Semua organisasi, tempat, kasus dan kejadian dalam cerita ini hanyalah fiksi.
°°°
Jung 'Jerk' Hyun is Calling....
Nara terjaga dari tidur pulasnya kala mendengar nada dering Game Of Thrones Theme Song by Ramin Djawadi berasal dari ponsenya. Dengan malas Nara meraba nakas sebelah tempat tidur dan meraih ponsel yang sedari tadi tidak berhenti berdering. Please deh Nara baru tiba di Korea subuh tadi dari Singapura. Nara cuma ingin menikmati tidurnya karena jujur saja Ia sangat lelah.
"Siapa sih yang tega mengganggu tidurku? Ini hari liburku ahh.... Eoh?"
Jung 'Jerk' Hyun is calling...
Setelah melihat identitas penelepon Nara langsung saja menggeser malas green button pada layar ponselnya untuk menjawab panggilan dari pria yang menurutnya kurang kerjaan.
'Halo, ada apa mengganggu pagi-pagi begini?'
Sewot Nara -to the point- tidak ingin berbasa-basi atau bermanis-manis manja pada pria itu.
'Bersiaplah 30 menit lagi Aku jemput.'
'Hey! Kau selalu seenaknya menyuruhku, memangnya mau kemana?'
'Tak usah banyak bicara. Yang harus Kau lakukan sekarang adalah bersiap secepat mungkin.'
'Aish baiklah baiklah! Dasar tukang perintah!'
Nara langsung memutuskan panggilan secara sepihak. Terlalu jengah mendengar ceramah tak berguna Jaehyun dipagi yang indah ini.
Dengan malas Nara turun dari tempat tidurnya dan melangkah ke arah kamar mandi. Astaga! Jaehyun hanya memberinya waktu 30 menit. Sialan!
°°°
Jaehyun menyunggingkan senyum jenaka saat panggilannya diakhiri secara sepihak oleh gadis bernama Lee Nara yang baru saja dihubunginya.
Entah kenapa Jaehyun begitu menikmati momen membuat Nara jengkel, menurutnya Nara lucu dan menggemaskan jika sedang jengkel.
Astaga apa yang Jaehyun pikirkan sih?
Jaehyun menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, menyadarkan dirinya untuk tidak terlalu banyak memikirkan gadis itu.
Jaehyun tengah mengendarai mobilnya membelah jalanan Seoul yang sedikit macet, berniat untuk menjemput 'calon istrinya' atas permintaan ibunya.
Setelah tiba di kediaman Nara, Jaehyun memarkirkan mobilnya kemudian melangkah masuk ke dalam rumah Nara tanpa beban. Rupanya Jeno sudah berangkat ke sekolah dilihat dari suasana yang begitu sepi. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini , Jeno lah yang menyambutnya. Mulai dari situ hubungan Jaehyun dan Jeno jadi tampak akrab, tak segan Jeno menganggap Jaehyun sebagai Kakaknya sendiri begitupun sebaliknya.
Tak sampai disitu, Jaehyun malah terus melangkah ke arah kamar Nara. Rupanya memang kebiasaan Jaehyun yang selalu saja menerobos seenaknya di kamar gadis itu.
'Cklek!'
"AAAAAA YAK! Apa yang kau lakukan?!"
Tak disangka-sangka Jaehyun memergoki Nara yang sedang memakai Bra. Catat, memakai Bra! Jaehyun refleks menutup kembali pintu yang semula dibukanya.
Nara merasa sangat malu. Ya ampun! Jaehyun sudah melihat bagian tubuhnya bahkan sebelum mereka menikah. Pipi Nara memerah seketika disertai degupan jantungnya yang tidak karuan.
"Jung Jerk Hyun sialan!" Umpat Nara dengan suara pelan agar tidak kedengaran oleh Jaehyun.
Sementara diluar kamar Jaehyun juga sulit untuk mengontrol detak jantungnya. Wah, kenapa Dia begitu bodoh sehingga dengan entengnya membuka pintu tanpa mengetuk.
"Astaga. Aku tidak percaya ini."
Jaehyun mencoba meyakinkan hatinya bahwa Dia tidak melihat tubuh Nara yang telanjang, yang sebenarnya memang sudah dilihatnya barusan.
"Kontrol Jaehyun. Kontrol."
Kemudian Jaehyun memutuskan untuk duduk di sofa ruang tamu rumah Nara.
Tak selang berapa menit Jaehyun mendengar suara pintu terbuka, pasti itu Nara pikirnya. Memang siapa lagi?
Jaehyun langsung saja mencegat Nara yang membuat gadis itu berhenti di depan Jaehyun dengan wajah marah menahan malu sekaligus.
"Maafkan Aku. Sungguh Aku tidak tahu jika Kau sedang berganti pakaian."
"Maka dari itu gunakan tata kramamu untuk mengetuk pintu terlebih dahulu Jung Jaehyun!"
Pria di depannya ini benar-benar hobi membuat jantungnya takikardi. Nara yakin jika Ia punya riwayat penyakit jantung maka sudah pasti besok akan jadi hari pemakamannya.
"Aku minta maaf. Lagian salahmu tidak mengunci pintu!"
Wah wah wah lihatlah pria keras kepala yang tak mau kalah ini. Sudah salah tapi masih mengelak.
"Salahku? Salahmu karena mengatakan akan menjemputku 30 menit lagi. Ini bahkan belum 30 menit tapi Kau sudah datang dan memergokiku yang sedang telanjang sialan!"
"Sekalipun Aku melihatnya Aku tidak akan tertarik dengan tubuhmu itu Nona. Cih."
"Aku tak peduli Kau tertarik atau tidak tapi Kau sudah mengotori harga diriku!"
"Aku minta maaf oke? Sekarang Kita harus ke butik Bibi Im untuk fitting baju pengantin Kita. Ayo."
Hah? Fitting baju pengantin? Nara merasa hari ini memang hari yang penuh kejutan untuknya.
Jaehyun meraih lembut jemari Nara. Nara yang memang tak biasa marah berlama-lama perlahan luluh dan mulai dapat menekan emosinya yang meledak tadi.
Di dalam mobil Nara masih memikirkan kejadian tadi. Bagaimana bisa pria di sampingnya ini begitu santai setelah melihat wanita telanjang? Apakah pemandangan itu sudah biasa untuknya? Ah molla. Nara tak mau peduli.
Nara tersadar dari lamunnya ketika Jaehyun memanggil-manggil namanya.
"Nara-ya? Kita sudah sampai. Ayo turun." Ajak Jaehyun yang langsung dituruti oleh Nara.
Nara mengalihkan atensinya pada butik yang ada di depan matanya kini. Dia tidak menyangka akan menggunakan Gaun rancangan Designer terkenal seperti Im Yoona yang biasa disapa Bibi Im oleh Jaehyun.
Nara melihat jejeran gaun di etalase butik yang terpajang pada setiap Mannequin yang ada di sana dengan tatapan kagum.
"Hey tunggu apalagi, ayo masuk."
Nara tak menyadari jika Jaehyun sudah berjalan mendahuluinya. Nara pun berlari kecil menyusul langkah lebar Jaehyun kemudian bersama-sama masuk ke dalam butik.
"Selamat pagi Tuan, Nona. Ny. Im sudah menunggu di dalam." Sapa seorang pegawai butik yang memang sudah mengenal keluarga Jung Jaehyun, menuntun Jaehyun dan Nara menuju ruangan khusus untuk mencoba gaun pengantin.
Sesampainya di ruangan itu, Jaehyun melihat disana telah berdiri wanita seumuran Ibunya yang masih terlihat cantik meski tidak muda lagi.
"Selamat pagi, Bibi Im. Senang bertemu lagi denganmu."
"Aigoo Jaehyun. Sudah lama Kau tidak berkunjung, terakhir kali Kau datang bersama Chaeyeon. Bibi turut bersedih Jae."
Nara melihat wajah Jaehyun seketika berubah jadi murung kala Bibi Im menyebut nama Chaeyeon.
Bibi Im yang menyadari perubahan atmosfir didalam ruangan ini pun segera mengalihkan topik pembicaraan.
"Eh, tapi kan ini waktunya Kau berbahagia. Kau akan menikah Jae."
Jaehyun tersenyum tipis ke arah Bibi Im.
"Iya Bi. Kami kemari karena disuruh Ibu untuk fitting baju pengantin."
"Wah. Calon istrimu cantik sekali Jae. Gaun yang Bibi siapkan pasti akan sangat cocok dengannya."
Bibi Im begitu antusias kemudian melangkah ke arah satu mannequin yang tertutup kain putih. Bibi Im menyibak kain tersebut hingga menampilkan sesuatu yang sukses membuat Nara menganga ditempat.
Gaun pengantin berwarna putih dengan taburan berlian silver.
Indah. Gumam Nara dalam hati sambil menatap kagum gaun yang terpampang nyata didepannya kini.
Nara sangat memimpikan dirinya mengenakan gaun pengantin yang indah di hari pernikahannya bersama pria yang mencintainya.
Namun harapan itu pupus ketika Dia sadar lelaki yang akan menikahinya hanya berniat membayar tubuh dan rahimnya saja, tanpa cinta.
"Kau bisa mencobanya sekarang sayang. Jaehyun Kau tunggulah di luar."
Jaehyun yang juga terpana melihat gaun milik Nara mengiyakan permintaan Bibi Im dan melangkah keluar.
Tak selang berapa lama pintu terbuka dan terlihat Bibi Im menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
"Kau boleh masuk sekarang Jae."
Jaehyun langsung saja dibuat terpesona kala melihat pemandangan Nara yang menggunakan gaun pengantin Indahnya.
Untuk sesaat keduanya hanya saling menatap, menikmati garis wajah masing-masing dengan jarak kurang lebih satu meter. Nara refleks melemparkan senyum manis pada Jaehyun yang Demi apapun sukses mengacaukan sistem saraf Jaehyun detik itu juga.
'Benarkah Aku akan menikahi gadis cantik di depanku ini?'
°°°