"pagi sayang....!" sapa Revan saat keluar dari kamar mandi dan melihat istrinya yang berdiri di depan lemari pakaian, untuk mengambilkan pakaian yang akan dipakai suaminya ke kantor, dan Kiara hanya tersenyum sambil menoleh ke arah suaminya
"ini baju kerja kak Revan !" ucap Kiara sambil menyodorkan sepasang pakaian ke arah Revan
tapi bukannya pakaiannya yang diambil Revan, malah tangan Kiara yang ditariknya dan seketika itupun tubuh Kiara sudah berada dalam pelukan suaminya, dan Revan segera mengambil pakaian yang dibawa Kiara dan melemparkan nya ke atas sofa, dengan segera Revan mengangkat wajah istrinya dan langsung mencium lembut bibir istrinya
Kiara hanya tersenyum, karna ia tahu apa yang diinginkan suaminya, maka Kiara pun membalas ciuman Revan kepadanya, sambil kedua tangannya mengelus lembut pipi suaminya, dan tanpa menunggu lama Revan segera menggendong tubuh istrinya dan menidurkannya diatas ranjang, dan akhirnya permainan ranjang mereka pun terjadi di pagi hari, dan setelah keduanya merasa puas mereka pun mengakhiri nya dan nampak keduanya terkulai lemas
karna saking kelelahannya, mereka berdua tak mendengar saat pintu kamar mereka diketuk dari luar oleh mbak Siti, babysitter Revki
"tuan muda....nyonya muda !!" panggil mbak Siti, sambil mengetuk pintu dengan penuh cemas
"tuan Revan.... nyonya Kiara...!!!" lagi lagi ia terus mengetuk pintu kamar majikannya, tapi tetap saja tak ada jawaban dari dalam kamar mereka
"apa mungkin tuan Revan sama nyonya muda Kiara ngantuk berat ya, sehingga mereka berdua tak mendengar panggilan aku" gumam mbak Siti dengan penuh tanda tanya
"aduuuhh, gimana nih...???, mana badan Revki panas banget" mbak Siti semakin panik dan terus mondar mandir di depan kamar Revan dan Kiara, dan ia pun kembali ke kamar Revki karna ia terus menangis tak henti hentinya
mbak Siti langsung menggendong tubuh Revki yang semakin panas, dan terus saja menangis meskipun telah dibujuk oleh mbak Siti
"aduh gimana ini ??, apa yang harus aku lakukan ??, apalagi badan Revki panas banget" lagi lagi mbak Siti bingung dan semakin cemas, sambil menggendong tubuh Revki
"Revki sayang...., diam ya nak !" bujuk mbak Siti terus agar Revki berhenti menangis, tapi semua itu tak berhasil, Revki terus saja menangis
sampai akhirnya mbak Siti terpikirkan untuk menelpon orang tua Revan
"kalo begitu aku telpon nyonya besar aja !" tanpa menunggu lama mbak Siti langsung menghubungi no telepon rumah orang tua Revan, dan tak berapa lama akhirnya panggilannya pun tersambung
📞 "pagi nyonya besar !" sapa mbak Siti dengan nada gemetar
📞 "pagi juga mbak Siti !" balas mama Revan dari seberang telepon
📞 "kenapa dengan Revki, mbak ?, kok nangis terus ?" tanya mama Revan khawatir karna mendengar tangisan cucunya yang tak henti henti dari seberang telepon
📞 "iya nyonya, dedek Revki dari tadi nangis terus gak mau diam, badannya panas banget, nyonya...tuan Revan sama nyonya Kiara sdh saya bangunin, pintu kamarnya juga sudah saya ketuk berkali kali tapi gak ada jawaban sama sekali dari dalam" jawab mbak Siti dengan nada gemetaran
📞 "astagaaa....!!, dasar tuh anak ya, awas aja kalo sampai ada apa apa dengan cucu aku, baiklah mbak, sekarang juga aku akan kesitu, kamu tunggu ya...!" mama Revan merasa jengkel, dan ia pun segera menutup telepon nya dan buru buru meminta sopir untuk mengantar nya ke rumah Revan
setelah selesai menelpon, mbak Siti pun segera membawa Revki kembali ke kamarnya, dan saat melewati kamar Revan dan Kiara, rupanya Kiara mendengar tangisan anaknya dari dalam kamar, maka ia pun segera membenahi pakaian nya yang berantakan dan segera keluar dari kamar nya dan menuju kamar anak nya
"kenapa dengan Revki, mbak ?, kenapa nangisnya seperti itu ?" tanya Kiara yang sudah berada di dalam kamar Revki dan melihat anaknya menangis dalam gendongan babysitter nya dan langsung menghampiri nya
"iya nyonya, dedek Revki nangis terus dari tadi gak mau diam, badan nya panas banget" jawab mbak Siti
"astagaaaa.....iya mbak badan Revki panas banget, kenapa mbak Siti tidak bangunin aku dan kak Revan, sih ?" ucap Kiara saat menyentuh badan Revki dan mengambil nya dari gendongan mbak Siti
"sudah nyonya, tadi saya sudah bangunin nyonya sama tuan Revan, tapi sepertinya nyonya sama tuan tidurnya pulas sekali, jadi gak dengar saya ketuk pintu kamar berkali kali" jawab mbak Siti sambil menundukkan kepalanya
"iya gak apa apa mbak, memang saya yang salah, sekarang mbak Siti tolong gendong Revki lagi ya, aku mau bangunin kak Revan" ucap Kiara sambil memberikan Revki ke gendongan mbak Siti dan segera pergi menuju kamar nya
"kak...kak Revan, bangun kak !!" dengan panik Kiara langsung menggoyang-goyang kan tubuh Revan untuk membangunkan nya
"ayo kak, cepetan bangun...!!!" Kiara pun semakin kencang menggoyang goyang tubuh Revan, karna tak kunjung bangun
"ada apa sih sayang ???" tanya Revan yang hanya menggeliat tapi kedua matanya masih terpejam
"Revki kak !!"
"ada apa dengan Revki, sayang ?" tanya Revan lagi, yang saat mendengar Kiara menyebut nama anaknya, ia pun langsung duduk dengan masih setengah sadar dan melihat wajah istrinya yang begitu paniknya
"badan Revki panas banget kak, ayo cepetan ke kamar Revki !" ajak Kiara masih
"iya sayang...ayo kita ke kamar Revki !" Revan pun langsung bangun dari tempat tidurnya, dan segera menggandeng tangan Kiara, tapi Kiara segera menghentikan langkahnya
"ayo sayang.... kenapa malah berhenti sih ?!" tanya Revan saat menoleh dan melihat Kiara menghentikan langkahnya
"kak...kak Revan mau ke kamar Revki dengan pakaian seperti itu, memangnya kak Revan mau membuat mbak Siti pingsan ya ?" ucap Kiara sambil memelototi suaminya
"emangnya kenapa sayang ?" tanya Revan bingung
"lihat tuh kak !" Kiara langsung memutar tubuh suaminya menghadap ke meja rias
"he..he..he...maaf sayang !" Revan pun cengengesan sambil menggaruk kepalanya saat melihat dirinya yang bertelanjang dada, dan hanya mengenakan celana boxer
segera ia mengambil piyama yang tergeletak di lantai lalu memakainya, Kiara hanya mendengus kesal melihat ulah suaminya, kemudian keduanya buru buru keluar menuju ke kamar Revki
"sayang, badan Revki panas banget" ucap Revan saat ia memegang tubuh anaknya yang sudah dalam gendongan Kiara
"kalo begitu sekarang aku panggilkan dokter, ya !" Revan segera keluar menuju kamarnya untuk mengambil ponselnya yang akan ia gunakan untuk menghubungi dokter pribadinya
tapi sebelum ia sempat menelepon dokter tersebut, suara bel rumahnya berbunyi dan nampak bi Jum yang segera membukakan pintu
Revan yang mendengar bi Jum sedang berbicara dengan seseorang segera turun dan ia pun begitu kagetnya melihat sosok dokter pribadinya yang sudah berdiri di dalam ruang tamunya
"dokter....kenapa dokter sudah ada disini, kan saya belum menghubungi dokter ?" tanya Revan penasaran campur bingung
"pagi pak Revan.... tadi mama pak Revan yang menghubungi saya, dan beliau meminta saya untuk kesini, karna beliau mengatakan kalo anak pak Revan sakit" jelas dokter tersebut dengan ramah
"gawat !!!, jelas jelas aku akan kena omelan nyonya besar lagi, ini pasti mbak Siti yang sudah memberitahu mama" gerutu Revan dalam hatinya sambil menarik napas panjang dan menghempaskan nya keras
"baiklah dok, kalo begitu mari saya antar ke kamar anak saya !" Revan pun segera berjalan menuju kamar Revki, dan diikuti oleh dokter tersebut dari belakang
dokter itupun segera memeriksa Revki yang nampak menangis diatas tempat tidurnya, dan Kiara pun berusaha menenangkan buah hatinya tersebut, dan disaat bersamaan nampak kedua orang tua Revan datang dengan langkah tergopoh-gopoh dan dengan wajah yang begitu panik nya
"gimana dok, keadaan cucu saya ?" tanya mama Revan yang nampak cemas dan langsung menghampiri cucu kesayangan nya
"astagaaaa....badannya panas sekali !!, kasihan sekali kamu sayang !" mama Revan segera menggendong cucunya yang terus menangis dan ia pun berusaha menenangkan nya, nampak Revki sedikit tenang saat berada dalam gendongan nenek nya
sementara nampak Revan dan Kiara hanya menghela napas pasrah melihat kedatangan ke dua orang tuanya, tak ada pikiran lain lagi selain pikiran yang bakalan kena omelan kedua orang tuanya
"tenang semua nya.....panas nya karna dedek Revki mau tumbuh gigi dan saya akan kasih obat penurun panas, dan insha Allah panasnya akan segera turun setelah meminum obat dari saya ini" dokter tersebut lalu membereskan peralatan medisnya ke dalam tas kerjanya
"syukurlah dok, kalo begitu" nampak mama Revan dan yang lainnya tenang setelah mendengar penjelasan dari dokter tersebut
"terima kasih, dok !"
"sama sama pak Revan !" lalu Revan pun segera mengantar dokter tersebut sampai ke pintu depan rumahnya, dan setelah dokter itu meninggal kan rumahnya, Revan pun segera kembali ke kamar Revki
nampak mama nya sedang menimang cucu kesayangan nya sambil terus mengomel ngomel, dan nampak Kiara yang sedang menundukkan kepalanya mendengar kan omelan mama mertuanya
"kalian berdua itu ya, kalo tidur macam orang pingsan aja, sampai sampai panggilan mbak Siti tidak kalian dengar, awas ya kalo sampai terjadi apa apa sama cucu mama ini, kalian berdua yang akan tau akibatnya !" nampak mama Revan menatap tajam ke arah Revan dan Kiara, dan mereka berdua hanya diam pasrah mendapat omelan dari orang tuanya, begitu juga dengan papa Revan ia hanya diam tak berani membantah saat istrinya mulai mengomel ngomel
setelah itu nampak Revki sudah tertidur pulas di gendongan nenek nya, dan mama Revan pun segera menidurkan Revki ke dalam box bayi
"kalo kalian berdua tidak bisa mengurus Revki, biar mama yang akan mengurusnya, biar kalian berdua bisa tidur sampai puas" lagi lagi mama Revan terus mengomel sambil tak lupa tangan nya menunjuk ke arah Revan dan Kiara
Kiara yang mendapat omelan dari mertuanya terus saja menundukkan kepalanya, dan Revan yang melihat nya langsung mendekati istrinya dan merangkul bahunya serta mengusapnya dengan lembut, ia melihat istrinya yang mengusap air matanya yang sudah mulai menetes di pipinya
"sudahlah ma.....mama jangan ngomel terus, nanti Revki ke bangun lagi dengar omelan nenek nya, lagian kita berdua kan cuma ketiduran aja, bukan berarti kita gak bisa ngurus anak, mama juga lihat sendiri kan mantu mama yang satu ini yang begitu lemah lembut dan gak bisa dengar orang marah marah, ia pasti langsung menangis" ucap Revan yang juga sedikit menggoda istrinya, karna memang Kiara yang harinya lemah lembut tak bisa mendengar orang berkata kasar pasti ia akan merasa sedih dan menangis
mendengar ucapan Revan, mamanya langsung berjalan mendekati Kiara dan memegang kedua tangan anak menantunya itu
"Kiara sayang....maafkan mama ya nak, mama gak bermaksud memarahi kamu, mama hanya begitu khawatir dengan cucu mama, sampai sampai mama gak bisa menahan emosi mama"
Kiara yang mendengar ucapan mertuanya langsung mengangkat kepalanya, dan terlihat kedua matanya sudah mulai sembab oleh air mata, dan mama Revan pun segera mengusapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang
Revan pun tersenyum melihat emosi mamanya sudah mereda, begitu juga dengan papa Revan yang tersenyum sambil menggeleng gelengkan kepalanya
sambil memegang tangan mertuanya "mama gak perlu minta maaf, ini semua kesalahan kami berdua, kalo saja kak Revan tidak mengajak begadang sampai malam, pasti kami berdua tidak sampai ketiduran, karna Kiara merasa lelah sekali, jadi tak mendengar kalo mbak Siti memanggil manggil" jelas Kiara dengan polosnya tanpa ada yang ditutup tutupi
semua yang berada di ruangan tersebut nampak membelalakkan matanya mendengar kejujuran dan kepolosan Kiara termasuk kedua mertuanya dan mbak Siti yang hanya bisa menundukkan kepalanya, sedang kan Revan sendiri ingin sekali lari dari tempat tersebut saat mendengar ucapan dan kepolosan istrinya, karna begitu malunya dia
"oh, jadi ini semua gara gara kamu ya, Revan !!" mamanya pun sambil menahan tawa dan langsung menjewer telinga anak nya
"aduh, sakit ma...!!!" Revan pun meringis kesakitan karna mendapat jeweran dari mamanya, sedangkan papanya dan mbak Siti tak bisa menahan tawa melihat semua itu
"sudah ma, jangan jewer kak Revan lagi, kasihan!" lerai Kiara sambil memegang tangan mertuanya yang berada di telinga suaminya
mertuanya pun segera melepaskan tangannya dari telinga Revan, dan langsung tak bisa menahan tawa, melihat sikap konyol anak menantunya itu
"sakit ya, kak ??" tanya Kiara sambil mengelus telinga suaminya dengan lembut
"hhmmm....gak kok sayang" jawab Revan sambil tersenyum kecut karna merasa malu dengan kepolosan istrinya
"kak, kenapa dengan mereka semua, kenapa mereka tertawa, kak ?" Kiara bertanya sambil memandang ke arah kedua mertuanya dan mbak Siti secara bergantian dengan pandangan penuh kebingungan
"tidak apa apa, tidak ada yang salah kok !" jawab Revan dengan wajah kusut dan menahan malu, seperti orang yang ketahuan melakukan kesalahan
sedangkan Kiara hanya mengerutkan keningnya sambil berpikir kira kira apa yang sudah ia lakukan dan lagi lagi sambil memandangi satu persatu orang orang yang berada di ruangan tersebut termasuk suaminya, ia merasa bingung
dan tiba tiba matanya terbelalak sambil kedua tangannya menutup mulutnya yang terlihat menganga, ia baru sadar dengan apa yang sudah ia ucapkan tadi, mukanya berubah menjadi merah karna malu sambil menatap ke semua yang ada di situ
"ups....maafkan aku ya kak !, aku keceplosan ngomong nya" ucap Kiara sambil menggaruk tengkuknya meskipun tidak gatal
"iya sayang....kamu gak salah kok, kamu cuma terlalu jujur aja" balas Revan sambil mendengus dan tersenyum pasrah, Kiara pun semakin malu dan salah tingkah dibuatnya
"sudah, sudah, kalian jangan berisik, nanti Revki nya bangun lagi" lerai mama Revan yang masih tak bisa menyembunyikan tawanya atas sikap konyol menantunya
"sekali lagi maaf kan aku, ya kak !" ucap Kiara dengan canggung karna ia masih merasa malu atas ucapannya, sedangkan Revan hanya tersenyum dan langsung merangkul bahu istrinya, Revan sedikitpun tak akan pernah bisa marah walaupun se konyol apapun tingkah istrinya
"ya sudah, kalo begitu mama sama papa pulang dulu, karna pagi ini papa kamu ada meeting penting dengan klien nya dari luar kota, dan ingat kalian berdua jangan begadang terlalu malam lagi !" pamit mama Revan sambil menggoda Revan dan Kiara, dan Kiara hanya menunduk sambil menganggukkan kepalanya dengan perasaan yang masih canggung karna malu, sedangkan Revan hanya mendengus kesal mendengar perkataan mama nya
mama dan papa Revan segera meninggalkan rumah anaknya dengan perasaan yang sangat senang, walaupun sikap menantunya yang begitu jujur dan polos tapi ia merasa beruntung memiliki menantu seperti Kiara, karna sikap Kiara yang akhirnya bisa mengimbangi sikap Revan yang begitu dingin