Revan langsung memegangi tubuh istrinya dengan rasa panik, begitu juga para tamu yang hadir termasuk keluarga Revan, Dinda maupun Anton, semuanya begitu panik dengan keadaan Kiara
"sayang....kamu kenapa ? apakah kamu sudah..."saking paniknya Revan pun tak bisa meneruskan kata kata nya
"aduuuhhh....sakit kak ?" Kiara nampak mencengkeram kemeja suaminya dengan begitu eratnya karna menahan rasa sakit di perutnya
"Ki....kamu kenapa ?" tanya Dinda yang juga sangat panik sehingga ia tak memperdulikan lagi acara pertunangan nya
"Dinda, kak Anton kalian lanjutkan acara pertunangan kalian, dan cepat kalian pasang cincin pertunangan di jari kalian masing masing !, aku baik baik aja !" dengan menarik napas panjang Kiara pun masih saja perduli dengan acara pertunangan sahabatnya itu, ia tak menghiraukan keadaan dirinya yang sudah mengalami kontraksi
"tapi Ki....., kamu....!" Dinda tak sempat meneruskan kata katanya
"sudah, cepatlah kalian pasang cincin nya !" teriak Kiara sambil menahan rasa sakitnya
"ba...baik...!" saking panik nya Dinda pun begitu gugup "ayo kak !, segera pasangkan cincinnya !" pinta Dinda kepada Anton, dan Anton pun tanpa berkomentar apapun langsung melaksanakan perintah Dinda sambil sedikit gemetaran karna ia pun merasa panik dengan keadaan disekitarnya
begitu juga dengan para tamu yang ada, mereka semua merasa panik bercampur bingung kenapa dengan Kiara bukannya meminta diantar ke rumah sakit, malah meminta acara pertunangan tetap dilanjutkan
"ba....baik lah" ucap Dinda ter patah patah karna saking panik nya, "ayo, kak Anton, cepat pasang cincinnya !" pinta Dinda sambil menyodorkan jari jarinya ke hadapan Anton dan Anton segera melaksanakan pemasangan cincin di jari manis Dinda begitu juga dengan Dinda
"huuu...huuufff....sakit sekali perut aku kak" rintih Kiara sambil terus menarik napas dan tangannya terus mencengkeram lengan Revan dengan kuat, tak terasa air matanya mulai menetes di pipinya
Revan yang tak tega melihat istrinya yang semakin menahan sakit, dan ia pun nampak begitu cemas saat melihat beberapa keluarga yang hadir semakin bingung memperhatikan Kiara, sehingga tubuh Revan pun ikut gemetar dan tak bisa berbuat apa apa
"ayo Revan, cepat bawa Kiara ke rumah sakit !" teriak mama Revan yang juga ikutan panik, tapi Revan hanya diam seakan tak mendengar kan ucapan mama nya
Satria yang melihat Revan hanya diam dan berdiri saja, akhirnya segera mengambil tindakan dengan cepat menggendong tubuh Kiara
"Anton, cepat kamu keluarkan mobil !" teriak Satria sambil mempercepat langkahnya dengan menggendong Kiara
"i...iya kak...." Anton pun segera bergegas dengan panik keluar ruangan melaksanakan perintah Satria
beberapa orang nampak heran, kenapa dengan Satria, kenapa ia begitu perhatian dan peduli terhadap Kiara, sedangkan Revan hanya diam saja, namun seketika itu juga Revan tersadar karna Satria sudah menggendong istrinya
"kak Satri....sakit kak...." rintih Kiara dalam gendongan Satria, dan saking sakit nya sampai sampai Kiara tak sadar kalo ia sudah menarik rambut Satria dengan begitu kerasnya, tapi Satria tak memperdulikan hal itu
"iya Kiara, kamu sabar ya, kita akan segera ke rumah sakit" ucap Satria menenangkan Kiara
Revan pun segera menyusul Satria, yang sudah memasukkan Kiara kedalam jok mobil belakang
"kamu duduk depan aja, biar aku uang duduk disamping istriku !" ucap Revan saat Satria sudah mendudukkan Kiara, dan tanpa mau berdebat Satria langsung mengambil posisi didepan disamping Anton yang berada di kursi kemudi, dan Revan pun duduk dibelakang disamping Kiara begitu juga dengan Dinda
sedangkan keluarga yang lain nya mengikuti dengan mobil beriringan dari belakang
"sabar ya sayang, sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit" Revan pun menenangkan istrinya sambil memeluknya dari samping dan mengelus kepala Kiara yang bersandar di bahunya sambil terus mengelus perutnya
"cepetan dong kak Anton, bawa mobilnya !" seru Dinda dengan panik
"iya, ini aku juga sudah cepat tau !, aku juga panik tau !" balas Anton dengan tetap fokus menyetir
"kamu juga sih, Ki...., udah tau sakit perut, tapi gak langsung ke rumah sakit, malah mentingin pertunangan aku, dengan menyuruh aku cepat cepat memasang cincin pertunangan aku" omel Dinda yang panik juga bercampur kesal
tapi karna rasa sakit di perutnya, Kiara sama sekali tak menggubris omelan sahabat nya itu, itu terus meringis menahan rasa sakit di perutnya
"kak Revan, sakit kak...." lagi lagi Kiara merintih, dan air matanya semakin deras mengalir karna sudah tak tahan dengan rasa sakitnya
"iya sayang, kamu harus kuat ya sayang" ucap Revan sambil terus memeluk istrinya dan memegang tangan Kiara dengan erat
tak berapa lama kemudian sampailah mereka di sebuah rumah sakit, dan Revan segera menggendong istrinya keluar dari mobil dan didepan rumah sakit mereka sudah langsung disambut oleh seorang dokter dan beberapa perawat rumah sakit, dan segera meletakkan Kiara di sebuah tempat tidur dorong, rupanya orang tua Revan sudah terlebih dulu menghubungi pihak rumah sakit, dan mengatakan menantunya akan segera melahirkan
"cepat bawa keruangan bersalin, dan segera ambil tindakan !" perintah salah seorang dokter tersebut, dan beberapa perawat pun segera membawa Kiara menuju ruangan bersalin, dokter itupun segera menundukkan kepala kepada Revan dan segera pergi meninggalkan nya, dokter tersebut segera menyusul Kiara keruangan bersalin, ia tak mau sampai terjadi apa apa dengan anak menantu dari pemilik yayasan rumah sakit tempatnya bekerja
Revan dan beberapa keluarga yang lain menunggu di luar ruangan, nampak mereka semua panik dan harap harap cemas memikirkan keadaan Kiara di dalam ruang bersalin, Revan pun tak henti hentinya memanjatkan doa untuk keselamatan istri dan buah hati nya, yang akan dilahirkan oleh Kiara
"ya tuhan, selamatkan lah anak istiku !"
sedangkan Kiara terus berjuang di dalam ruang bersalin untuk melahirkan buah cintanya dengan Revan, sesekali Kiara nampak menarik napas panjang dan menghembuskan nya sesuai dengan perintah perawat yang menanganinya
setelah beberapa lama kemudian, terdengar suara tangisan bayi dari dalam ruang bersalin, dan nampak mereka semua yang sedang berada diluar ruangan tersenyum gembira, begitu juga dengan Revan yang tak henti hentinya mengucap rasa syukur dengan meneteskan air matanya sambil memeluk kedua orang tuanya, begitu juga dengan Dinda yang langsung memeluk kakaknya dengan rasa terharu campur senang
tak berapa lama kemudian, nampak dokter tersebut keluar dari ruangan bersalin dan menghampiri mereka semua dengan senyum ramah nya
"gimana dok, istri dan anak saya ?" tanya Revan yang sudah tak sabar ingin mengetahui keadaan Kiara dan anak nya, begitu juga dengan yang lainnya
"selamat ya pak Revan, anak anda sudah lahir dengan selamat dan sehat, begitu juga dengan istri anda !" ucap dokter tersebut sambil mengulurkan tangannya kepada Revan
"terima kasih dok !" sambut Revan dengan membalas uluran tangan dokter itu, dengan penuh haru dan senang
"oh ya dok, anak nya laki laki apa perempuan ?" tanya Dinda
"selamat anak nya, laki laki ganteng seperti ayah nya" jawab dokter tersebut sambil tersenyum
kembali wajah Revan nampak begitu bahagia mendengar ucapan dokter tersebut, begitu juga dengan yang lainnya
"sekali lagi terima kasih, dok !" ucap Revan
"sama sama pak Revan, dan sebentar lagi istri anda akan dipindahkan ke ruangan VIP, dan anda beserta yang lainnya bisa menemui nya di ruangan tersebut" ucap dokter tersebut
Revan hanya membalas nya dengan anggukan kepala, begitu juga dengan dokter tersebut yang kemudian pergi meninggalkan mereka semua
"aku sudah menjadi seorang ayah" ucap Revan dengan penuh bangga, sambil kembali memeluk kedua orang tuanya, orang tua Revan pun hanya mengangguk kan kepalanya sambil terlihat meneteskan air matanya karna bahagia
"selamat ya bro !" ucap Anton sambil memeluk Revan
"makasih ya bro !" balas Revan dalam pelukan sahabat nya itu
nampak juga Satria, Dinda dan keluarga yang lain memberi ucapan selamat kepada Revan, mereka semua yang ada di situ nampak begitu bahagia atas kelahiran buah hati Revan dan Kiara