Empat puluh satu

Saat membuka mata aku sudah tidak lagi berada di kamar yang dulu ku tempati, ku lihat sekeliling, ada bi Surti tengah duduk sambil menggenggam tanganku. Selang infus? Aku di rumah sakit. Dimana mas Adrian? Apa dia meninggalkan ku setelah tau ada janin yang tumbuh di dalam rahimku? Air mata seolah tak berhenti keluar dari mataku.

"Bi, mas Adrian mana?"

"Tuan sedang keluar sebentar nyonya, nyonya istirahat ya. Bibi sedih melihat kondisi nyonya seperti ini. Bibi sayang sama nyonya," aku tersenyum tipis. Pintu terbuka, itu mas Adrian. Bi surti pamit keluar. Mas Adrian duduk di sampingku sambil mengelus tanganku.

"Apa ini masih sakit, sayang?" Aku mengangguk.

"Istirahatlah, biar cepat pulih," aku kembali menangis.

"Maaf, aku ...."

"Kita bicarakan itu nanti, kau harus pulih. Kau ingin ke Korea Selatan 'kan?" Aku mengangguk.

"Kita ke Korea Selatan akhir bulan ini."