Bab 3

"RYUNJIN.... AWAS.... MOBIL....."

Seorang pemuda berteriak dari seberang jalan, mendengar teriakan itu membuat langkahnya terhenti. Ia berbalik, disana terlihat seorang pemuda sedang menyeberang jalan sembari memainkan ponsel dan telinganya yang disumbat dengan benda bernama headset. Karena terlalu asik dengan ponselnya pemuda itu tidak sadar dari arah kanan sebuah mobil tengah melaju dengan kecepatan diatas rata-rata.

Melihat nyawa seseorang dalam bahaya, entah dorongan darimana Yuri berlari kearah pemuda itu lalu mendorongnya kearah sisi jalan, belum sempat ia menyelamatkan diri.

Brak...

Mobil itu telah menghantam tubuhnya, yang kemudian melayang, dan jatuh membentur jalan yang keras.

'Apakah ini akhir hidupku? Dengan berita seorang gadis yang malang telah tewas karena menyelamatkan seorang pemuda dijalan. Akhir yang tragis tanpa merasakan bagaimana dihargai oleh orang lain, keluarga, ataupun... Teman.... Sungguh menyedihkan'.

~§~

Didalam sebuah ruangan kecil dari kayu, seorang gadis tengah berbaring beralaskan kasur tanpa ranjang dengan selimut tebal berwarna putih.

Gadis itu tidak lain Yuri Leuciana, perlahan ia membuka matanya. Ia terbangun disebuah rumah sederhana yang entah dimana dan milik siapa.

'A..... Ada apa denganku? Aish.... Tubuhku rasanya remuk dan sakit semua, bahkan untuk duduk saja aku tidak bisa. Pandanganku menyapu sekeliling ruangan yang aku tempati, ini bukan rumahku ataupun rumah sakit. Lalu dimana aku sekarang? Apakah ini dunia setelah kematian? Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah kecelakaan itu, terakhir yang kuingat adalah tubuhku melayang jatuh membentur kerasnya jalanan, kemudian seseorang mendekatiku. Jika tidak salah lihat sepertinya orang itu berjenis kelamin laki-laki,  entahlah wajahnya buram jadi aku tidak begitu jelas melihatnya, lalu gelap'.

~§~

Yuri melamun dengan tubuh yang berbaring tidak berdaya, sampai tidak menyadari seorang wanita berumur sekitar 50 tahunan menghampirinya dengan nampan berisi makanan di tangannya.

"Kau sudah sadar nak?" wanita itu berkata sembari duduk di samping Yuri dan meletakkan nampan yang ia bawa.

"Siapa anda? Dan dimana ini?" pertanyaan itu meluncur dari mulut Yuri.

"Perkenalkan aku Choi Dambi pemilik rumah ini. Aku dan suamiku menemukanmu dipinggir sungai dengan keadaan tubuh yang terluka, lalu kami membawamu kemari" wanita itu tersenyum lembut.

Mendengar jawabannya Yuri merasa bingung, dia ditemukan dipinggir sungai dengan keadaan terluka. Seingatnya ia mengalami kecelakaan dijalan bukan dipinggir sungai.

Wanita itu terlihat awet muda, dan cantik dengan pakaian hanbok berwarna cokelat bercorak bunga yang dipakainya, meski sederhana tapi terlihat pas ditubuhnya yang berwarna putih. Dimana dia sebenarnya? tempat ini terlihat asing dimatanya.

"Kau melamun nak?"

"Tidak" jawab Yuri sembari tersenyum,

"Siapa namamu?"

"A..aku Yuna" jawab Yuri ragu, ia sengaja tidak memberikan nama aslinya melainkan nama yang ia ambil dari nama depan dan belakangnya, Yuri Leuciana menjadi Yuna.

"Nama yang cantik. Apakah lukamu masih sakit? Kenapa kau bisa terluka? Lalu darimana asalmu?" tanya wanita itu dengan mata yang terlihat antusias menanti jawaban dari Yuri.

"Ah.... Itu..... " Yuri bingung akan menjawab apa karena ia pun tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Kau membuatnya bingung Dambi" suara itu berasal dari seorang pria berusia sekitar 55 tahun memasuki ruangan dan duduk disamping wanita itu.

"Kau bertanaya terlalu banyak, lihat dia jadi bingung mau menjawab apa!".

Melihat ada orang lain yang datang, Yuri berusaha duduk dibantu wanita bernama Dambi.

"Ah.... Maafkan aku! Aku terlalu antusias, habisnya kau begitu menggemaskan. Perkenalkan dia suamiku Choi Bongju"

"Salam kenal paman, terima kasih telah menolongku. Maaf merepotkan"

"Jangan sungkan, kami senang kok menolongmu" Ibu Dambi menggenggam tangan Yuri dengan lembut, membuat Yuri mendongak menatap kedua orang yang baru saja menolongnya.

'Hatiku terasa hangat' pikir Yuri

"Oh ya aku belum tahu siapa namamu?" Kata-kata itu kembali terulang untuk kedua kalinya, tetapi kali ini berasal dari orang yang berbeda.

"Namaku Yuna.... aku, aku tidak tahu berasal darimana, dan kenapa terluka" jawab Yuri jujur.

"Apakah kau tidak mengingat siapa orang tuamu atau kerabatmu yang ada disini misalnya?" tanya Ibu Dambi.

"Aku tidak mengingatnya bi..." jawab Yuri dengan ragu memanggil Ibu Dambi dengan sebutan bibi.

"Dilihat dari luka dikepala dan tubuhmu sepertinya kamu terjatuh dari tebing dan terbawa arus sungai, tabib bilang jika kamu sadar kemungkinan akan mengalami hal semacam ini, karena lukamu yang parah" jelas Pa Bongju.

'Aku tidak mengerti kenapa aku bisa berada di tempat ini? Apakah ini hanya mimpi? Tetapi rasa sakit disekujur tubuhku ini begitu nyata' pikir Yuri.

Melihat Yuri melamun Ibu Dambi merasa khawatir,

"Tak apa kau boleh tinggal disini sampai ingatanmu kembali, kau juga boleh memanggil kami dengan sebutan ibu dan ayah, benarkan suamiku?" tanya Ibu Dambi kepada suaminya dengan suara yang manja, dibalas dengan anggukan dari sang suami.

"Tentu, lagi pula bukannya Choi Han Sung selalu pergi ke kerajaan dan jarang pulang. Kau juga sudah lama menantikan seorang anak perempuan, mungkin ini jawaban atas doa-doa mu itu" jawab Pa Bongju.

Yuri tersenyum, 'ini sungguh hangat, aku merindukan orang tuaku dirumah meski mereka selalu sibuk dengan pekerjaan'

Pembicaraan ini berlangsung lama sampai sang surya mulai tergelincir ke arah barat ditemani cahaya kekuningan disekitarnya. Setelah membantu Yuri makan Ibu Dambi dan suaminya Pa Bongju meninggalkan Yuri sendirian dikamar itu untuk kembali mengistirahatkan diri.

~ Yuri Leuciana ~

Setelah perbincangan yang panjang akhirnya aku bisa kembali berbaring, sembari menatap langit-langit kamar, kejadian saat itu terulang didalam kepalaku.

Semua ini membingungkan, Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa aku berada disini, ditempat yang asing dengan orang-orang yang berpenampilan asing pula?

Entah berapa lama aku memikirkan tentang kejadian hari ini sampai tidak sadar mataku mulai memberat dan gelap mulai menyelimutiku kembali.

~§~

Sinar mentari pagi menyusup kedalam kamar seorang gadis yang sedang terbaring. Perlahan mata itu terbuka dengan diiringi ringisan kecil yang keluar dari mulutnya. Gadis yang bernama Yuri itu berusaha mendudukan diri, setelah berhasil duduk ia melihat sekeliling,

'Sepi, sepertinya mereka berada diluar'

Rasa haus tiba-tiba menghampiri tenggorokannya, 'Tidak ada air, mungkin diluar ada'

Yuri memutuskan keluar mencari air untuk membasahi tenggorokannya, sekaligus menghirup udara segar dipagi hari setelah seharian kemarin ia terus berada didalam kamar.

Ia berdiri, dan berjalan keluar dari kamar dengan kaki yang terseok-seok.

'Dimana sebenarnya ini? Bagaimana bisa aku berada ditempat ini? Dan rasa sakit ini, ini bukan mimpi, ini dimana?' lagi-lagi pertanyaan yang sama menghampiri kepalanya, sampai....

Bruk.....

~~~~~~~~~~`∞`~~~~~~~~~~

♥♪ Tidak semua orang akan bersikap sama,

Didunia ini masih ada orang yang akan menolongmu disaat susah dengan tulus ♪♥

(maaf ceritanya kalo kurang menarik, saya masih belajar)