BE ABANDONED

Tok Tok Tok...

Ajudan mengetuk pintu ruang kerja Hugo. "Tuan ada masalah di daerah semenanjung Bretagne, bangsawan di sana memberontak ingin membuat wilayahnya sendiri. Perdagangan sudah dimonopoli, para rakyat mulai resah. Jika mereka tidak mendukung tindakan para bangsawan, mereka akan kesulitan mendapatkan sandang dan pangan. Kapal yang masuk dan keluar pun di awasi dengan ketat" Ajudan Hugo bernama Alex Graham. Alex merupakan kerabat dari ibu Hugo. Hugo mengernyitkan keningnya, "Aku harus menemui istriku dulu" Ia mengambil jubah dan pergi meninggalkan ruang kerjanya. Alex terdiam, ia bingung harus menyusul Alex atau berdiam di ruang kerja Hugo dan menunggunya kembali. "Haaah... Semenjak menikah kelakuan tuan jadi aneh, di saat penting seperti ini malah pergi" Alex menghela nafas panjang.

Estele sedang menikmati camilan sorenya. Hugo membuka pintu ruangan tempat Estele menikmati camilannya. Hugo memberi isyarat pada pada pelayan agar pergi meninggalkan mereka. "Apa yang sedang kamu lakukan?" Estele terkejut dengan kedatangan Hugo yang tiba - tiba. "Istriku, ada yang harus aku bicarakan denganmu. Tapi sebelum itu, aku menginginkan dirimu" Hugo mendekat ke arah Estele, ia memegang dagu Estele dan merekatkan bibirnya pada bibir Estele. "Apa yang kamu inginkan?" Estele mendorong dada bidang Hugo. "Sudah aku bilang, aku menginginkanmu" Hugo menjilati telinga Estele. Tubuh Estele bergetar ia mengingat kembali malam pertamanya bersama Hugo "Aku masih takut" Estele meremas pinggang Hugo. Hugo memegang tangan Estele dan menciumnya "Beri aku kesempatan menebusnya, kali ini aku akan lebih menghargai mu" Hugo memberi tatapan memelas pada Estele. "Beruang besar ini terlihat lucu dengan mata biru yang besar" pikir Estele "Apa harus di sini?" Estele menatap mata Hugo. "Tak masalah, aku sudah menyuruh mereka pergi" Hugo melanjutkan ciumannya di leher Estele. "Aahh Hugo" mereka melakukan hubungan suami istri lagi setelah malam pertama mereka. Kali ini Hugo lebih lembut dan memperhatikan kenyamanan Estele. Setelah berhubungan intim, Hugo menggendong Estele ke kamar. Hugo membaringkan Estele di kasur, ia pun tidur sambil memeluk Estele.

"Kamu sudah bangun?" Hugo memegang wajah Estele. Estele mengangguk "Berapa lama aku tertidur?" Hugo duduk dan mengambil jubah mandi miliknya dan Estele "Kurang dari sejam setelah kita bercinta. Hmm... Bagaimana? Aku lebih baik dari sebelumnya kan?". Wajah Estele memerah ia menutupi wajahnya dengan selimut. Hugo memakai jubah mandinya "Haha... Sepertinya aku benar" Hugo menarik selimut Estele dan memakaikan Estele jubah mandi miliknya. "Aku bisa melakukannya sendiri!!" Estele mengikat jubah mandinya. "Ada yang ingin aku katakan. Sepertinya aku harus melakukan perjalanan ke Bretagne, ada masalah teoritis yang harus aku selesaikan" Hugo menaruh kepalanya di pangkuan Estele. "Berapa lama?" Estele memegang kepala Hugo. "Hmm... Paling lama kira - kira 3 bulan. Aku akan cepat menyelesaikan masalahnya dan pulang" Hugo memegang tangan Estele dan menggerakan tangan Estele agar mengelus rambutnya. "Berhati - hatilah, yang terpenting pulang dengan selamat. Aku akan menunggumu" Estele mengecup kening Hugo. "Terimakasih istriku" Hugo berbalik dan memeluk perut istrinya, mereka pun kembali tertidur.

Sementara itu diruang kerja Hugo, Alex berjuang dari kantuk yang menyerang yang pada akhirnya ia pun tertidur di sofa karena menunggu Hugo yang tak kunjung datang sampai matahari terbit. Hugo ke ruang kerjanya dan melihat Alex yang masih tertidur. Hugo membangunkan Alex "Hei apa yang kau lakukan di ruang kerjaku? Lihatlah air liur mu merusak sofa ku!" Alex tersentak kaget "Maafkan saya tuan, saya tertidur saat hendak menunggu tuan kembali" Alex menundukkan kepalanya. "Haha dasar bodoh, kau tak perlu menungguku. Sudahlah, sekarang siapkan keberangkatan kita ke Bretagne hari ini. Kita harus cepat berangkat agar masalahnya cepat diselesaikan". "Baik tuan" ucap Alex. Alex pun keluar dari ruang kerja Hugo "Aku sudah mengatakan pada nya hal penting ini kemarin, tapi tuan malah menemui istrinya. Harusnya kan kemarin kita pergi ke Bretagne. Ah... Atau mungkin urusan dengan nyonya lebih penting dari pemberontakan Bretagne?" gumam Alex.

To be Continued...