Aku Sangat Menyukai Kakak!

Anan Tian berbaring di bawah pohon rindang. Dia sedang mengunyah buah apel sambil menatap langit. Dia teringat bagaimana batu stalaktit yang menggantung akan terlihat saat dia berbaring. Tetapi sekarang dia benar-benar melihat langit biru. Pohon itu berada di pinggir tebing, agak condong kesamping tepat kearah tebing yang curam. Kaki kecil itu berjuntai menyentuh sisi tebing. Tubuhnya seperti bisa merosot kebawah kapan saja. Tidak terlalu jauh dari pohon, ada sebuah rumah berukuran kecil namun tampak indah. Ada bunga yang tumbuh menjalar di dindingnya. Terlihat seperti rumah peri. Ini adalah rumah yang disiapkan oleh Duan untuknya. Awalnya dia protes melihat betapa feminimnya dekorasi di dinding. Apa-apa bunga itu? Dia bukan seorang gadis! Namun dia masih menyukai tempat ini, lebih tepatnya dia menyukai pohon besar ini. Sudah dua hari berlalu dan dia hanya menghabiskan waktunya dengan berbaring. Dia akan makan buah segar di dalam keranjang buahnya saat lapar.

Tempat tinggal murid gunung terasing pada umumnya berada di kaki gunung, awalnya Duan sudah mempersiapkan rumah disebelahnya untuk ditempati Anan Tian. Namun anak itu menolak dan segera protes pada Guru Besar. Alasannya juga sangat kekanakan, dia menyukai saat awan berada di kakinya. Dengan pesona aneh miliknya, dia berhasil mendapat izin untuk tinggal di belakang puncak gunung. Di pinggir tebing miliknya sekarang. Orang lain mungkin iri, namun apa daya mereka? Anak ini mendapat izin langsung dari Guru Besar. Lagipula anak ini benar-benar harus diawasi. Kalau tidak maka akan menimbulkan bahaya. Tubuh pemikat hati bawaannya benar-benar membawa racun ke hati setiap orang. Itulah yang dipikirkan oleh Guru Besar saat memberi izin.

Tidak ada kunjungan dari siapapun, disini terasa sangat tenang dan sepi. Hal itu tidak membuat anak kecil itu kesepian, dia justru senang. Dari dulu dia sangat menyukai kesunyian. Hidupnya yang seperti anjing kelaparan saat baru tiba di dunia ini berubah drastis. Dia tempat barunya ini dia bisa menikmati yang namanya hidup. Dia merasa benar-benar hidup. Tapi dia paham dengan betul, ini hanyalah sementara. Hanya sebentar sebelum dia menyusun rencana pembantaian yang mengerikan. Dia tidak akan membiarkan orang yang menyebabkan penderitaannya hidup damai. Biarlah sebentar saja. Mata itu menatap langit dengan penuh kebencian. Hawa membunuh yang pekat terpancar dari tubuhnya.

"Adik Tian, ayo turun gunung dan berkenalan dengan yang lain. Sudah dua hari dan kau belum turun. Aku pikir lukamu juga sudah disembuhkan oleh Guru Besar." Duan berjalan mendekati Anan Tian. Karakter dingin penuh dendam yang sempat memancar segera menghilang digantikan senyuman hangat khas anak-anak. Dia mengangguk patuh dan mengekor di belakang Duan.

"Kakak Duan, apa aku akan diajari ilmu beladiri?" Anan Tian bertanya dengan rasa penasaran yang tinggi. Dia tahu, hanya dengan menjadi yang terkuat dan berdiri di atas orang lain barulah tidak ada yang akan menginjak-injaknya. Dia butuh kekuatan, dengan kekuatan dan seni membunuhnya yang luar biasa sebagai pendukung maka dia pasti bisa menguasai hidup mati orang lain seperti dulu. Menjadi dewa kematian yang paling ditakuti banyak orang. Dia sangat menyukai saat-saat dimana orang akan mengemis demi hidup atau mati mereka. Dia merindukan saat-saat itu.

"Umurmu baru 8 tahun kukira. Kau belum memenuhi syarat. Di gunung terasing, kau harus berusia setidaknya 10 tahun saat memilih jurus beladiri pertamamu. Sedangkan untuk tempat lain di sekte Bumi Langit, umurmu harus mencapai 15 tahun."

"Bukankah semakin cepat semakin baik?"

"Kau memang benar, namun semua jurus didalam sekte sudah diubah sedemikian rupa. Itu membuat sekte menentukan umur minimal. Sekte menuntut kesiapan tubuh dan jiwa para muridnya."

"Apakah jurus yang sudah dimanipulasi menjadi sangat kuat?"

"Tentu saja, apa adik Tian berpikir sekte mampu bertahan sejak lama itu tanpa trik apapun? Orang-orang disini baik namun licik. Kau harus berhati-hati."

Anan Tian mengangguk paham. Dari awal dia sudah curiga mengapa sekte ini begitu kuat. Mustahil bila hanya mengandalkan pendekar kuat yang bersembunyi di dalamnya. Ternyata mereka sudah membangun pondasi kokoh di awal. Tapi ingin bermain licik terhadap Anan Tian? Bermimpi! Anan Tian adalah sosok iblis berbentuk anak anjing, dia akan memikat orang untuk mengelus kepalanya lalu memakan jantung orang tersebut. Tidak ada yang bisa mengalahkan kelicikannya, setelah kedatangannya kesini bahkan dewa pun akan tertipu olehnya. Dia benar-benar racun berjalan.

Tanpa berniat melanjutkan pembicaraan, mereka menuruni tangga batu. Sesekali Duan melirik Anan Tian yang melompat lincah seperti kelinci. Anak itu memetik tanaman untuk dimakan lagi. Anan Tian merasa diperhatikan lalu menoleh, Duan dengan cepat membuang muka.

"Kakak Duan, bisa kakak ambilkan buah itu?" Anan Tian menunjuk kearah buah merah merona yang menggantung di atas pohon. Pohon itu tinggi dan berduri, kemarin dia tidak memperhatikan keberadaan pohon ini. Buah itu sangat menggoda, warnanya merah merona dengan kemilau indah.

"Kau tidak bisa memakannya, buah itu memang menggiurkan namun sangat beracun. Hanya pemilik tubuh racun yang boleh memakannya." Duan menggeleng tegas, menurutnya anak ini benar-benar polos dan mudah terpikat!

"Aku tidak akan memakannya, aku akan menyimpannya untuk dilihat. Kakak Duan, ambilkan ya?" Anan Tian memelas, hati Duan bergetar sakit. Berbahaya! Tubuh pemikat hati benar-benar racun, Duan tidak bisa menolak permintaan itu dan melompat guna meraih buah merah berkilau tersebut. Tidak cukup satu, dia menginginkan seluruh buah yang tergantung disana. Kemarin Guru Besar memberikan cincin ruang padanya dan dia gunakan untuk saat seperti ini. Memangnya kenapa bila buah itu beracun? Selama dia ingin, tidak ada yang bisa melarangnya. Guru Besar sempat memberi tahunya tentang berbagai tanaman langkah mengingat Anan Tian memakan Bunga Bayangan Hitam karena lapar tanpa tahu apa itu. Orang tua itu khawatir jika nanti anak itu memakan racun tanpa disadari. Dari situlah dia tahu bahwa beberapa tanaman yang asal dimakannya sangat beracun dan bisa membunuh seketika dengan meninggalkan mayat mengerikan. Tapi dia baik-baik saja, bahkan dia merasa semakin sehat! Bukankah itu artinya dia kebal terhadap racun? Namun dia tidak memberitahu Guru Besar tentang itu.

Setelah memetik habis buah merah tersebut, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju kaki gunung. Anan Tian terus memakan tanaman yang ditemukannya. Tentu saja dia akan menyimpan tanaman beracun, dia sadar bahwa Duan mengawasinya. Saat tiba di kaki bukit, mereka di sambut oleh beberapa remaja disana. Mereka memancarkan keunikan dari tubuh masing-masing.

"Apa ini anak pemilik tubuh pemikat hati? Dia benar-benar luar biasa tampan! Kakak Duan, kau dikalahkan!" ejek seorang gadis berusia sekitar 17 tahun. Dia memiliki kecantikan yang luar biasa, dia pasti adalah Zhao Yufei pemilik tubuh Yin Murni. Di hari sebelumnya Duan sempat menceritakan tentang murid-murid gunung terasing dengan rinci.

"Anak ini masih kecil sudah menjadi penggoda. Lihat tatapannya yang seperti anjing minta di elus. Menjijikkan!" cibir seorang pria yang tampak seumuran dengan Duan. Tubuhnya berotot dan wajahnya tidak terlalu buruk. Ada bekas luka di lehernya. Anan Tian menebak ini pasti si pemilik tubuh baja murni, Bondan. Dia berotot tapi tidak berotak, alias bodoh.

"Adik kecil, kita bertemu lagi!" sapa Amon dengan riang. Lemak di pipinya sedikit berguncang. Dia memiliki tubuh pelahap bumi! Salah satu tipe tubuh elemental yang mengerikan. Biasanya pemilik tubuh dengan unsur elemen akan melatih kekuatannya dengan dukungan elemen namun bila tipe tubuh pelahap elemen, maka si pemilik akan tergoda untuk terus memakan elemen tersebut. Entah elemen tersebut dalam bentuk tumbuhan, binatang ataupun roh. Dia akan memakan semuanya!

"Minggir gendut! Kau menakutinya!" seorang gadis yang seumuran dengan si gendut menepuk perut buncit Amon. Gadis itu terlihat manis dengan senyuman secerah mentari. Gadis itu memiliki tubuh pelahap angin!

Ada sekitar 13 orang termasuk dirinya dan Duan yang tinggal di gunung ini. Tidak banyak tipe tubuh istimewa di dunia ini dan sekte Bumi Langit mengumpulkan sebanyak ini dari berbagai belahan dunia. Anak-anak ini dilatih dan diberikan sumber daya berlimpah yang sesuai kriteria unik mereka masing-masing. Seperti Joe, seorang anak yang berasal dari barat. Dia memiliki rambut pisang dan wajah yang biasa saja namun dia memiliki tubuh racun. Dia bisa memanipulasi racun yang ada disekitarnya, untuk itu dia akan diberi berbagai macam sumber daya racun untuk perkembangannya. Saat ini Joe sudah berumur 14 tahun dan sudah berlatih ilmu beladiri.

Selain Joe, ada kakak beradik Dydy dan Lyly. Mereka kembar tak seiras. Tubuh keduanya adalah tipe pelahap api dan air. Keduanya sangat berlawanan sebagaimana sifat elemental mereka. Keduanya sudah menginjak usia dewasa, 26 tahun. Duan sendiri memiliki tubuh iblis bawaan dan dia merupakan murid pertama gunung terasing namun usianya lebih muda setahun dari si kembar.

Adapun 7 orang lainnya, mereka sedang menjalankan misi diluar sekte. Ke tujuh orang tersebut berusia di atas 20 tahun. Bukan hal yang mudah bagi pemilik tubuh istimewa hidup, dengan kelainan masing-masing apabila kebutuhan tubuhnya tidak terpenuhi maka mereka akan mati perlahan tanpa menyadari keistimewaan mereka.

Anan Tian sendiri belum mengetahui tipe tubuh miliknya yang sesungguhnya. Awalnya dia berpikir dia memang memiliki tubuh pemikat hati seperti yang dibicarakan orang-orang namun saat menyadari kemampuannya mencerna racun membuatnya ragu. Dia curiga bahwa tubuhnya tidak sesederhana itu. Dia bertekad untuk mencari tahu dimasa depan.

"Jadi, karena kau yang paling muda di antara kami, maka kau akan di panggil Tian Kecil!" seru Lyly dengan semangat. Mereka mengangguk, hanya si berotak otot yang mendengus.

"Tian Kecil, kenapa kau tidak tinggal disini bersama kami?" tanya Zhao Yufei, suaranya benar-benar indah.

"Tidak, kalau aku tinggal disini maka aku tidak bisa berjalan naik dan turun gunung." jawab Anan Tian sambil menggeleng. Matanya tampak bersemangat saat membayangkan bagaimana dia bisa menemukan beberapa hal unik di dunia ini dengan naik turun gunung dan dia bisa memakan tumbuhan apapun yang dia temui dengan bebas. Bila tinggal bersama disini maka itu akan menyulitkannya untuk bereksperimen terhadap tubuhnya sendiri, ditambah dia perlu membiasakan tubuh barunya dengan berlatih seni membunuh.

"Huh! Yufei, percuma saja. Dia ingin mencari perhatian Guru Besar. Bagaimana bisa dia melakukannya kalau tinggal disini." cibir Bondan tanpa ragu.

"Kakak Bondan memang bijak, aku sangat menyukai kakak!" suara kekanakannya terdengar ceria. Wajah tampan itu tersenyum manis menatap Bondan. Pria berotot itu tertegun sejenak saat merasa tubuhnya sedikit bergetar. Hampir hilang kendali! Anak ini berbahaya, pikirnya.

"Omong kosong! Aku tidak akan termakan trikmu itu, dasar bajingan kecil!" umpat Bondan dengan nada kasar dan sedikit membentak.

Mendapati respon yang seperti itu, wajah ceria Anan Tian berubah seketika. Dia marah, berani sekali orang tanpa otak seperti Bondan membentaknya! Selain itu dia sedikit heran, mengapa trik kecilnya tidak bekerja? Bahkan Guru Besar bisa dipengaruhinya. Apakah karena pria ini berotak kosong atau kemampuannya tidak cukup tinggi? Dia akan memeriksanya nanti. Saat ini, dia akan membuat si pria besar ini menyesal karena membentaknya. Matanya melirik Duan, dia paling dekat dengan pria tampan itu.

"Kakak Duan, aku tidak mau disini lagi!" Anan Tian kembali memainkan peran anjing kecil yang malang. Matanya berlinang saat manarik lengan baju Duan dengan manja. Bahkan anak itu sampai mendongak menatap Duan yang lebih tinggi darinya dengan wajah penuh kesedihan. Sekali lagi hati Duan terasa sakit.

"Kau berlebihan! Dia hanya anak kecil." sebelum Duan bereaksi, Zhao Yufei berjongkok dan memeluk tubuh kecil itu duluan. Matanya berkilat tajam, naluri keibuan gadis itu terpancar. Bukan rahasia lagi bahwa gadis itu sangat menyukai anak-anak.

"Aku-" Bondan yang disalahkan merasa kesal. Anak ini benar-benar iblis kecil! Dia tidak tahu harus berkata apa untuk membela diri. Ditambah tatapan jengkel juga datang dari semua orang. Terutama senior Duannya, pria itu seperti akan mengulitinya kapan saja. "Kalian benar-benar terpengaruh oleh iblis kecil ini." ujarnya frustasi.

"Kakak Duan, aku ingin pulang." Anan Tian merengek manja sambil merentangkan tangan, dia minta digendong. Duan mengangguk dan langsung menggendong tubuh kecil itu, dia mengelus kepala anak itu dengan lembut. Saat mereka menjauh, Anan Tian masih melihat kebelakang. Menatap Bondan yang terlihat kesal. Seringai licik muncul di wajahnya. Ingin menentang Anan Tian? Hanya hitungan waktu sebelum pria itu akan tunduk padanya. Itu yang ada dalam benar Anan Tian saat ini.