masih berkutat dengan laptopnya, dia tidak sadar kalau aku sudah di sampingnya.
"Mas, belum selesai?" Aku memijat pundaknya.
"Ini sudah, mau mandi lagi ya?"
"Iya, kau turun saja dulu, nanti aku menyusul."
"Iya." dia menyimpan laptopnya, tak lupa mengusap pipi ku lembut kemudian keluar.
Selesai mandi dan berpakaian rapi aku lekas bergabung di meja makan, semua sudah berkumpul kecuali Lita. Mama bilang dia ada kelas pagi, jadi dia sudah sarapan duluan. Sebenarnya Ayah dan ibu lebih santai, mereka sering mengobrol di waktu makan, hanya aku yang tidak suka. Menurutku obrolan di waktu makan dapat membelah konsentrasi dalam menikmati setiap makanan yang ada, dan kebetulan keluarga mas Adrian pun sepemikiran dengan ku, jadi, setiap kami makan bersama maka suasana selalu tenang dan hening. Hanya suara sendok dan garpu sesekali terdengar. Ayah sudah berangkat ke kampus tempatnya mengajar, papa juga sudah berangkat ke kantor. Mama ada arisan, tadi juga mama mengajakku tapi aku malas, pasti nanti di serang pertanyaan 'kapan punya anak' aku memilih ke cafe Love, sudah lama tidak kesana.
Kami menginap satu malam lagi, mas Adrian bilang pak Sigit perlu bantuan. Papa sangat mempercayai pak Sigit, begitu papa pindah ke perusahaan cabang di Bandung, otomatis poa Sigit pun ikut pindah ke Bandung. 13.15 sepertinya mas Adrian sudah mau berangkat ke kantor.
"Mas, jam berapa bertemu pak Sigit?"
"Sekarang, mau ikut?"
"Tidak, Antar ke cafe bisa?"
"Ada klien penting, naik taksi online tidak apa ya, pulangnya aku jemput."
"Baiklah."
"Aku berangkat, kau hati-hati. Ibu mana?"
"Ibu istirahat, kau juga hati-hati."
"Iya, Assalamualaikum." tak lupa kecupan lembut ia daratkan di keningku.
Aku segera memesan taksi online begitu mas Adrian pergi, tak lama taksi online pun datang. Sampai di cafe, aku melihat Raja sedang berbincang dengan seorang pria paruh baya, kenapa kau ada di mana-mana Raja.
Aku berusaha se-tenang mungkin, berada satu tempat dengan seseorang yang sedang aku hindari tidaklah mudah. Aku tidak mendapati Tya di ruangan nya, mungkin di pantry. Aku tidak melihat Tya, hanya ada Dila dan karyawan lain.
"Dila, mba Tya kemana?" Dila adalah orang kepercayaan kami sama seperti Ambar.
"Mba Tya sedang keluar mba, katanya sih sore balik lagi kesini."
"Oh ya udah, saya di ruangan kalo ada apa-apa."
"Siap mba"
Aku kembali ke ruangan, belum sempat membuka pintu seseorang mencekal lengan ku.