Tepat pukul 08.54 Yuri sampai ditaman. Kaki-kaki jenjangnya melangkah menuju tempat disudut kanan taman yang lebih sepi, ia duduk dikursi taman sembari memandang hamparan lahan hijau yang tumbuh ditanah.
Perlahan matanya terpejam, merasakan hawa sejuk di pagi itu Dilepasnya tas yang ia bawa, kemudian berjalan kedepan, merentangkan kedua tangan dan memutar tubuhnya bergerak mengikuti lantunan nada yang mengalir menuju indra pendengarnya. Begitu indah gerakan yang ia buat.
Yuri yang pada dasarnya suka menari terbuai dengan lagu yang terus berputar dari benda ditelinganya, gerakan tubuhnya berhasil menyingkap tudung kepala. Rambut panjangnya mengayun kesana kemari mengikuti sang pemilik yang tengah menari, tidak terasa air matanya mengalir seiring dengan gerakan tubuhnya yang penuh emosi.
Meski Yuri begitu pandai menari ia tidak pernah menunjukannya kepada orang lain, karena hari ini taman sedang sepi sehingga ia berani dengan bebas menggerakan tubuhnya.
~§~
Dari kejauhan terlihat segerombolan lelaki berjalan melewati taman yang kebetulan ditempati Yuri. Salah satu dari mereka melihat kearah Yuri lalu ia mengeluarkan sebuah kamera untuk mengambil gambar Yuri. Setelah mendapatkannya pria itu berbalik meninggalkan tempat itu dengan sebuah senyum yang terpatri dibibir tipisnya disaat memandang hasil jepretan kameranya.
"Cantik, dan rapuh" ucapnya kemudian menghilang diperempatan.
~§~
Air itu terus mengalir membanjiri tubuh Yuri disertai air yang berasal dari kedua matanya, tetapi tidak membuatnya berhenti menari. Gerakan indah yang menyimpan banyak emosi, dan keputusasaan.
Ia akhirnya berhenti menari dan duduk dikursi taman itu, diusap air mata yang turun dengan deras, lalu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
Nafasnya terlihat naik turun, ia usap keringat yang membasahi wajahnya.
("Kau tahu aku sangat membencimu, aku iri kepadamu karena bapa lebih menyayangimu, aku tidak pernah menginginkan kehadiranmu dalam hidupku" ucap seorang wanita, "Kenapa ibumu menitipkan dirimu disini? Kau itu menjadi beban bagi kami, meskipun ibumu selalu mengirimkan uang setiap bulan tetapi tempat tinggal kami ini kecil dan dengan adanya kamu disini membuat rumah menjadi sempit" ucap seorang wanita di keluarga besar mamahnya, "Hai dimana orang tuamu? Kenapa mereka belum datang?" seorang guru bertanya kepada Yuri, "Hahahaha.... Orang tuanya engga bakalan datangbu, dia itu anak yang dibuang" ucap seorang murid)
Helaan nafas keluar dari mulitnya, melihat jam tangannya telah menunjukan pukul 09.45 ia berdiri dan berjalan pergi menuju rumah Lyra.
~§~
Diperjalanan pulang dari rumah Lyra, kepala Yuri terus menunduk, ia beberapakali menambrak orang membuat beberapa mengumpat kepadanya, tetapi ia seperti tidak memiliki telinga, ia tidak meminta maaf dan menghiraukan ucapan kemarahan dari orang-orang itu, pikirannya melayang pada kejadian di rumah Lyra.
~ Flashback rumah Lyra ~
Setiba dirumah Lyra, disana terlihat beberapa temannya yang telah berkumpul. 'Ternyata aku tidak terlambat datang masih ada yang belum sampai' pikir Yuri.
"Hai Yuri!" sapa Lyra dan yang lain
"Hai" jawab Yuri
Yuri duduk disamping Jenny, "Kau darimana saja?" tanya Jenny, "Dari suatu tempat" jawab Yuri, "Ku kira kau tidak akan datang, melihat sekarang sudah pukul 11 lewat 5 menit, aku tadi ke rumahmu tapi tidak ada siapa-siapa" curhat Jenny.
Yuri hanya tersenyum menanggapi kelakuan Jenny satu-satunya siswi disekolahnya yang mau berteman dengannya. Meski begitu Yuri begitu tertutup hingga Jenny menyerah menyadarkan temannya itu agar selalu bercerita kepadanya jika ia sedang ada masalah.
Tidak lama kemudian beberapa dari teman-temannya yang lain sampai disana dan ikut bergabung membentuk lingkaran. Setelah semua anggota kelompok mereka lengkap mereka mulai mengerjakan tugas.
Selama diskusi berlangsung Yuri hanya diam, ia tidak bersuara sedikitpun karena ia tahu dimana posisinya, ia tidak akan pernah diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Hatinya meringis dan menangis, membayangkan kehidupannya yang begitu menyesakkan.
Tugas itu selesai beberapa jam kemudian, mereka semua beristirahat dan memakan buah yang disajikan oleh Lyra.
Terlihat wajah Lyra yang memerah karena digoda teman-temannya, Lyra yang kesal tanpa pikir panjang melempar pisau ditangannya secara acak dan tepat mengarah ke Mark yang kebetulan berada disamping Yuri. Yuri refleks menangkis pisau itu dan sukses membuat telapak tangannya terluka.
Mark menemukan beberapa tetes noda berwarna merah yang berada dilantai, lalu ia mendekat kearah Yuri, Mark merebut tangan yuri yang disembunyikan dibelakang tubuhnya. Terlihat telapak tangan Yuri yang terluka cukup dalam dengan darah yang merembes keluar, ia melihat wajah Yuri yang datar, tanpa pikir panjang ia robek bajunya dan dililitkan pada tangan Yuri untuk menghentikan darah yang terus keluar. Sembari melilit kain itu terbesit pemikiran 'Bagaimana bisa kau begitu datar setelah mendapat luka ini? Kau benar-benar berubah'
Setelah luka Yuri diikat, semua teman-temannya menyuruh Yuri untuk pergi ke dokter memeriksakannya.
"Ini tidak apa-apa kok" ucap Yuri
"Tidak, itu harus di periksakan! Ayo aku antar!" Mark terlihat khawatir kepada Yuri.
"Nanti pulang dari sini aku akan memeriksakannya ke dokter" jawab Yuri.
"Tapi..."
"Sudahlah Mark! Yuri juga menolak ajakanmu" potong Sheli sembari memegang lengan Mark.
Lalu Lyra mendekati Yuri dan berkata
"Maafkan aku, aku ini memang ceroboh, coba tadi aku tidak melepar pisaunya tanganmu pasti gak bakalan terluka!" Lyra terlihat menyesal ia hanya menunduk.
"Tidak apa, terima kasih sudah mencemaskanku" jawab Yuri sembari tersenyum.
Semua orang disana merasa tidak enak kepada Yuri, sedangkan Sheli memandang Yuri dengan penuh rasa iri, karena pandangan Mark yang merupakan pacarnya malah terlihat sangat khawatir kepada Yuri, sangat berbeda jika ia yang sakit Mark tidak pernah terlihat begitu peduli terhadapnya.
'Dari pertama kali aku melihatmu, aku memang sudah memiliki firasat tidak baik dan aku tahu itu semua karena kamu Yuri' batin Sheli.
'Yuri aku merindukan sosokmu yang dulu, kau yang sekarang tidak aku kenal lagi, banyak yang berubah dari sikapmu dan semua yang ada pada dirimu, aku seperti tidak mengenalmu. Kau yang sekarang dipenuhi dengan kebohongan, aku tahu semuanya palsu termasuk senyummu' batin Mark melihat punggung Yuri yang berjalan menjauh.
Saat Yuri berjalan meninggalkan rumah Lyra seseorang mencekal tangannya dengan kasar, orang yang tidak lain Sheli.
"Aku ingin kau menjauh dari Mark Yuri! Dia milikku, kau bukan siapa-siapanya, kau tidak pantas untuknya, tadi itu dia hanya merasa kasihan kepadamu. Aku tidak suka kau dekat-dekat dengannya, meskipun kau sahabatku tapi bukan berarti aku akan membiarkan orang yang aku suka tidak-tidak lebih tepatnya orang yang aku cintai dekat-dekat dengan gadis lain mengerti!" bentak Sheli,
"Aku tidak pernah berencana untuk mendekati Mark aku hanya menolongnya tidak lebih, dan aku sama sekali tidak tertarik kepadanya!"
"Aku tidak merasa seperti itu, lebih baik mundur jika memang kamu menyimpan rasa kepadanya. Kamu itu tidak pantas untuknya!" kata-kata itu mengalir dengan lancarnya dari mulut Sheli.
"Kau tidak mempercaiku? Lalu kau anggap persahabatan ini apa?" tanya Yuri,
"Ha ha ha ha ha... Memangnya aku menganggapmu sahabat? Asal kau tau! Sedari dulu aku tidak pernah menganggapmu sahabat. Bersyukurlah aku mau mengenalmu karena jika tidak, mungkin kamu akan menjadi seseorang yang akan selalu aku bully seperti yang lain. Kau itu miskin mana mungkin aku mau bersahabat denganmu, kau tidak sebanding denganku rendahhan, orang tuamu itu hanya pegawai kantoran biasa, cih tidak berguna. Jika saja Mark bukan temanmu mana mungkin aku mau menjadi temanmu!" kata Sheli sembari mendorong Yuri.
"Tidakku sangka kau manusia paling busuk, memanfaatkan orang lain untuk memenuhi keinginanmu sendiri. Baiklah jika itu maumu, akupun muak melihat orang sepertimu!"
Setelah mengeluarkan unek-uneknya, Yuri berbalik dan berjalan menjauh darisana, sedangkan Sheli berjalan cepat meninggalkan tempat itu.
Baru beberapa langkah Yuri berjalan ia berhenti dan berkata,
"Aku akan mengingat semua ini!" kata Yuri lirih, perkataan Yuri didengar Sheli yang membuat ia berhenti, sesuatu mengganjal dihatinya.
~§~
Di sepanjang perjalanan pulang, Yuri terus berfikir kenapa hidupnya selalu dijauhi orang-orang yang telah ia beri kepercayaan, semua orang tidak pernah peduli terhadapnya. Ia tidak bisa hidup tanpa orang lain, ia juga manusia, manusia lemah yang semasa-masa membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang-orang disekitarnya.
'Apa aku seburuk itu sehingga semua orang selalu menjauh dariku bahkan membenciku? Apakah selama ini aku kurang baik? Apa sikapku dimata mereka selalu terlihat buruk? Aku benci semua ini. Aku benci disaat aku hanya dipandang sebelah mata, bahkan tidak ada yang mau menjadi sahabatku, semua hanya memanfaatkanku. Jangankan teman, keluargakupun sama, mereka semua tidak pernah menganggapku ada, aku muak dengan semua ini'
Yuri menunduk memandang tangannya yang luka, ia berjalan dengan begitu tenang. Tiba-tiba terdengar suara .....
"AWAS...!"
Brak....
~~~~~~~~~`∞`~~~~~~~~~
♥♪ Setiap orang pasti mengharapkan kasih sayang dan perhatian dari orang-orang terdekatnya ♪♥