Bruk...
Seseorang telah menambraknya.
"Akh....." Yuri terjatuh, lukanya belum sembuh dan sekarang ia terjatuh lagi yang membuat luka-lukanya kembali terasa tambah sakit.
"Siapa kau?" tanya pemuda yang berdiri tepat didepan Yuri.
Ia mendongak melihat siapa yang telah menabraknya. Berdiri seorang pemuda yang sedang menatapnya dengan tajam, mengabaikan rasa sakit ditubuhnya Yuri menjawab,
"A.... Aku...." perkataannya terhenti saat sebuah rasa dingin yang menempel dilehernya. Pemuda itu meletakkan pedang dilehernya,
"Sebaiknya kau berkata jujur padaku!!! jika tidak kepalamu yang akan menjadi sasaranku!" Pemuda itu menekan pedang yang berada dileher Yuri. Sedangkan Yuri, lidahnya kaku dan sulit untuk mengeluarkan suaranya, ia hanya menutup mata pasrah menanti kematian yang akan menjemput setelah pedang itu menebas lehernya.
'Apapun yang akan terjadi kepadaku mungkin itu takdir hidupku, pemuda ini juga keterlaluan tidak memberi waktu aku untuk berbicara' ucap Yuri dalam hati.
Melihat gadis itu diam dan malah menutup mata seakan pasrah apapun yang akan ia lakukan pada dirinya, membuat ia geram. Ia tekan pedangnya hingga darah menetes keluar dari leher gadis yang terduduk dihadapannya itu.
"Jawab aku siapa kau? Mau apa kau dirumahku? Jika kamu berani menyakiti keluargaku sejengkalpun aku akan pastikan kau pulang hanya tinggal nama!" kata pemuda itu.
Yuri terdiam seribu bahasa dia terlalu terkejut dan sedikit takut dengan situasi ini, mau bagaimanapun dia hanyalah gadis yang berada ditempat asing dan tiba-tiba bertambrakan dengan seorang pemuda yang sekarang berniat membunuhnya.
Emosi pemuda itu memuncak karena gadis didepannya tetap bungkam, ia angkat pedang digenggamannya bersiap menghabisi orang yang ia anggap berbahaya.
Sedikit lagi saat kepala Yuri dalam bahaya tiba-tiba Ibu Dambi datang, ia melihat Yuri terduduk dengan mata terpejam lalu beralih pada seseorang yang berdiri didepan Yuri dengan pedang yang siap untuk menebas kepala Yuri dan orang itu tidak lain adalah putranya. Ia berlari menghampiri Yuri tanpa melihat leher gadis itu yang mengeluarkan darah.
"HAN...."
~ Choi Han Sung ~
Hari ini aku mendapat perintah dari Raja Ryun untuk menyelidiki identitas seorang menteri kerajaan yang sedang menjodohkan putrinya dengan sang raja. Setelah mendapat perintah itu, aku pamit pulang ke rumah terlebih dahulu untuk membawa perbekalan.
Dan inilah hari yang paling aku tunggu, hari dimana akhirnya aku bisa pulang ke rumah. Aku sangat merindukan ibu dan ayah, karena tugas yang menumpuk membuatku jarang pulang ke rumah. Aku pulang sebulan sekali jika sedang libur atau mendapat misi walaupun hanya sebentar, itu karena rumahku jauh dari istana tempatku melakukan tugas dan aku harus menempuh perjalanan yang jauh untuk sampai ke rumah.
Saking tidak sabarnya ingin bertemu dengan kedua orang yang aku rindukan, aku berlari dari halaman rumah sampai pintu masuk, tentunya setelah mengikat kuda yang aku bawa terlebih dahulu.
Karena terburu-buru sampai-sampai aku tidak menyadari seseorang yang sedang berjalan berlawanan arah denganku dan berakhir menambraknya.
"Akh...." ternyata dia seorang gadis, ia jatuh terduduk tepat dihadapanku.
Terkejut, aku sangat terkejut melihat ada seorang gadis dirumahku. Seingatku, aku tidak memiliki saudara perempuan yang sedang berkunjung kemari sedangkan perempuan dirumah ini cuma satu dan itu adalah ibu. Menatap waspada pada sosok didepanku, bisa saja dia ingin menyakiti keluargaku.
"Siapa kau?" tanyaku,
Ia mendongakkan kepalanya, sial dia begitu cantik dan juga terlihat berbahaya. Ia diam tidak menjawab pertanyaanku, dia membuatku kesal dengan diamnya tanpa pikir panjang ku tarik pedangku lalu kuarahkan ke lehernya.
"Sebaiknya kau berkata jujur padaku!!! jika tidak kepalamu yang akan menjadi sasaranku!" aku ancam gadis ini agar ia mau buka mulut, tetapi gadis itu hanya memandangku dengan wajah datar. Gadis ini membuatku geram ku tekan pedang ini hingga lehernya mengeluarkan darah, tetapi bukannya menjawab gadis itu malah memejamkan matanya seolah pasrah dengan apa yang akan aku lakukan kepadanya.
"Jawab aku siapa kau? Mau apa kau dirumahku? Berani menyakiti keluargaku sejengkalpun aku pastikan kau pulang hanya tinggal nama!" aku tanya sekali lagi gadis ini, tetapi ia tetap diam.
Kesabaranku habis laluku angkat pedang ini bersiap untuk memenggal kepalanya, sedikit lagi, sampai suara seseorang yang sangat aku rindukan masuk kedalam pendengaranku.
"HAN... Berhenti!!!"
~§~
"Turunkan pedang itu!" kata Ibu Dambi.
Ibu Dambi langsung memeluk tubuh lemas Yuri.
"Kau tidak apa-apakan?" pertanyaan dengan nada khawatir itu dilontarkan Ibu Dambi begitu melihat wajah pucat Yuri. Yuri mengangguk pertanda ia baik-baik saja, lalu berdiri dibantu Ibu Dambi.
"Ibu, kenapa menghentikanku? dia mungkin orang suruhan yang akan melukaimu bu" jawab pemuda yang ternyata bernama Choi Han Sung atau sering dipanggil Han.
"Aku akan menceritakannya nanti, ayo masuk!" kata Ibu Dambi dengan suara yang terdengar sedikit kesal. Ibu Dambi berjalan memasuki rumah dengan memapah Yuri yang berjalan terseok-seok.
"Tapibu..."
Perkataan Han dijawab dengan tatapan tajam Ibu Dambi, ia hanya bisa menghela nafas dan berucap
"Baiklah"
~§~
Di tengah ruangan itu terlihat dua orang pria dan seorang wanita yang saling diam. Salah satu dari mereka bergerak menuangkan teh pada cangkir didepan pemuda yang merupankan anak semata wayangnya, lalu ia kembali duduk dan menghela nafas. Setelah mengantar Yuri kekamarnya mereka bertiga berkumpul diruang keluarga untuk membicarakannya.
"Minumlah Han!" kata Ibu Dambi memulai percakapan.
Han menurut, ia meminum air teh itu.
"Jelaskan ayah, ibu!" Han meminta penjelasan kepada kedua orang tuanya.
"Hah..... Ia bukan orang jahat Han, ia gadis malang yang ibu dan ayahmu temukan dipinggir sungai. Kami yang menyelamatkan dan merawatnya." kata sang ibu.
"Dan kami berencana mengangkatnya menjadi anak kami Han" sambung sang ayah.
"Tapibu yah, dia pasti sedang dicari dan dicemaskan oleh keluarganya, ia pasti ingin pulang." Jeda,
"Aku tau kalian begitu menginginkan seorang anak perempuan untuk menjagaku benarkan, tapi kalian juga harus memikirkan keluarga yang tengah mencarinya" jawab Han lirih.
"Kami tau Han tapi gadis itu kehilangan ingatannya, ia hanya mengingat namanya. Kami merasa kasihan kepadanya jadi kami angkat ia menjadi anak kami adikmu Han, sampai ingatannya kembali. Baru kami akan merelakannya pulang pada keluarganya." jawab ibu Han dengan mata berkaca-kaca.
"Jadi apa kau mengizinkannyakan?" sambung ibu Dambi.
"Hah..... Kalian memang orang tua yang sangat baik aku bangga pada kalian" jawab Han.
"Jadi...." ibu Dambi kembali bertanya.
"Tentu. Aku senang jika kalian berdua bahagia" jawab Han sembari tersenyum, lalu ia dihadiahi pelukan hangat dari sang ibu yang diterima baik oleh Han. Lelaki yang sedari tadi diam pun mendekati dua orang yang sangat ia sayangi, ia memeluk mereka berdua dari belakang sembari berkata,
"Jaga dia Han! Anggap dia seperti adikmu sendiri!"
"Tentu ayah!" jawab Han.
Mereka berpelukan sangat lama sembari melepaskan rasa rindu yang sangat mendalam dari masing-masing.
~§~
Dilain sisi Yuri atau kita bisa memanggilnya Yuna sekarang, tengah termenung didaun jendela, menatap rembulan malam dengan sinarnya yang begitu indah, menghiraukan rasa perih dilehernya bahkan lupa belum diobati.
Cairan berwarna merah itu terus menetes keluar dari lehernya yang putih dengan bibirnya yang berubah pucat, tetapi sang gadis tetap tenang dengan pandangan kosong.
~ Yuri Leuciana (Yuna) ~
"Kau membuatku bingung dengan situasi ini Ya Tuhan
Aku tidak tau harus bagaimana
Ini bukan rumahku
Inu bukan zamanku
Aku terkejut dengan kejutanmu
Kau membuatku berkelana
Aku merasa kosong
Hati ini kosong
Bolehkah aku bertanya satu hal kepadamu?
Apa yang sedang kau rencanakan?
Aku disini untuk apa?
Aku mencemaskan orang tuaku disana?
Bisakah kau kembalikan aku kepada orang yang tengah menungguku!
Terlalu asing disini bagiku
Akupun tidak mau menjadi beban mereka
Aku tidak ingin menyusahkan mereka"
~§~
Tadi setelah pertemuan Yuna dengan pemuda yang ternyata adalah anak dari orang tua angkatnya, Ibu Dambi mengantarnya kekamar untuk istirahat ia tidak melihat luka dileher Yuna. Setelah memastikan ia tertidur wanita itu keluar, lalu Yuna yang memang hanya berpura-pura menutup mata bangun dari rebahannya, berjalan dan berdiri didekat jendela sampai malam datang. Ia berdiri bagai patung, tubuhnya ada tetapi jiwanya seperti hilang entah kemana. Pintu yang dibuka oleh seseorangpun ia tidak menyadarinya, ia terlalu hanyut dengan pikirannya.
~~~~~~~~~~`∞`~~~~~~~~~~
♥♪ Disaat aku merasa sendiri dan kesepian apakah akan ada seseorang yang akan menemaniku, dan selalu ada untukku? ♪♥