Empat puluh dua

Ku pandangi wajah suamiku yang tengah terlelap, semalam pasti ia tidak tidur dengan baik. Bibir tipis, hidung mancung, kulit yang mulus, sangat tampan.

"Paket komplit. Bukan hanya tampan, kau juga sangat penyayang."

"Sudah puas memandangi ku." mas Adrian sudah bangun?

"Kau sudah bangun?"

"Bagaimana tidak bangun, kau terus saja mengusap pipiku." Aku terkekeh.

"Pipimu halus, seperti pantat bayi."

"Kau menyamakan pipiku ya lucu ini dengan pantat bayi? Kau kejam," aku tertawa mendengar mas Adrian memuji dirinya sendiri sambil menekan-nekan pipinya.

"Hei coba lihat, senyum itu kembali, sangat manis," aku tersipu "jangan pernah menangis lagi ya sayang, apalagi mencoba mengakhiri hidup. Aku sangat mencintaimu."

"Maaf membuatmu khawatir," mas Adrian tersenyum.

"Oh iya sayang, dokter bilang hari ini kau sudah boleh pulang," pulang? Senangnya, aku sudah bosan disini "aku urus administrasi dulu ya, kau siap-siap." Aku mengangguk.