Berpamitan

"ini ruangan kerja Revan ??" tanya Kiara sambil matanya menyapu ke seluruh ruangan

"luas sekali ya kak, ruang kerja kakak" lagi lagi Kiara merasa terpesona dengan ruang kerja suaminya, hingga ia tak mau melewatkan satupun titik didalam ruangan tersebut

"hhhhhmmmm...." Revan pun membalas nya dengan senyuman

"duduk lah, sayang !, kamu pasti capek berdiri terus !" Revan mengajak istrinya duduk di sofa yang ada disudut ruangan, dan Kiara pun menuruti ajakan suaminya

"oh ya sayang, Frans mana ? kenapa ia tidak ikut mengantarkan mu masuk ?, awas aja kalo sampai terjadi apa sama kamu !" nampak raut muka Revan terlihat geram, karna ia merasa kesal dengan Frans yang tidak mematuhi perintah nya

"kak Revan tenang aja !, pak Frans ada koq nunggu di mobil, aku sengaja meminta pak Frans untuk tidak mengantar ku masuk" ucap Kiara sambil tersenyum dan melihat ke arah suami nya yang terlihat begitu kesal

"ya sudah lah, terserah !, kalo memang itu kemauan kamu" balas Revan sambil membuka rantang yang di bawa oleh Kiara dan menyiapkan nya di atas meja, Revan sengaja tak ingin berdebat dengan Kiara karna ia tahu semua itu pasti murni kemauan istrinya

"kalo begitu sekarang kita makan dulu, kita makan sama sama" ucap Revan sambil menyiapkan makanan untuk Kiara, dan Kiara hanya membalas nya dengan anggukan kepala

Revan pun segera menyuapi istrinya, dan Kiara hanya pasrah dan menurut semua perlakuan suami nya yang begitu sangat perhatian kepada nya, karna semenjak kejadian yang menimpa Kiara, Revan tak pernah sedikitpun melewatkan waktu untuk perhatian dan menyayangi Kiara, kemanapun dan apapun yang Kiara lakukan selalu dalam pantauan dan seijin suaminya, setiap Kiara mau pergi kemana pun, Revan akan selalu siap siaga mengantarkan nya selagi ia tidak sibuk dengan pekerjaan nya

sementara saat Revan sedang asyik makan bersama Kiara, tiba tiba pintu ruangan kerja Revan terbuka, ternyata Anton lah yang datang, itu memang sudah menjadi kebiasaan Anton, ia tak pernah mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum ia masuk ke ruangan Revan

"eh, sorry gue tau kalo ada nyonya Revan disini !, sorry ya kalo gue ganggu !" Anton pun langsung mengambil posisi duduk di depan Revan dan Kiara

"kak Anton, kak Anton gak ganggu kok !" balas Kiara sambil tersenyum ke arah Anton, sedang kan Revan hanya sekilas menatap sahabatnya itu dengan pandangan malas dan acuh, Anton pun membalas nya dengan senyuman balik tanpa memperdulikan ke sinisan sahabatnya itu

"ada apa loe kemari ?, ganggu aja !" tanya Revan dengan ketus nya karna baginya ia merasa terganggu dengan kedatangan Anton

"santai bro !, gue kesini hanya untuk berpamitan aja" balas Anton dengan santainya sambil menyandarkan tubuh nya di sofa, Kiara yang mendengar ucapan Anton tiba tiba mengernyitkan dahinya karna merasa bingung kemana Anton akan pergi, sementara Revan hanya santai dan biasa biasa aja

"kapan loe akan berangkat ?" tanya Revan sambil melanjutkan melahap makanan yang ada di tangannya, Kiara kembali menatap suaminya dengan tatapan aneh, ia sempat bertanya tanya kenapa suaminya begitu santainya mendengar sahabat nya akan pergi

"malam ini juga gue akan pergi, gue ambil penerbangan malam" jawab Anton

"oh ya kak Anton sudah makan ?" tanya Kiara

"sudah tadi barusan aku makan siang bersama Dinda" jawab Anton

"emangnya kak Anton mau pergi kemana sih ?" tanya Kiara lagi dengan rasa penasarannya

"aku mau pergi ke Australia, kan kerjaan aku disini sudah selesai, jadi papa aku meminta agar aku segera kembali ke sana, karna kerjaan di sana sangat menumpuk" jawab Anton sambil mengambil botol air mineral di depan Revan, lalu menenggaknya

Kiara yang mendengar jawaban Anton, tiba tiba wajah nya berubah menjadi murung dan sedih, Anton yang melihatnya pun merasa tak tega

"kamu kenapa sayang, apa perut kamu sakit ?" tanya Revan khawatir, sambil memegang pundak Kiara, karna melihat perubahan raut wajah istrinya

Kiara hanya menggeleng kan kepalanya tanpa melihat ke arah suami nya, dan tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya

"apakah kak Anton gak akan balik kesini lagi ?" tanya Kiara penuh rasa sedih, sedangkan Revan saat mendengar pertanyaan istrinya ia pun mengernyitkan dahinya, ia bingung kenapa istrinya begitu sedih mendengar kepergian Anton

"Kiara, adik ku !, kamu gak perlu khawatir dan bersedih seperti itu, aku pasti akan kembali kesini lagi, tapi mungkin kedatangan ku kesini bersama dengan kedua orang tua ku, yang pastinya akan melamar sahabat mu, Dinda !" jawab Anton sambil tersenyum lebar, selama ini Anton memang sudah mengaggap Kiara seperti adiknya sendiri, meskipun pada awalnya ia sempat menaruh rasa suka pada Kiara, tapi setelah ia tahu kalo Kiara adalah istri dari sahabat nya, maka perasaan itu seketika berubah menjadi rasa sayang kakak terhadap adiknya

mendengar jawaban Anton spontan wajah Kiara berubah menjadi berbinar bahagia dan berseri seri, Revan yang melihat perubahan wajah istrinya itupun mengetahui apa yang sudah membuat istrinya bersedih, sementara Anton hanya tertawa sambil menggeleng geleng kan kepalanya

setelah mereka merasa cukup dalam berbincang bincang nya, Anton pun segera berpamitan, karna ia harus segera menyiapkan segala keperluan nya untuk terbang ke Australia

dan saat jam pulang kantor pun tiba, Revan pun segera bersiap siap untuk meninggalkan ruangan kerja nya, ia berencana pulang bersama istrinya karna memang sebelumnya ia sudah meminta Frans untuk meninggalkan kantor terlebih dahulu, pulang ke rumahnya dengan menggunakan jasa taxi online

"oh ya sayang !, besok kita pergi ke dokter kandungan, jadwal nya kamu memeriksakan kandungan mu" ucap Revan didalam mobil sambil ia fokus menyetir, Kiara yang mendengar kan ucapan suaminya hanya menganggukkan kepalanya tanpa sedikitpun menoleh ke arah Revan, karna ia sibuk dan asyik chatingan dengan Dinda, yang nampak sesekali ia senyum senyum sambil membaca kata kata dari Dinda

Revan hanya tersenyum melihat tingkah istrinya, sambil sesekali ia melirik kearah Kiara dan mengusap kepala istrinya sambil ia tetap fokus menyetir, ia merasa sangat senang sekali melihat istrinya bisa tersenyum lagi, ia takut kalo sampai membuat istrinya bersedih dan menangis lagi seperti saat peristiwa pertengkaran beberapa bulan yang lalu