Indra dilanda dilema, satu sisi ia setuju dengan alasan sang mama untuk tak menggangu waktu istirahat Adrian. Tetapi, di sisi lain ia tak ingin sang adik tidak mengetahui kondisi papanya. Akhirnya, tanpa sepengetahuan Mama Mila, Indra menelepon Adrian.
Dan terlambat, pria yang hendak dihubunginya sudah berada di depan mata. Jika ini bukan rumah sakit, ingin sekali Adrian memukul habis lelaki yang kini menjadi saudaranya. "Kenapa kau tidak menghubungiku, hah? Aku anak kandung papa!" ujar Adrian menahan amarah. Indra hanya terdiam.
"Kami tak ingin menggangu istirahatmu, Dri," selorohnya dengan setuja perasaan tak enak. Ya, hatinya seolah berteriak, jika yang ia dan ibunya lakukan saat ini tidaklah benar.
"Istirahat kau bilang? Jika ibumu tiba-tiba masuk rumah sakit, dan aku tidak menghubungimu, apa kau akan diam saja?" cecar Adrian. Kemarahannya sudah berada di puncak tertinggi.
"Sorry! Kau berhak marah pada kami." Indra pasrah, apa pun alasannya ia memang salah.