RAHASIA ESTELE

"Haah... Sungguh lucu!! Ternyata suamiku melarikan diri dari bedebah macam kau!! Nah... Sekarang cepat cabut nyawaku kaisar Sreider yang agung!!" Tebasan pedang tepat mengenai leher Estele.

"Haah... Haaahh..." Nafas Estele tersengal - sengal.

"Ingatan itu masih sangat terasa jelas" Estele memegang lehernya.

"Tubuhku mengingatnya. Kaisar sialan!!! Kesempatan mengulang kehidupan yang tuhan berikan sebagai anugrah kepadaku ini tidak akan aku sia - siakan! Kali ini biarkan aku yang melindungi keluargaku" Estele menutupi kedua matanya yang sedang menangis histeris. Kepala dayang yang hendak menjalankan tugasnya melayani nyonya rumah, terkejut dengan keadaan Estele dengan rambut berantakan dan baju yang hampir basah oleh keringat dan air mata. Estele meringkuk di sudut kamar sambil menangis. Kepala dayang pun menghampirinya, belum sempat bertanya tentang apa yang sedang terjadi pada majikannya itu, tubuh Estele ambruk kedalam pelukan kepala dayang. "Tubuh nyonya panas" gumamnya. ia pun menggoyangkan - goyangkan tubuh Estele.

"Nyonya!!! Nyonya!!! Apa yang kau lakukan, cepat panggil dokter!!" Ariana Cranbell, kepala dayang itu meneriaki kesatria yang sedang mengintip di balik pintu.

*Flash Back Sebelum Dibangkitkan Kembali*

Kegelapan menelan Estele di saat - saat terakhir kehidupnya. Matanya menutup bersamaan dengan hilangnya kesadaran, muncul kembali ingatan tentang suami dan buah hatinya yang lebih dulu di eksekusi oleh kaisar Sreider. Estele merasa tidak adil! kebahagiaan yang belum lama dirasanya musnah dalam semalam. Semua ini akibat kaisar benua Sreider yang baru saja menduduki tahta, Amerad Havel Sreider. Orang ketiga yang ikut campur masalah percintaan Estele dan Hugo. Asal muasal cerita, berawal dari Amerad yang memiliki perasaan pada Hugo. Saat itu ia masih menjadi pangeran yang ikut berperang menaklukan negara bagian bersama Hugo. Entah itu cinta atau hanya sekedar nafsu liarnya saja, yang jelas Amerad juga hampir menganggap dirinya gila karna menyukai sesama lelaki. Setelah menduduki posisi kaisar, Amerad menggunakan kekuasaannya untuk menarik Hugo kedalam pelukannya. Hugo yang sadar akan hal itu mulai menjauh dari pemerintahan kaisar. Masalah ini hanya di ketahui oleh Hugo dan Amerad. Karena hal yang sangat tidak lazim dan di anggap rendahan jika seorang kaisar mencintai sesama pria. Namun Amerad tidak menyerah, berbagai tipu muslihat dibuatnya dan mengancam akan membunuh Estele istri Hugo, agar ia mau membalas perasaan Amerad.

Ancaman Amerad sama sekali tak di gubris oleh Hugo, ia akan melindungi istri dan anaknya dari kecaman Amerad. Hingga suatu malam, Hugo diam - diam memboyong keluarga kecilnya di tengah malam ke daerah kekuasaannya yang ia titipkan kepada kepala dayang Cervantes setelah ia pensiun karena usia. Daerah ini sangat kecil dan jarang dilewati orang sehingga tidak terjamah oleh peta kekaisaran. Tentu saja Amerad tidak mengetahui wilayah ini. Hugo berpikir tindakan kaisar sudah melewati ambang batas. Hugo pun bergidik saat mengetahui kelakuan kaisar yang ingin mendapatkan dirinya. Estele kebingungan, Estele mengetahui kalau suaminya penuh dengan kegelisahan. Tapi Estele paham betul sifat suaminya yang tidak mau berbagi cerita karena akan membuat pikiran Estele terbebani. "Jika itu hal yang aku harus aku tahu pasti suatu saat ia akan cerita" pikir Estele. Benar saja, di dalam kereta kuda yang di tumpangi bersama suami dan anaknya yg sedang tertidur, Hugo menceritakan masalah yang sedang terjadi. Estele sangat shock dan tidak habis pikir dengan tindakan kaisar yang sungguh picik.

Tiba - tiba kereta kuda berhenti. Suara derap kaki prajurit terdengar, seorang kesatria berteriak "Kita terkepung!!!". Dengan sigap Hugo menggendong anak kembarnya "Istriku, kita harus sembunyi!!!" Hugo menarik tangan Estele dan keluar dari kereta kuda. Mereka mencoba melarikan diri. Namun nahas, di depannya muncul kuda yang ditunggangi Amerad.

"Ohoo... Ternyata disini ada yang tidak patuh dengan kaisar. Hugo... Kau ingin meninggalkanku dan melarikan diri dengan jalang ini???" Amerad terlihat marah.

"Berhentilah!! Berhentilah, sampai disini saja kaisar. Biarkan kami pergi, aku dan keluargaku tidak melakukan penghianatan atau dosa. Kumohon, ingatlah jasaku yang telah memperluas kekaisaran ini" Hugo dengan nada tegas dan sedikit memohon.

"Baiklah, aku biarkan istri dan anak mu pergi. Namun, kau harus kembali bersamaku" Amerad mendekati wajah hugo dan memegang dagu Hugo.

Di tepisnya tangan kaisar bejat itu, lalu mengeluarkan pedangnya. "Kalau begitu, lebih baik aku berkhianat sekalian" Hugo menyerang Amerad dengan pedang, mata pedang mengenai mata dan pelipisnya.

"Aaakkhhh....!!!!" teriak Amerad

Ksatria bayangan yang melindungi kaisar langsung menyerang Hugo.

"Tunggu...!!! Apa yang kalian lakukan...!!! Hentikan...!!!!" Teriak Amerad pada ksatria bayangannya. Serangan terhadap Hugo pun berhenti, namun tubuh Hugo yang tak memakai zirah penuh dengan luka.

"Lancang sekali kau mengayunkan pedangmu pada orang ku!!!" teriak Amerad pada kesatria bayangan yang menyerang Hugo.

"Tapi baginda, jika tidak kami serang tuan Hugo akan semakin menyerang baginda. Sekarang saja mata baginda sudah terluka" sahut komandang ksatria bayangan kaisar.

Hugo terkekeh, dengan percakapan itu. Ia melihat Estele yang sedang gemetaran sambil memeluk buah hati mereka. Hati Hugo berdenyut, mata Hugo dan Estele bertemu. Hugo tersenyum sambil memandangi wajah istrinya. Bagi Estele, senyum Hugo mengisyaratkan kepedihan, seperti salam perpisahan. Mereka berbicara dengan bahasa tubuh, seakan mengerti akhir dari kisah mereka.

Amerad merebut kedua buah hati mereka, lalu menggoreskan belati pada telapak tangan mungilnya. Estele berteriak histeris, tak berselang lama si kembar kejang - kejang tubuhnya perlahan membiru. Hugo yang hilang akal sehat kembali menancapkan pedang pada kaisar.

"Aarrghh... Aarrgghh... Aarrgghh" teriakan Hugo memilukan hati Estele yang perlahan mendingin.