I Wanna Dance With Somebody

I Wanna Dance With Somebody

- Whitney Houston -

Oh, I wanna dance with somebody

I wanna feel the heat with somebody

Yeah, I wanna dance with somebody

With somebody who loves me

I've been in love and lost my senses

Spinning through the town

Sooner or later, the fever ends

And I wind up feeling down

=====================

Vince sudah duduk bersebelahan dengan Feiying. Sanak saudara mereka berdua juga ada di meja mereka. Tapi lebih banyak dari pihak keluarga Feiying yang datang dibandingkan dari keluarga Vince.

Pria itu memakai setelan jas hitam dengan dasi warna senada dan kerah sengaja dibiarkan tidak terlalu terlipat rapi. Lelaki itu jarang mau berpenampilan terlalu kaku di manapun. Meski terkadang berdandan santai dan tidak sesuai pakem, ketampanan Vince tak perlu diragukan lagi menjadi perbincangan para wanita, tua dan muda.

Semua wanita di pesta tersebut mengagumi anak Benetton yang flamboyan dan mempesona. Diam saja terlihat tampan, apalagi jika tersenyum. Tak ada wanita yang kebal dengan pesona seorang Vince Hong.

Kasak-kusuk para wanita selalu menyertai di manapun Tuan Muda keluarga Hong berada. Dia sungguh seperti magnet bagi para wanita. Sebagian para sosialita di Hongkong sudah banyak mengenal sosok Vince Hong beserta segala macam rumor yang beredar tentangnya.

Seburuk apapun rumor tentang Vince Hong, itu tidak mampu menyurutkan antusiasme para wanita untuk berusaha mendekati dia. Vince Hong bagai bocah nakal yang penuh aura simpatik tidak tertahankan.

Vince tadi datang memasuki ruangan sembari menggamit tangan Feiying yang malu-malu. Gadis itu merasa ciut. Terlebih lagi ditatap ratusan mata yang penasaran karena Vince di sampingnya. Kasak-kusuk tentu saja mulai terdengar dari seantero ruangan luas tersebut.

Mendadak Feiying jadi bahan perbincangan banyak orang. Ingin tau segala asal usul gadis itu.

"Apakah dia pacar baru Vince?"

"Sepertinya iya."

"Waahh, tak ada kesempatan untuk kita, nih. Ohohoho..."

"Hei, kau lupa pacarmu, Gildan?"

"Ahh, aku tak keberatan jadi pacar gelap Vince."

"Eh, tapi kenapa gadis itu duduk di meja keluarga?"

"Jangan-jangan mereka sudah bertunangan?"

"Oh tidak! Aku ingin sekali saja mencicipi jadi pacar Vince! Meski walau satu malam!"

"Mungkin itu termasuk kerabat mempelai?"

"Ah, benar juga. Pasti begitu! Pacar jika belum menjadi tunangan tentu tak elok duduk di meja khusus keluarga."

"Iya! Iya, kau benar! Berarti dia hanya kerabat mempelai saja!"

"Syukurlaahh..."

"Apa aku terlihat cantik?"

"Ya, kau cantik. Tapi lebih cantik aku, jangan kuatir."

"Cih!"

Begitulah dengungan kasak-kusuk di meja wanita-wanita muda yang masih lajang, meski para wanita bersuami juga diam-diam berharap bisa sekali saja ada di pelukan Vince Hong.

Vince mengedarkan pandangan. Satu tangan berlabuh santai pada sandaran kursi Feiying. Mereka berada di meja khusus keluarga pihak pengantin lelaki. Vince sudah meminta ijin ke ibunya Feiying membawa gadis itu ke mejanya.

Sesekali Vince mengangguk dan tersenyum pada tamu yang bersiborok tatap dengannya. Setiap senyuman Vince adalah getaran tersendiri di kalbu para wanita yang mendamba dirinya, bahkan siap jika harus menjadi selir atau pacar gelap sekalipun.

Bagaimana mungkin para wanita sanggup menolak pesona Vince yang terlalu menyilaukan? Wajah rupawannya bisa disejajarkan dengan para artis ternama di benua Asia. Tubuhnya pun jangkung dan proporsional, membuat imajinasi wanita berlari liar membayangkan jika mereka ada dalam rengkuhan Vince.

Dengar-dengar, sudah banyak pemilik rumah modelling yang ingin menggunakan Vince sebagai model mereka, bahkan mereka rela membayar sangat tinggi karena Vince adalah pria muda yang bersinar di negeri itu meski dia bukan artis ataupun model.

Namun, Vince terlalu malas untuk menyanggupi tawaran apapun di bidang model dan entertainment. Ia lebih menikmati peran sebagai orang yang berkuasa atas para model dan artis, bukan berada di posisi mereka.

Sudah banyak beredar gosip Vince yang berkencan dengan berbagai artis muda atau juga model-model cantik yang terkenal, meski terkadang mereka sengaja memakai nama Vince hanya untuk mendongkrak karir mereka.

Vince tidak keberatan diberitakan seperti apapun. Toh, itu takkan berpengaruh pada jaringan bisnis besar sang ayah yang menggurita di segala penjuru dunia.

Kapanpun Vince ingin, dia tinggal menghubungi pihak tertentu dan model atau artis manapun takkan menolak menghangatkan ranjang sang Tuan Muda Hong.

"Feifei..." panggil Vince ke Feiying seraya dekatkan wajahnya.

Otomatis Feiying pun ikut mendekatkan wajah. "Ya?"

"Kau... cantik sekali malam ini," bisik Vince di dekat telinga Feiying.

Muka gadis itu sontak merah padam saking tersipu. "Kau... ah, kau terlalu memuji, Tuan muda Hong."

"Hei... panggil aku Vin saja. Atau... boleh juga kalau kau punya panggilan kesayangan untukku. Seperti aku memanggil kau Feifei. Bagaimana?"

Feiying lekas tarik kembali kepalanya. Ia tak tau harus merespon apa. Ucapan dari Vince begitu menyentak jiwa lugunya. Seumur-umur, dia tak pernah diberikan pujian seperti Vince memujinya, apalagi sikap Vince begitu romantis.

Tuan muda Hong tersenyum diagonal melihat sikap salah tingkah Feiying.

Ballroom pun penuh terisi. Semua telah menempati kursi masing-masing dan hidangan sudah diedarkan para pelayan.

Tak lama, musik berkumandang syahdu melantunkan lagu khas pernikahan. Tak pelak, semua mata menoleh ke pintu masuk ballroom. Di sana sudah berdiri Benetton Hong menggamit sang istri.

Para tamu berdiri sebagai tata cara menyambut kedua pengantin. Musik mengiringi langkah keduanya ke kursi pelaminan yang didesain megah indah bernuansa merah dan emas, warna keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa.

Mereka berdecak kagum pada pengantin wanita yang sangat anggun mempesona bergaun merah dengan hiasan bordir emas berbentuk mirip burung Hong atau phoenix.

Vince menahan nafas. Dadanya nyeri, tapi tak bisa berbuat apapun. Pikiran segera melayang ke kenangan intim mereka sebelum ini. Teringat tatapan sendu Ruby. Ataupun erang manja sang wanita tatkala ditindih. Juga lekuk tubuh yang tidak pernah membuat Vince bosan untuk terus dan terus menyentuh.

Jakun Vince naik-turun. Hampir saja selatannya bangkit bangun. Cepat-cepat ia alihkan pikiran agar tenang kembali.

Vince raih tangan Feiying yang berdiri di dekatnya. Ketika Ruby melewati mereka, tatapan mereka bertemu. Bahkan Ruby melihat genggaman tangan Vince pada sang ponakan. Pengantin baru itu lekas palingkan muka ke depan.

Setelah kedua pengantin sampai di pelaminan, tamu-tamu segera duduk.

Tak lama, pembawa acara menyampaikan ini dan itu seputar pesta dan juga mengenai latar belakang kedua pengantin. Tentu saja mengatakan yang baik-baik dan hebat. Lalu para tamu kembali berdiri untuk bersulang champagne ke pengantin di panggung yang juga berdiri.

Usai bersulang, keduanya menuju ke kue pengantin yang mewah dan besar. Nyaris susah payah karena tingginya kue, Benetton bersama Ruby secara simbolis mengiris kue. Semua bertepuk tangan meriah. Dibantu pihak WO, kue dipotong-potong.

Vince mendapat kue sesudah para kakak Ruby mendapatkan terlebih dahulu. Ia melirik penuh arti ke Ruby yang enggan menatap.

Setelah itu, acara makan pun dimulai diiringi alunan musik beserta penyanyinya.

Benetton dan Ruby menikmati hidangan ringan dan kue mereka. Kemudian pria 56 tahun itu pun menggandeng mesra istrinya turun dari panggung untuk memulai berdansa.

Tak lama, area depan panggung pun dipenuhi orang-orang yang ikut berdansa. Vince pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia mengajak Feiying.

Di menit ke-6, Vince meminta ijin ke ayahnya untuk berdansa dengan Ruby. "Boleh aku berdansa dengan ibuku yang menawan ini, Pa?" pintanya sopan sambil membungkuk ala gentleman ke Ruby.