Kembali Bertemu

Russles Pov

Aku sedang membaca buku yang berjudul Aviation Technical diruang kerjaku sambil menikmati susu hangat kesukaanku. Yah, aku selalu membawa buku ini kemana pun aku pergi, karena aku memang suka dan harus selalu membacanya sebagai piloit professional.

Tidak tahu mengapa saat sedang membaca aku teringat dengan wanita yang tidak sengaja bertabrakan denganku pagi tadi di kampus Vanny. Aku pun menghentikan aktivitasku membaca buku dan meletakkan buku itu disamping cangkir susu hangatku. Raut wajahnya selalu muncul di otakku yang membuat aku sendiri heran entah mengapa. ''Dia cantik, manis, dan sepertinya dia juga wanita baik-baik dan rajin, terlihat dari buku-buku yang dibawanya dan jatuh berserakan tadi'', batin hati ku memuji. Lagi-lagi aku menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran diotakku tentang dia. Namun sepertinya kalia ini otakku lah yang memegang kendali atas pikiranku.

''Siapa namanya ya? tinggal dimana dia? berapa umurnya? apakah dia sudah memiliki kekasih? Eh?", itulah pertanyaan pertanyaan yang muncul di otakku, dan untuk pertanyaan terakhir tadi aku segera tersadar dan memukul-mukul keningku. Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya untuk menenangkan pikiranku.

Pikiranku terganggu karena dering ponsel yang terus berbunyi, yang membuat perhatianku langsung terpusat pada ponselku. ''Vanny?'', gumamku. Aku langsung tersadar bahwa ini jadwal Vanny pulang dari kampus. Tanpa membaca pesan-pesan dari Vanny aku langsung keluar kantor menuju ke parkiran untuk menjemput Vanny. ''Pasti ngambek lagi nih'', ucapku pelan. Saat sedang dalam perjalanan Vanny menelfon kembali nomorku namun kuabaikan karena aku tahu dia nelfon hanya untuk mengoceh padaku. Tidak lama kemudian mobilku sudah sampai di parkiran kampus. Dan benar saja, dia sedang berdiri menungguku dengan wajah cemberut super jeleknya tapi tetap imut dan cantik. Aku pun segera keluar dari mobil dan menghampirinya. ''Kakak itu dari mana aja sih, aku telpon gak diangkat ku Whatsapp gak di balas, apa sih mau mu?'', ocehan Vanny yang terdengar lucu bagiku. ''Heh heh heh, udah tutup mulutnya mau pulang gak?'', tanyaku padanya. Dia yang masih kesal terus saja mengoceh sambil masuk kedalam mobil. Aku melihatnya hanya terkekeh pelan, lalu mulai meamsuki mobil. Saat sedang memasang safety belt aku kaget sekaligus senang, aku pun langsung turun pergi meninggalkan Vanny sendirian di mobil. Aku tidak mendengarkan teriakan Vanny yang memanggilku, aku terus mengikuti wanita yang semenjak pagi tadi terus mengusik pikiranku dan membuatku penasaran. Sampai di sebuah taman dia berhenti dan duduk di sebuah bangku di bawah pohon. Tanpa ragu aku duduk disampingnya dan langsung menanyai namanya.

Rain Pov

''Nama kamu siapa?", aku terkejut karena tiba-tiba ada seorang pria yang duduk disebelahku dan langsung menanyakan namaku. ''Maaf, kamu siapa, tolong pergi saja dari sini karena aku gak suka diganggu'', ucapku sopan tanpa melihat kearah pria itu. ''Aku tidak ingin mengganggumu, aku hanya ingin berkenalan denganmu'', ucap pria itu lagi. Aku yang memang tidak suka waktu ku diganggu apalagi dengan orang yang gak kukenal langsung bangkit dan beranjak pergi.

Namun aku merasa ada sebuah tangan yang menarik tangan ku menahanku agar tidak pergi. Karena marah ada yang berani memegang tanganku aku berbalik ingin menamparnya namun pandanganku terkunci oleh mata hazel nya. Aku tidak tahu mengapa perasaanku jadi aneh saat menatap mata dan wajahnya yang....emmm tampan. Ya aku akui dia tampan. Aku langsung tersadar dan berkata''Lepaskan'', pria itu langsung melepaskan tanganku. Aku pun baru mengingatnya, pria itu adalah pria yang tidak sengaja bertabrakan denganku diparkiran pagi tadi. "Aku hanya ingin tahu namamu'', ucapnya memecah lamunanku. Aku langsung melangkah pergi meninggalkannya, namun entah keinginan dari siapa aku berhenti dan menyebutkan namaku tanpa membalikkan badanku.

''Rain,namaku Rain Richard Harold'', jelas aku yang menyebutkan namaku secara lengkap. Aku gak ngerti kenapa aku bisa menyebutkan namaku dengan mudah dihadapan pria yang bahkan aku tidak tahu namanya. Kebanyakan pria lain yang menanyai namaku aku tidak pernah menjawab satupun pertanyaan dari mereka. Sampai mereka mengetahui dengan ssendirinya namaku dengan cara bertanya atau mencari informasi tentangku. ''Rain, nama yang bagus, pasti pecinta hujan'', gumamnya pelan namun masih terdengar olehku karena jarak kami belum terlalu jauh, tetapi aku tidak menghiraukan perkataannya yang terakhir, aku segera bergegas untuk pulang lerumahku.

Vanny Pov

Aku menunggu kakakku yang ngeselin itu sendirian dalam mobil sportnya. Entah seberapa kesalnya sekarang aku padanya, setengah hari ini saja sudah banyak kesalahannya padaku, apalagi satu harian bersamanya, mungkin aku akan dibuatnya gula darah. Eh, gak deng darah tinggi maksudnya, kalau gula darah kan faktor yang manis-manis. Memang sih kakak ku ini super manis bahkan supeer tampan, tapi kalau aku sudah kesal padanya maka bagiku wajah tampannya itu luntur. Tapi aku tetap sayang kok sama kakak Jotengku ini. Ya Joteng, jomblo ganteng. Pasti kalian mikir kan kalau ganteng kok jomblo sih?, kalau soal itu jangan tanya aku deh, tanya aja langsung ke orangnya kalau berani. Ehh udah deh kok jadi ngebahas kakak aku sih, kan tadinya aku kesel abis sama dia.

Setelah menunggu hampir setengah jam akhirnya hidung mancungnya kelihatan juga. Aku udah siap-siap mau marahin dia, tapi aku malah heran lihat tingkahnya yang tiba-tiba senyum-senyum sendiri. ''Kakak dari mana sih?'', tanayaku padanya saat sudah selesai memasang safety beltnya. ''Dari kamar mandi'', jawabnya santai. ''Diih, gak merasa bersalah lagi, udah lama jemput adiknya, terus adiknya ditinggalin sendirian, aku bilangin mama nanti baru tau rasa kakak, pakai datangnya senyum-senyum sendiri lagi, kesambet setan kamar mandi?'', ucapku menjelaskan kesalahnnya yang malah biasa aja padahal udah diancam mau diaduin ke mama. ''Yaudah bilangin aja ke mama, kakak gak peduli, yang penting hari ini kakak lagi senang, jadi siapun yang marahin kakak biarin aja'', jawabnya yang makin membuatku kesal sekaligus heran.