Setelah kepergian Revan dari rumah Kiara. Kiara segera masuk kedalam rumah dan dari balik pintu ia bisa menarik napas lega dan iapun segera mencerna semua perkataan Revan tadi, dan dalam hatinya lagi lagi ia seakan tak percaya dengan semua yang telah didengarnya tadi, tapi ia melihat keseriusan diwajah Revan saat ia mengatakannya
setelah ia selesai membersihkan dirinya dan tak lupa ia segera melaksanakan sholat isya, ia segera merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya, dan sebelum ia memejamkan matanya ia sempat mengirimkan sebuah pesan kepada Dinda "Din !.....ada yang mau aku bicarakan sama kamu besok !" kata dari pesannya itu, lalu Kiara pun melanjutkan memejamkan matanya
- - - - - -
keesokan harinya setelah Dinda membaca pesan dari Kiara yang ada diponselnya, pagi pagi sekali Dinda segera pergi kerumah Kiara, karna hari itu hari minggu dan mereka berdua pun libur kerjanya, ia penasaran kira kira apa yang mau dibicarakan Kiara padanya
"Ki....emangnya apa yang akan kamu omongin sama aku ?" tanya Dinda penasaran saat ia sudah sampai dan duduk diruang tamu rumah Kiara
"begini Din..!, tadi malam pak Revan, eh maksud aku Revan bilang kalo sore ini ia akan datang ke rumahmu bersama kedua orang tuanya untuk melamar aku kepada keluargamu" Kiara menjawab pertanyaan Dinda
"apaaaa....!!???" Dinda pun terkejut dan seakan tak percaya dengan apa yang Kiara katakan
"benar ucapanmu itu Ki ?, kamu gak bercanda ?" tanya Dinda lagi sambil mengenggam tangan Kiara dan duduk menghadap ke arah sahabatnya itu
"iya....benar Din ! Revan sendiri yang bilang ke aku tadi malam, saat ia mengantarkan aku pulang dan aku melihat keseriusan di matanya" jelas Kiara
"kalo begitu, sekarang juga kita ke rumah ku, kita temui ayah dan ibuku dan bilang kalo sore ini Revan akan datang melamarmu" ajak Dinda
"tapi apa ayah dan ibumu tidak keberatan ?" tanya Kiara, meskipun ia sudah menganggap kedua orang tua Dinda seperti orang tuanya sendiri tapi Kiara masih ragu dan tak enak hati kalo harus merepotkannya
"tentu enggak lah Ki...!, orang tua aku gak akan keberatan kok ! kan mereka sudah menganggap kamu seperti anak mereka sendiri" jawab Dinda
"udah ah...., sekarang kita segera berangkat, mumpung masih pagi !, jangan sampai nanti pak Revan datang kita belum siap siap !" ajak Dinda sambil menarik tangan Kiara, dan mereka berdua pun segera pergi ke rumah Dinda dengan berboncengan motor milik Dinda
sesampainya di rumah, Dinda dan Kiara segera menceritakan semuanya ke pada ibundanya Dinda dan sempat membuat ibunya kaget dan tak percaya, begitu juga dengan kak Satria yang kebetulan pembicaraan mereka didengar olehnya
pada awalnya kak Satria tidak setuju dengan semua itu karna ia tau siapa Revan, laki laki yang terkenal angkuh dan sombong, tapi lagi lagi karna kak Satria tak tega melihat kepolosan wajah Kiara akhirnya semua keluarga Dinda pun segera menyiapkan segala sesuatunya sebelum keluarga Revan datang untuk melamar Kiara
sore haripun tiba, setelah menyiapkan semua yang diperlukan tiba tiba ponsel Dinda berbunyi
"Din...aku sudah dijalan !, siap menuju kerumahmu, tolong kamu kirim alamat lengkapnya, karna kemaren malam aku lupa belum tanya Kiara !" terdengar dari seberang telpon suara Revan, ia meminta alamat rumah Dinda yang lupa ia tanyakan pada Kiara karna keburu terlalu bahagianya, Revan sengaja menelpon Dinda karna ia sendiri belum sempat ngesave no ponselnya Kiara
dan Dinda pun segera mengirimkan alamat rumahnya pada Revan melalui pesan singkat dan tak berapa lama kemudian Revan pun tiba dirumah Dinda beserta kedua orang tuanya
kedua orang Revan sangat menyetujui keinginan Revan untuk melamar Kiara, gadis yang belum lama dikenalnya, setelah semalam ia menceritakan keinginannya kepada kedua orang tuanya, mereka berdua tak keberatan dengan pilihan anak mereka, orang tuanya tak mempermasalahkan status Kiara sebagai gadis sederhana yang yatim piatu, mereka justru bersyukur ternyata masih ada gadis yang bisa membuat anak mereka menjadi lelaki normal, yang selama ini mengganggap anak lelakinya tak normal karna diusianya yang menginjak 28 tahun tak ada satupun gadis yang dipacarinya, setelah putus dari pacar pertamanya
Revan dan kedua orang tuanya pun disambut hangat oleh keluarga Dinda "mari pak !, bu !.....silahkan masuk !" ucap ayah Dinda mempersilahkan para tamu untuk masuk kerumahnya, dan disambut senyuman ramah oleh kedua orang tua Revan
"maaf !.....untuk persiapannya ala kadarnya. karna memang semuanya serba mendadak, jadi kami gak bisa mempersiapkannya secara maksimal" ucap ibundanya Dinda
"ini semua sudah lebih dari cukup bu !" ucap mamanya Revan saat memasuki rumah Dinda yang dibilang lumayan mewah karna memang Dinda anak dari keluarga yang cukup berada
"silahkan duduk !, oh ya...perkenalkan juga ini anak sulung saya, kakaknya Dinda, namanya Satria" tak lupa ibundanya Dinda juga memperkenalkan Satria pada orang tua Revan, dan Satria pun bersalaman dengan mereka dan disambut hangat oleh keluarga Revan
tak lupa Satria tersenyum ramah kepada kedua orang tua Revan, dan sesekali ia menatap dengan pandangan sinis terhadap Revan, karna ia tak pernah menyukai sikap Revan yang terlalu sombong dan sangat dingin terhadap orang lain
sedangkan Revan tak menghiraukan pandangan Satria terhadap dirinya, ia hanya peduli terhadap gadis yang dicintainya, dan pandangannya menyapu sekitar ruangan tempat dirinya dan keluarganya berada di rumah Dinda, ia mencari sosok gadis yang akan ia lamar menjadi istrinya
"maaf.....!, saya tinggal masuk sebentar ! saya akan panggilkan Dinda dan Kiara untuk menyiapkan minuman" ucap ibundanya Dinda dan segera masuk kedapur
"gimana kalian ini ? apa semuanya sudah siap ?" tanya ibundanya Dinda saat bertemu dangan Dinda dan Kiara di dapur
"sudah siap semuabya bu ! tinggal dibawa keluar saja" jawab Dinda
"kalo memang semuanya sudah siap, kenapa tidak segera dibawa keluar ?" tanya ibundanya Dinda lagi
"tau nih ! Kiara.....ibu tanya sendiri aja padanya" jawab Dinda sambil mukanya tertuju ke arah Kiara
"kamu kenapa sayang ?" tanya ibundanya Dinda sambil memegang kedua tangan gadis itu yang terasa sangat dingin
"Kiara takut bu ! Kiara takut bertemu kedua orang tua Revan, Kiara takut mereka tidak mau menerima Kiara !" jawab Kiara sambil menundukkan kepalanya dan dengan sedikit gemetar
"kamu tenang saja sayang ! mereka itu orangnya baik, mereka sangat ramah dan tidak sedikitpun menunjukkan sikap sombongnya, memang sangat berbeda jauh dengan anak lelakinya yang terkenal sombong dan dingin itu" jelas ibundanya Dinda sambil mengusap kepala Kiara
"hheemmm....apa aku bilang ! kamu sih terlalu berprasangka yang enggak enggak, belum maju sudah grogi duluan" yang sedikit menggoda Kiara
"udah...! udah....! sekarang cepat bawa hidangannya keluar ! kasihan tamunya sudah nunggu lama" ucap ibundanya Dinda dan segera berjalan kembali ke ruang tamu dan tak berapa lama Dinda dan Kiara segera menyusul dengan masing masing membawa nampan berisi makanan dan minuman
"ayo, silahkan dinikmati hidangan ala kadarnya ini !" ucap ibundanya Dinda sesaat setelah Dinda dan Kiara meletakkan nampan yang mereka bawa
"iya, bu....terima kasih ! ini sudah lebih dari cukup" jawab ibundanya Revan dan disertai anggukan oleh ayahnya Revan
sementara Revan hanya memandang ke arah Kiara yang sedari tadi hanya menundukkan kepalanya, ingin rasanya Revan meraih tangan Kiara yang sedang diremas remas, tapi ia tahan, sepertinya ada rasa gugup di diri Kiara
"oh ya.....ngomong ngomong yang mana ini calon menantu saya ?" tanya ibundanya Revan karna penasaran dengan kedua gadis yang ada didepannya
"ayo Kiara sayang ! kamu salaman dulu sama calon mertuamu" pinta ibundanya Dinda yang membuat Kiara semakin gugup, tapi rasa itu hilang seketika saat ibundanya Revan menerimanya dengan sangat ramah dan hangat
kemudian mereka melanjutkan berbincang bincang membicarakan masalah pernikahan Revan dan Kiara, keluarga Revan menginginkan pernikahannya dilangsungkan minggu depan, karna ibundanya Revan ingin segera melihat anak lelakinya menikah karna mereka merasa usia Revan sudah cukup matang untuk menikah
"apakah kamu tidak keberatan dan bersedia menikah dengan anak saya, Kiara sayang ?" tanya ibundanya Revan, yang menurut Kiara maupun keluarga Dinda sangatlah terburu buru, tapi mendengar perkataan lembut ibundanya Revan Kiara tak sanggup untuk menolaknya
"iya bu, saya bersedia menikah dengan anak ibu" jawab Kiara dengan masih menunundukkan kepalanya
mendengar jawaban Kiara, baik orang tua Revan maupun orang tua Dinda sangatlah senang, tapi beda dengan kak Satria ia hanya menatap Revan dengan pandangan penuh ancaman, "awasa aja kalo sampai tega menyakiti dan mempermainkan Kiara, akan tau sendiri akibatnya" gumamnya dalam hati
dan setelah mendapatkan kesepakatan dari kedua keluarga, akhirnya keluarga Revan pun pamit pulang, untuk segera mempersiapkan acara pernikahan anak mereka