Chapter IX: Preparations

Ayodya, Hawkins, Zadweg dan dewa Orizon tengah membahas rencana mereka ketika pilar cahaya terlihat menembus langit. "Apa itu? Apa yang sedang terjadi?"tanya Hawkins. Dewa Orizon memandang ke dalam mata elang, "Dia sudah memulainya,"

"Apa maksudnya?"tanya Ayodya. "Dia sudah memulai rencananya, penenggelaman seluruh bumi." Ayodya, Hawkins dan Zadweg turut melihat ke dalam mata elang. "Tak adakah yang bisa kau lakukan? Bukankah kau seorang dewa?"tanya Zadweg.

"Aku hanya bisa memindahkan mereka semua ke tempat lain, tetapi kemana? Alam ini tidak akan cukup untuk memuat mereka semua."kata sang dewa. "Tak bisakah kau menghentikannya?"tanya Ayodya.

"Tidak, kami diciptakan dengan kekuatan yang sama besar sehingga kami tidak akan bisa saling menghancurkan. Itu adalah ketentuan yang telah dibuat ibu kami, Dewi Gi." Orizon melihat ke bumi dengan wajah muram, "Terlebih lagi, sekarang ia sudah memilikinya,"

"Apa? Apa yang sudah dimilikinya?"tanya Ayodya. Orizon mengeluarkan sebuah gulungan kertas dan membukanya, tampak bahasa kuno dan dua buah benda seperti permata terlihat di sana.

"Ini adalah harta karun bumi, Permata Darah Suci dan Permata Biru Semesta," kata Orizon sambil menunjuk ke gambar dua permata tersebut. "Okeanos telah mengatakan padaku bahwa ia akan mengambil permata ini, salah satunya mungkin ada padanya sekarang,"jelasnya.

"Darimana kau tahu?"tanya Zadweg. "Kau melihat pilar cahaya yang menembus langit sebelumnya, bukan?" Zadweg mengangguk. "Kami para dewa punya 5 kuil penyembahan di bumi. Ibu kami, Dewi Gi, menciptakan 5 mutiara yang akan memberikan akses menuju permata-permata tersebut,"

"Ketika seseorang menemukannya, akses kedua Holy Chamber akan terbuka, menjadikkan keduanya terhubung. Ia akan mengikuti ujian untuk menentukan apakah ia layak menerima kekuatan itu atau tidak,"jelas Orizon. "Apa maksudnya ujian?"tanya Hawkins. "Aku tidak tahu, tak ada yang selamat dari ujian itu, mungkin Okeanos adalah yang pertama,"

Zadweg mengerutkan dahinya, sesuatu terasa janggal dalam pikirannya. "Jadi kau mengatakan bahwa kekuatan ini bisa diakses siapapun? Baik manusia maupun dewa?" Orizon mengangguk, "Benar,"

"Hahahahaha! Ini sesuatu yang lucu!"tawa Hawkins tiba-tiba. "Apa yang lucu, Hawkins? Tidak ada yang lucu disini,"kata Zadweg serius. "Bolehkah aku bertanya, siapa yang menciptakan aturan tentang permata-permata itu?"

"Ayah kami yang membuatnya,"jawab Orizon. "Dan ayahmu adalah?"tanya Hawkins lagi. "Dewa atas semesta,"jawab Orizon. "Izinkan aku bertanya lagi, jika dibandingkan dengan kekuatanmu, dan kekuatan ibumu, seberapa besar kekuatannya?"

Orizon menggeleng, "Kekuatan ayah adalah sesuatu yang tak bisa dibandingkan," Hawkins menyeringai, "Tidak adakah diantara kalian yang menyadari ada kejanggalan di sini?"

Zadweg terlihat menyadari sesuatu, ia menatap kepada Hawkins dan Hawkins mengangguk. Ayodya masih tak mengerti, apa maksud gerak tubuh mereka berdua, "Bisa jelaskan padaku, apa maksudnya?"

"Tidakkah kau merasa aneh Ayodya? Setengah dari kekuatan Dewa Semesta adalah suatu kekuatan yang besar! Jika itu diberikan kepada manusia, bisa jadi manusia itu akan lebih kuat daripada Orizon maupun Okeanos!"

Hawkins menggebu-gebu, "Dan apa yang janggal menurutku di sini adalah, apa tujuannya memberikan izin untuk manusia mengakses kekuatannya? Kau tahu, manusia itu bisa menjadi lebih kuat daripada kedua dewa ini!"

Kerutan di dahi Ayodya menghilang, ia sadar dengan kejanggalan ini, "Betul, apa maksudnya?" Hawkins dan Zadweg bertatapan, "Siapa yang tahu, mungkin manusia lah yang ditentukan untuk menghadapi Okeanos,"

"Ya, itu mungkin benar, mengingat aku tidak mungkin bisa menghentikkan adikku,"kata Orizon. "Jadi, Dewa Orizon, yang maha agung, bisa kau bawa kami ke sana?" Orizon mengangguk, "Ikuti aku,"

Orizon membawa mereka bertiga ke kaki langit, dimana laut bertemu dengan langit. "Ada dua Holy Chamber di dunia ini, satu di kaki langit, dan yang satunya lgi di bawah laut, tempat kau dikurung dulu,"katanya sambil menunjuk Ayodya.

"Ketika kelima mutiara sudah pada tempatnya masing-masing, kedua Holy Chamber akan bergerak terbalik. Holy Chamber di kaki langit akan turun ke lautan terdalam dan Holy Chamber bawah laut akan naik hingga ke langit teratas,"

Orizon merapatkan tangan kanannya dan membawanya ke atas kepalanya, lalu dengan cepat menariknya turun, "Persiapan selesai, sekarang kita bisa menuju bawah laut," Pyash! Sebuah gelembung udara ternyata telah melindungi mereka dari terjangan air laut dan masalah oksigen.

Ayodya mengambil kuda-kuda, memperingatkan kepada Dewa Orizon, tentang hiu-hiu dan tentara laut Okeanos. "Jangan khawatir dan simpan tenagamu, kau akan memerlukannya nanti,"balas sang dewa dengan tenang.

Laut semakin lama semakin gelap, "Sebentar lagi," kata sang dewa. "Kita akan sampai sebentar lagi," Mereka bergerak turun, dan samar-samar, puncak sebuah kuil mulai terlihat

Holy Chamber terlihat tenggelam dari depan, tetapi setelah dimasuki, ternyata memuat cukup oksigen dan kondisi lingkungan yang memungkinkan manusia hidup. "Sekarang, duduklah semuanya di depan masing-masing pilar." Hawkins, Zadweg dan Ayodya menempati tempatnya masing-masing,"

"Sekarang kalian akan mengikuti ujian pertama, karena ujian untuk manusia akan berbeda,"ujar Orizon. "Di gulungan ini tertulis, tak ada cara untuk menghindarinya, tapi kau harus menang atas pikiranmu sendiri,"

Zadweg mulai tertidur lelap. "Zadweg! Beraninya kau menghancurkan semuanya begitu saja, kau tak punya hati!" kata wanita itu sambil menangis. Zadweg memeluknya balik "Lalu apa yang bisa kubuat untukmu, sayang?"

"Ikuti aku, aku kesepian di sini, temani aku di sini,"kata sang perempuan. Zadweg membelai lembut kepala sang perempuan, "Apapun yang kau inginkan, sayang."

"Hawkins? Apa itu kau?"kata sebuah suara dalam kegelapan. "Martha? Itu kau?"tanya Hawkins kembali. "Ya, ini aku."katanya sambil muncul ke tempat terang. "Dimana aku? Apa aku sudah mati?" Perempuan itu memegang dagunya, "Ya Hawkins, kau sudah mati, dan kini kita bisa bersama lagi..."katanya sambil memeluk erat Hawkins.

"Laksamana! Laksamana!"teriak seorang junior memanggil-manggilnya. "Kenapa kau membunuhku, senior?"tanyanya tiba-tiba.

Wajah wanita itu tiba-tiba berubah menjadi sangat mengerikan. Darah bersimbah di perutnya, "Kenapa kau membunuhku, senior? Padahal kau tahu aku sangat menyayangimu?"

Pelukannya makin erat membuat Ayodya merasa kesulitan bernapas. Wajahnya berubah memjadi hitam legam. "Jika kau merasa bertanggung jawab, ikutlah denganku, kita akan pergi bersama menuju... neraka,"

Ayodya membiarkan dirinya dibawa oleh sang wanita, ia merasa inilah saat yang tepat untuk menebus kesalahannya. Darah mengalir dari mulutnya, membuat sang dewa panik. "Ayodya, Hawkins dan Zadweg, aku tak tahu apa masa lalu kalian dan dampaknya untuk kalian, tapi satu hal yang harus kalian ingat, kalian tak boleh terbawa oleh mereka...

"Mereka akan mengambil wujud ketakutanmu, wujud trauma masa lalumu, kau harus lebih kuat darinya karena jika dia berhasil membawamu, detik itu juga kau akan mati,"