Hancur

Venus terdiam melihat apa yang baru saja terjadi, perlahan airmatanya jatuh, semakin lama semakin banyak dan dia berlari keluar menuju toilet. Gerry yang melihatnya langsung mengejarnya. Dilihatnya Venus menangis dengan memegang dadanya.

" Ada apa, Ven?" tanya Gerry.

" Saya bodoh, Pak! Saya mencintai orang yang salah! Saya menyerahkan segalanya pada dia! Dan celakanya, saya sekarang hamil dan dia tidak menginginkanya!" ucap Venus. Gerry terdiam.

" Jangan khawatir! Kami menginginkannya!" tiba-tiba Viola berdiri di pintu toilet. Venus dan Gerry menatap Viola.

" Anda?" ucap Venus.

" Setelah lahir, gue sama suami gue yang akan merawat anak itu, jadi lo nggak usah khawatir," ucap Venus.

" Bos!..." ucap Gerry. Viola menatap Gerry marah.

" Lo pasti bingung sekarang dan bertanya-tanya, kenapa gue bicara seperti ini?...Gue segerin ingatan lo!" ucap Viola.

" Kira-kira 5 tahun yang lalu, lo kenalan sama seorang anak laki-laki di desa tempat lo tinggal. Dia tampan dan sangat baik. Dia jatuh cinta sama lo. Lo sudah ingat? Tapi sayangnya lo mempermainkan dia," ucap Viola geram.

" Lo mulai inget?" tanya Viola sambil mencengkeram pipi Venus.

" Lo permainkan cintanya, lo hina dia, lo campakkan dia dihadapan banyak orang desa. Dan parahnya, lo gitnah dia telah memperkosa anak orang!" teriak Viola

" Adrean?" ucap Venus.

" Yaaaa! Lo inget sekarang! Dasar wanita jalang!...Lo tau gara-gara lo, Dean bunuh diri, dia menggantung dirinya di kamar, dan lo tau yang lebih parah? mamanya, kakak perempuan Calleb, sampai sekarang ada di RS Jiwa" ucap Viola sambil menangis.

" Nggak! Itu semua bohong!" ucap Venus.

" Cal! Kamu nggak percaya kan kalo aku bisa melakukan itu?" ucap Venus mendekati Calleb yang berdiri dipintu toilet.

" Aku nggak akan berbuat serendah itu, aku nggak seperti itu, Cal!" ucap Venus sambil memegang tangan Calleb, airmatanya bercucuran.

" Cukup! Jangan bersandiwara lagi! Gue muak sama kepalsuan lo! Dasar perempuan jalang" ucap Calleb mengibaskan tangan Venus.

" Calleb!" teriak Gerry terkejut. Venus terkesiap, hatinya hancur seperti debu, tubuhnya mundur ke belakang, dia tidak menyangka, orang yang selama ini dicintainya tega mengucapkan kata-kata itu.

" Kita pergi!" ucap Calleb dengan memeluk Viola.

" Cal?" ucap Venus.

" Lo, gue pecat! Anak itu adalah milik gue! Lo akan dihubungi pengacara gue," ucap Calleb.

" No! Nggak, Cal! Please, hanya dia yang aku punya! Tolong, jangan ambil anakku! Calllll!" ucap Venus memohon-mohon memegang kaki Calleb. Tapi Calleb melepaskan tangan Venus dan pergi. Gerry tidak percaya semua jadi seperti ini. Akhirnya Venus pingsan akibat tidak sanggup menerima apa yang terjadi. Gerry mbawa Venus ke Rumah sakit. Gerry menelpon Nina, karena Gerry tidak tahu keberadaan orang tua Venus.

" Pak Gerry?" sapa Nina.

" Nina?" tanya Gerry. Nina mengangguk lalu duduk dikursi tunggu ruang IGD Rumah Sakit.

" Apa yang terjadi dengan Venus, Pak?" tanya Nina. Gerry menarik nafas panjang dan menceritakan semua kejadian yang menimpa Venus.

" Dasar pria brengsek! Saya sudah curiga waktu dia diterima begitu saja di Perusahaan itu. Karena setahu saya perusahaan itu perusahaan besar, tidak sembarang menerima pegawai tanpa pengalaman," tutur Nina marah.

" Her! Gimana keadaannya?" tanya Gerry ketika Herlan keluar dari ruang IGD. Herlan menatap Gerry, berpindah ke Nina.

" Ini Nina, sahabat Venus!" ucap Gerry. Herlan melihat ke sekitar ruangan.

" Dia nggak akan datang!" ucap Gerry, kemudian dia sekali lagi menceritakan pada Herlan apa yang terjadi.

" Itu semua nggak bener, Pak!" ucap Nina. Kedua pria itu menatap Nina dengan prnuh tanda tanya. Kemudian Nina menceritakan kejadian yang sebenernya kepada Gerry dan Herlan.

" Serius?" tanya Herlan. Nina mengangguk.

" Dokter bisa pergi ke desanya dan bertanya pada penduduk disana," jelas Nina.

" Kalo begitu kita harus bicara dengan dia!" ucap Herlan sambil mengeluarkan ponselnya.

" Nggak perlu, Her! Kita tahu siapa Calleb, apalagi Viona dan keluarganya," cegah Gerry.

" Tapi anak itu butuh ayahnya, Ger!" ucap Herlan.

" Biar saya yang menelpon ayah Venus," ucap Nina.

" Bukan ayah Venus, Nin! Ayah anak Venus!" jelas Herlan.

" Apa? Venus hamil anak Calleb?" ucap Nina tidak percaya dengan pendengarannya. Nina merasakakinya lemas dan hampir katuh, segera Herlan memegang bahu Nina dan mendudukkan dikursi. Nina meneteskan airmata meratapi kehidupan sahabatnya yang hancur gara-gara cintanya pada seorang pria brengsek.

" Dok! Pasien Venus sudah bisa dipindah!" kata seorang suster IGD. Herlan mengangguk dan masuk ke dalam.

Nina? Tumben WA lagi! Beberapa hari yang lalu sudah.

* Venus butuh lo! Cepet!

Venus? Kenapa dia?

Pria itu dengan cepat beranjak dari kursinya sambil menghubungi seseorang.

" Hai!" ucap Nina saat Venus membuka matanya.

" Dimana aku?" tanya Venus.

" Kamu dirumah sakit!" jawab Nina.

" Cal? Mana Cal? Nin, aku harus ketemu sama dia! Dia sudah salah paham!" kata Venus sambil bangun dari tempat tidur dan matanya mengeluarkan airmata.

" Nggak Ven! Kamu nggak boleh kemana-mana! Ingat anakmu! Kasihan dia!" tutur Nina. Gerry segera menidurkan Venus.

" Ven! Please, kamu harus memikirkan anak dalam kandunganmu!" kata Gerry. Venus hanya bisa menangis dan menangis yang akhirnya kecapekan dan tertidur. Nina meneteskan air mata, dia terus merasakan kesedihan Venus.

" Gue pergi dulu , Ger!" ucap Herlan. Gerry mengangguk.

" Thanks ya bro!" ucap Gerry. Hrrlan meninggalkan mereka. Gerry mengangkat ponselnya yang bergetar.

" Halo, Bos!...Diluar!...Iya, 30 menit lagi!...

" Venus?!" ucap seorang pria yang tiba-tiba masuk dan berdiri disamping Venus.

" Ben!" ucap Nina senang.

" Apa yang terjadi, Nin? Kenapa matanya bengkak begini?" tanya Ben sedih. Ditatapnya wanita yang telah membuat hidupnya gelisah siang malam. Gerry masuk kedalam kamar.

" Pak! Kenalkan, ini Ben, teman dekat Venus!" ucap Nina. Ben membalikkan tubuhnya dan menatap tajam pada Gerry dan sebaliknya. Mereka berjabat tangan erat. Tambah satu lagi saingan gue! batin Gerry.

" Saya mau kembali ke kantor dulu, Nin! Kalo ada apa-apa, kabari , ya!" kata Gerry.

" Dia akan baik-baik saja selama gue disini," kata Ben tegas. Aura persaingan memenuhi ruangan itu. Gerry lalu meninggalkan ruangan itu.

" Ceritakan yang terjadi, Nin! ucap Ben menahan amarahnya. Nina menceritakan apa yang terjadi sejak Venus mengenal Calleb sampai dia terbaring disini. Ben mengepalkan tangannya dan menghantam tembok, darah keluar dari tangannya, segera Nina menghampiri Ben dan membalut nya dengan tissue.

" Pergilah ke suster, gue jaga Venus, Please!" ucap Nina. Ben keluar dari kamar dan mencari suster. Nina menghela nafas, betapa beruntungnya kamu Ven, banyak pria yang mencintaimu. Jadi kamu nggak perlu kuatir akan masa depanmu, batin Nina.