Anak Kecil Ini Bukan Hanya Pintar Menipu Namun Juga Ahli Dalam Mencuri!

"Kakak Gang, disini sangat ramai. Berbeda dengan tempat tinggalku yang sepi. Tidakkah kakak kerepotan harus mengawasi orang-orang ini?" Anan Tian mencoba untuk membuka pembicaraan. Walaupun dia tahu dia menanyakan pertanyaan bodoh. Dia berusaha bertingkah seperti anak-anak pada umumnya. Anan Tian kecil berencana untuk memikat anak ketua sekte ini, dia merasa pria muda ini orang yang baik dan murah hati. Mungkin dia akan mendapat beberapa hal bagus di masa depan.

"Adik kecil, tentu saja aku tidak mengurus semua ini sendirian. Ada beberapa tetua dan senior lain yang membantu." Xiao Gang tahu bahwa anak ini tidak sederhana melihat Guru Besar membawanya. Namun dia tidak mencurigai apapun, lagipula Anan Tian hanya terlihat seperti anak kecil berusia 8 tahun yang polos dan ceria. Anak ini masih murni tanpa tahu apa itu makna kehidupan. Begitulah penilaiannya terhadap Anan Tian.

"Benarkah? Kakak Gang, di Gunung Terasing terlalu membosankan. Aku tidak punya teman bermain. Kakak senior yang lain sibuk berlatih ilmu beladiri."

"Kau pasti kesepian, bagaimana kalau aku menemanimu bermain?" tawar Xiao Gang.

"Kakak yakin? Bukankah kakak juga harus berlatih?"

"Aku bisa meluangkan waktu bila adik datang."

Guru Besar yang mendengar percakapan itu sedikit melirik Anan Tian. Tidakkah bocah ini penipu ulung? Apanya yang kesepian? Walaupun anak itu selalu sendirian tetapi anak itu tidak tampak kesepian. Anak itu benar-benar menikmati kesunyian, dia bahkan memilih tempat tinggal di puncak belakang gunung yang terjal. Jelas sekali kalau anak ini penyendiri. Dia yakin bahwa Anan Tian pasti merencanakan sesuatu.

"Kakak Gang, apa itu aula latihan?" tunjuk Anan Tian dengan sangat antusias. Di depannya ada sebuah aula besar dengan beberapa formasi mantra. Energi asing terasa menyebar dengan pekat di dalam aula, namun tidak sepekat energi di puncak terasing. Anan Tian yang baru berada di dunia ini tentu saja belum mengetahui tentang energi apa ini karena ini merupakan hal baru baginya. Di kehidupannya dulu tidak ada energi seperti ini. Dia hanya menebak bahwa ini adalah energi spiritual langit dan bumi yang digunakan para kultivator beladiri dalam berlatih. Anan Tian sendiri sama sekali belum bersentuhan dengan ilmu beladiri, dia hanya sesekali mengamati kakak-kakak seniornya berlatih dengan cara unik masing-masing.

"Iya, ayo masuk."

Di dalam aula, ada beberapa murid berlatih tinju, pedang ataupun tombak dan berbagai macam senjata lainnya. Untuk berlatih tidak harus di aula, namun aula merupakan tempat latihan yang bagus karena energi langit dan bumi disini lebih tebal dari pada di luar. Setiap murid hanya memiliki waktu terbatas untuk berlatih disini mengingat banyaknya jumlah murid yang tinggal disini. Tentu saja fasilitas ini juga ada di gunung lainnya dan aturan yang sama berlaku kecuali di Gunung Terasing dan Gunung Kesengsaraan. Gunung terasing memiliki energi yang sangat tebal secara alami tanpa formasi mantra, terutama di bagian puncak. Sedangkan Gunung Kesengsaraan merupakan penjara, jadi energi langit dan bumi di sana sangat tipis, ada formasi mantra yang dibuat mengelilingi gunung tersebut guna mencegah tahanan melarikan diri yang akan menyedot energi secara berkala.

"Anan Tian, kau diam disini dengan Xiao Gang. Jangan membuat keributan." ujar Guru Besar saat mereka berjalan di dalam aula.

"Eh? Aku tidak akan ikut? Tidak bisa! Aku harus ikut, bagaimana kalau ketua sekte menolak?" Anan Tian mengutarakan ketidaksetujuannya. Dia cemberut dan menatap orang tua itu dengan sengit. Aura permusuhan memancar samar.

"Xiao Gang, jaga anak ini baik-baik."

"Baik Guru Besar. Adik, ayo kita bermain disana. Kakak akan menunjukkan hal bagus." Xiao Gang langsung menarik pergelangan tangan Anan Tian.

"Oi Pak Tua! Kau benar-benar hina! Bagaimana bisa kau meninggalkanku seperti ini? Pak Tua sialan! Awas kau!" Anan Tian meronta sembari berteriak dengan kasar. Bagaimana dia bisa menerima hal ini begitu saja? Dia sudah berencana merampok harta ketua sekte sampai kering! Pak tua ini mengacaukan rencananya begitu saja. Ini tidak termaafkan, dia tidak terima.

"Adik Tian, jangan berkata seperti itu." Xiao Gang kewalahan, dia tidak menyangka bahwa Anan Tian akan memberontak sedemikian rupa. Kaki kecilnya menendang-nendang sembarangan sambil melontarkan kata-kata yang kurang ajar. Padahal sebelumnya anak itu terlihat baik-baik saja.

"Kakak Gang..." Anan Tian menghentikan gerakannya dan langsung memeluk kaki Xiao Gang. Matanya berlinang seakan air akan menetes kapan saja. Wajahnya memerah dan terlihat menyedihkan. Dia memutuskan untuk merampok Xiao Gang! Mau bagaimanapun Xiao Gang adalah anak ketua sekte jadi dia pasti kaya dengan sumber daya. Merampok Xiao Gang sama artinya dengan merampok ketua sekte. Dia tidak akan menyerah begitu saja. Hal ini terlintas di benaknya saat memikirkan Guru Besar Long yang sengaja meninggalkannya demi mencegah perampokan ketua sekte.

"Jangan menangis, Guru Besar memiliki hal penting untuk dilakukan. Kau bisa bermain bersamaku." Xiao Gang langsung berjongkok demi menyetarakan tingginya. Dia mengusap air mata Anan Tian, anak itu terlihat sangat menyedihkan. Dia diam-diam mengutuk Guru Besar di dalam hatinya, bagaimana bisa Guru Besar mengajak anak malang ini lalu meninggalkannya seperti itu?

"Kakak, aku ingin makan." ujar Anan Tian sambil mengucek matanya yang masih sedikit berair.

"Ayo makan kalau begitu. Apa yang biasanya kau makan?" mengingat anak ini berasal dari Gunung Terasing, dia pasti memiliki tubuh istimewa dan memakan makanan khusus. Itu fakta yang diketahui semua orang, Gunung Terasing hanya diisi oleh murid istimewa dan mendapat perlakuan istimewa pula. Saat mendengar pertanyaan ini, Anan Tian bersorak dalam hati.

"Kakak Duan biasanya memberiku buah yang berkilauan!"

"Senior Duan?" jejak kengerian terlintas samar di matanya saat mengingat sosok tampan Duan. Hal itu tidak luput dari pandangan Anan Tian. Kakak Duan ini benar-benar menakuti semua orang, pikir Anan Tian.

"Iya, Kakak Duan yang mengurusku." Wajah Anan Tian terlihat kembali cerah seakan-akan nama Duan membawa kegembiraan tersendiri. Sedangkan Xiao Gang bergidik membayangkan bagaimana anak ini melalui harinya.

"Hmmm... Buah yang berkilauan? Maksudmu buah roh?" Pria itu bertanya dengan ragu. Pasalnya buah roh bukanlah buah yang bisa di konsumsi sesuka hati.

"Aku tidak tahu, tapi Kakak Duan selalu memberiku sekeranjang buah berukuran sedang." ujar anak itu sambil menggerakkan tangannya seperti menggambarkan ukuran keranjang. Xiao Gang menelan air liurnya dengan susah payah. Sekeranjang buah roh adalah bukanlah jumlah yang banyak namun tidak pula sedikit. Ayahnya selalu mengirimkan sekeranjang buah roh untuk dikonsumsi 3 bulan sekali. Membayangkan sekeranjang sehari membuatnya pusing, Gunung Terasing terlalu kaya! Ini juga merupakan bentuk pemborosan mutlak. Anan Tian belum menginjak dunia kultivasi dan mengonsumsi buah roh sebanyak itu tidak membawa manfaat baginya. Pria itu tampak linglung. "Kakak, mengapa kau melamun?"

"Ah, tidak. Kalau begitu aku akan membawakan buah roh untukmu." Anak kecil dengan ketampanan luar biasa itu tidak tahu bahwa kebohongannya sudah berlebihan. Ya, Anan Tian sepenuhnya bohong. Faktanya dia akan memakan apa saja di gunung. Apapun itu. Memang Duan selalu mengantarkan makanan padanya namun itu hanya sesekali dan tidak ada sekeranjang buah roh. Duan selalu membawakannya daging panggang ataupun sup yang dibuat oleh Zhao Yufei.

Xiao Gang mengajak Anan Tian meninggalkan aula. Ada sebuah bangunan yang terbuat dari bebatuan berada tak jauh dari aula pelatihan, tertulis 'Gedung Sumber Daya' pada papan yang tergantung di atas pintu masuk. Aroma samar khas tanaman herbal tercium oleh indra penciuman Anan Tian yang tajam. Dari baunya dia tahu ada makanan lezat yang luar biasa di dalam sana. Setelah mendapat izin masuk dari petugas yang menjaga saat itu, Xiao Gang menarik tangan kecil itu.

Mata Anan Tian berbinar dan dia melompat dengan riang mengelilingi tempat itu. Disana ada tumpukan berbagai macam buah roh, herbal roh dan berbagai macam sumber daya pelatihan seperti pil. Dia mengamati satu persatu setiap jenis buah dan tumbuhan. Menatap dan mengendus, dia mencari buah yang paling berharga disini. Ruangan ini hanya memiliki satu lantai jadi bukan hal yang melelahkan untuk berkeliling. Xiao Gang membawa keranjang buah berukuran sedang di tangannya, kebetulan hari ini adalah jadwalnya mengambil buah roh dan ayahnya tidak mungkin sempat mengirimkan buah roh untuknya. Dia sibuk memilih dan melupakan keberadaan Anan Tian.

Anak itu terus berkeliling, entah bagaimana dia melakukannya namun hawa keberadaannya perlahan menipis. Xiao Gang sendiri perlahan melupakan kehadirnnya dan sibuk mengisi keranjangnya. Anan Tian menyadari keanehan lain yang terjadi pada tubuhnya namun dia tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Dia bisa berpikir nanti, ada yang lebih penting sekarang.

Tangan mungilnya mengambil buah keemasan di sudut ruangan, hanya ada sekitar 5 buah disana. Anan Tian menduga pasti buah ini lumayan langkah. Dengan cepat dia mengambil satu dan memakannya. Dia makan sambil berkeliling. Anan Tian tidak memasukkan buah ke dalam keranjang karena agak merepotkan baginya. Dia langsung memasukkan apa yang diinginkannya di dalam cincin ruang.

Dia terus berjalan, kakinya melompat-lompat kecil saat meraih tanaman dengan warna keunguan. Anan Tian menyukai baunya, sangat harum. Karena terus melompat-lompat, tiba-tiba dia menyadari ada sesuatu yang aneh pada lantai dibawah kakinya. Karena penasaran, dia berjongkok dan mengetuk lantai. Bunyi itu terdengar aneh. Anan Tian yakin pasti ada benda berharga di balik lantai ini. Dia kemudian mengamati lantai berharap menemukan sesuatu yang ganjil. Dia berniat membuka lantai itu.

Meraba-raba hingga ke kolong meja, jemari kecilnya merasakan celah pada lantai di dekat kaki meja. Dia memaaukkan telunjuknya dan menekan ke dalam. Lantai perlahan bergeser perlahan dan mulai terbuka. Dia berdiri dan melihat sekitar, tidak ada yang menyadari apa yang dia lakukan. Xiao Gang tampak sibuk sendiri sedangkan petugas yang menjaga gedung terlihat sedang menguap lebar lalu bersandar pda kursi sambil memejamkan mata. Merasa aman, dia kembali berjongkok.

Lantai membuka dan ada tiga lubang seukuran kepalan tangan disana. Di dalam masing-masing lubang ada tiga buah yang memancarkan aura aneh. Anan Tian mengendus pelan, ketiganya tidak memancarkan bau menyengat dan hampir tak berbau. Ada buah berwarna putih susu yang memancarkan aura dingin samar, permukaan buah sangat halus saat disentuh. Tangan kecilnya mengambil buah itu, bila tebakannya tidak salah, ini pasti Buah Jiwa Yin. Dia pernah melihat Zhao Yufei memakan buah ini dan dia bahkan sempat sedikit mencicipinya. Jadi dia tahu bagaimana rasa buah seputih susu itu.

Matanya beralih pada buah berwarna hitam pekat, ada sedikit duri pada permukaannya. Samar-samar akan terlihat kilau keemasan di ujung duri-duri tersebut. Dia tidak tahu buah apa itu tapi mengingat buah berwarna putih susu yang disembunyikan dengan cara yang sama, dia yakin bahwa ini pasti buah jiwa. Kemudian dia mengambil buah yang tampak seperti giok di sebelah buah jiwa yang berduri. Buah ini berwarna kehijauan dan terlihat tembus pandang. Permukaannya sangat halus dan ada untaian aura sama seperti masuk ke dalam buah ini. Sangat samar hingga nyaris luput dari pandangan Anan Tian. Dia dengan cepat mengambil tiga buah jiwa itu dan menyembunyikannya. Menggeser kembali lantai tanpa meninggalkan jejak apapun.

"Aku benar-benar beruntung kali ini. Pak Tua, kau pasti sangat menyesal bila tahu hal ini. Anak kecil ini bukan hanya pintar menipu namun juga ahli dalam mencuri!" gumam Anan Tian dalam hati.

Mengambil beberapa buah secara acak, dia mendekati Xiao Gang. "Kakak, aku ingin buah ini." ujarnya. Suaranya menyadarkan Xiao Gang akan keberadaan Anan Tian di tempat itu.

"Hanya ini?" pria itu melirik dua buah roh yang berkilau kebiruan. Dia tahu bahwa itu salah satu jenis buah roh langkah namun dia kaget saat tahu bahwa anak ini hanya mengambil dua buah. Biasanya orang akan memanfaatkan kesempatan untuk mengambil sebanyak mungkin.

"Uhm." Anan Tian mengangguk pelan sambil tersenyum. Dia lebih tertarik dengan buah jiwa jadi buah roh kurang menarik perhatiannya. Akan tetapi Xiao Gang memiliki pandangan berbeda. Dia beranggapan bahwa Anan Tian bukanlah anak yang tamak dan serakah, dari sudut pandangnya Anan Tian hanyalah anak kecil yang lugu dan murni.