Jealousy

Jealousy

- Queen -

======

Benetton terbahak. "Tentu saja. Kalian memang harus saling mengenal agar akrab! Ayo, berdansalah kalian!" Benetton ganti menggamit Feiying yang pasrah. Mana bisa gadis lugu itu menolak? Meski dia masih ingin lebih lama dalam dekapan pelukan Vince di lantai dansa.

Vince pun mendekap pinggang Ruby. "Akhirnya aku bisa punya kesempatan seperti ini bersama kau, Ru." Ia berbisik di dekat telinga ibu barunya.

Ruby jengah. "Jangan memanggilku Ruby lagi, atau ayahmu bisa curiga." Ia benar-benar kuatir jika sang suami, Benetton Hong, akan mendengar apa yang baru saja didesiskan anaknya. Ruby tidak ingin mengacaukan kehidupan rumah tangga barunya di hari pertama ini.

"Kenapa? Apa Papa tau kau penyanyi kafe bernama panggung Ruby?" tanya Vince, masih berbisik. Ia erat menggenggam tangan Ruby, sedangkan satu tangan lain lembut mendekap pinggang sang mantan biduan.

"Iya, dia tau. Maka dari itu kumohon kau jangan sebut nama kafeku. Panggil aku Ibu, Mama atau apa asalkan jangan Ruby," bisik Ruby. Dia mulai gugup. Jika Benetton Hong mengetahui anaknya mengenal Ruby dari kafe, akan menjadi kehebohan apa nantinya? Ruby belum siap untuk menghadapi itu.

"Kupanggil sayank saja, yah..." goda Vince.

"Kau! Hghh... bisakah kau tak perlu konyol begitu, Vin? Aku sekarang ibumu, mamamu. Tolong hargai itu." Ruby kesal, meski jantungnya berdebar kencang ketika pinggangnya diremas Vince. Sebagai wanita yang biasanya lebih terikat erat dengan memori, mana mungkin Ruby mampu melupakan semua sentuhan Vince.

Padahal, Ruby sudah bersiap menjalani hidup baru tanpa Vince. Siapa mengira bahwa ternyata Vince adalah anak dari Benetton Hong. Dia memang kurang mengikuti berita televisi, tidak terlalu menyukai hingar-bingar gosip dunia hiburan, makanya dia tidak mengenal Vince Hong yang ternama sebagai The Most Wanted Lady Killer di negara ini.

Vince terkekeh kecil. "Sebegitu berartinya papaku, yah? Karena uang?"

"Vin, stop bicara begitu, atau aku lepaskan ini dan kembali ke Ben." Ruby terpaksa mengancam karena ia tak nyaman pada kalimat Vince yang seolah merendahkan.

Meskipun ucapan Vince mencakup sekelumit fakta, namun tentu saja Ruby tidak menyukainya jika diucapkan langsung di depan telinganya. Perempuan mana yang mau disindir mengenai jiwa 'Gold Digger' mereka?

"Oh, maaf, maaf. Aku terlalu blak-blakan. Baiklah, tidak kuulangi." Vince kembali tarik Ruby dan peluk lembut pinggang wanita itu. "Kau tau, Ru... ponakanmu sangat manis."

Dahi Ruby berkerut. "Apa maksud omonganmu, Vin?"

"Aku sedang memujinya. Apa itu salah?"

"Terimakasih atas pujianmu ke Ying'er."

"Sepertinya dia cukup pantas menggantikanmu, Ru."

Ruby terkejut. "Menggantikan aku?" Ia langsung berpikir sang ponakan akan dijadikan budak seks Vince. "Jangan ngawur!" Ia berseru tertahan sambil melirik kanan dan kiri, berharap tidak ada siapapun di dekat mereka yang mendengar percakapan ini.

"Ngawur kenapa? Kau tak setuju?" Vince lirik manik mata Ruby.

"Jangan coba-coba sakiti Ying'er. Jangan jadikan dia budakmu, Vin. Kalau kau memang menyukainya, tolong serius!" Ruby berhenti berdansa dan tatap tajam Vince.

Lelaki muda itu justru mendengus geli. "Kami sudah sama-sama dewasa. Tidak butuh aturan ketat darimu... I-bu." Vince sengaja menekan kata 'Ibu'.

"Apa rencanamu, Vin? Jangan sangka aku melupakan kegilaan kau seminggu lalu padaku. Kau mirip maniak-"

"Waahh... senang sekali kau ternyata tak melupakan itu, pfftt!" Ada letupan bahagia di hati Vince.

Ruby sudah akan menyangkal, namun ia melihat suaminya berjalan ke arah mereka. Ia lekas melepaskan pelukan Vince, lalu kembali ke Benetton Hong.

Vince juga kembali menggamit Feiying dengan mesra di depan Ruby yang geram.

Tuan Muda Hong sesekali membisikkan sesuatu ke telinga Feiying lalu gadis itu tersenyum penuh sipu yang memikat. Ruby mengamati itu semua. Hatinya tak tentram. Apakah dia cemburu? Atau takut ponakan tersayang disakiti Vince?

Ruby sendiri tidak paham apa perasaan yang kini melanda sanubarinya. Sungguh membuat emosi. Sungguh menyesakkan hati. Apakah ini benar-benar cemburu? Bagaimana mungkin dia masih merawat rasa cemburu pada kedekatan Vince dan gadis manapun jika sekarang dia sudah menjadi Nyonya Besar Hong?

"Keponakanmu sepertinya lengket dengan Vin, benar kan, Xuehua?" Tuan Benetton memulai pembicaraan saat ia berdansa dengan istrinya.

"Oh, eh, benarkah?" Ruby gelagapan menjawab asal bunyi karena dia sedang tak fokus pada suaminya.

"Iya, coba kau lihat bagaimana mereka tampak mesra." Benetton menunjuk ke Vince dan Feiying menggunakan dagunya. Ruby terpaksa ikut menoleh. Memang mesra, keduanya berdansa secara intim. Vince mengusap-usap punggung Feiying. Keduanya tampak menikmati kedekatan mereka.

Ruby hampir saja mendecih, jika tidak ingat ada Benetton di depannya. "Mungkin. Tapi namamya anak muda, mungkin hanya sekedar senang-senang saja, Ben."

Benetton mengamati anaknya. "Semoga kali ini Vin serius, karena aku tak mau keponakanmu jadi salah satu korban-

"Korban? Maksudmu, Ben?" Ruby langsung berhenti berdansa. Mata dipicingkan, mengharap penjelasan suaminya.

Benetton menghela napas. Mengusap wajah sejenak sebelum bicara, "Sepertinya aku salah bicara."

"Oh, ayolah, Ben, jujur padaku. Aku ini istrimu, dan Ying'er ponakan tersayangku," mohon Ruby.

"Oke aku jujur, tapi kuharap kau jangan terlalu berpikir buruk, oke Xuehua?" Tuan milyader butuh kepastian.

Ruby langsung mengangguk demi mendapatkan penjelasan. Urusan dia berpikir buruk atau tidak, itu nanti.

Benetton kembali menarik Ruby dalam dekapan untuk melanjutkan dansa. "Anakku, Vin, dia lumayan terkenal akan... sikap playboy-nya."

Lagi-lagi Ruby melepaskan pelukan Benetton. "Tuh, kan!"

Benetton tak putus asa, kembali menarik pinggang istrinya. "Hei, beri kesempatan pada mereka, sayank. Siapa tau Vin kali ini bisa serius mencintai ponakanmu. Bukankah itu hal yang hebat jika mereka bisa menikah?"

Ruby terdiam. Bibirnya dikulum menahan kesal. Ternyata reputasi Vince tak jauh dari selangkangan. Pantas saja pria itu hebat di ranjang. Ternyata pengalaman memang guru terbaik. Ia merasa tertipu, mengira dirinya spesial selama ini. Ah, bagaimana ini? Haruskah dia mewanti-wanti keponakan kesayangan agar tak jatuh ke jerat berbahaya Vince yang memabukkan?

Yah, Ruby mengakui Vin memang memabukkan.

Ia melirik ke arah Vince yang masih berdansa intim dengan sang keponakan.

======================

Oh how wrong can you be?

Oh to fall in love

Was my very first mistake

How was I to know

I was far too much in love to see?

Oh jealousy look at me now

Jealousy you got me somehow

You gave me no warning

Took me by surprise

Jealousy you led me on

You couldn't lose you couldn't fail

You had suspicion on my trail

How how how all my jealousy

I wasn't man enough to let you hurt my pride

Now I'm only left with my own jealousy

-Jealousy by Queen-