KENAPA AKU CEMBURU

"Kenapa kamu minta tolong pada Aditya, Nin? Kenapa kamu tidak memberitahu aku dulu?" Ucap Hasta dengan suara pelan berusaha menenangkan hatinya yang sudah kacau.

Mendengar ucapan Hasta, Hanin terdiam berusaha tenang untuk menjelaskan alasannya. Hanin berpikir apa yang ia lakukan karena tidak ingin merepotkan Hasta yang sudah sangat lelah. Hanin merasa kasihan kalau hal kecil merepotkan suaminya. Dan alasan Hanin meminta bantuan Aditya karena teman-temannya banyak yang memperbaiki pakaiannya di Bude Aditya. Hanin berpikir sekalian saja titip Aditya.

"Ya Tuhan kenapa menjadi rumit seperti ini?" Ucap Hanin dalam hati tidak tahu harus bagaimana menjelaskan alasannya pada Hasta.

"Mas, sebaiknya kita makan dulu. Nanti kita lanjutkan pembicaraan kita. Bagaimana Mas?" Tanya Hanin dengan tatapan memohon.

Hasta mengambil nafas panjang, tanpa membalas ucapan Hanin, ia mengambil sendok dan mengambil masakannya yang sudah dingin.

Kembali Hanin terdiam, merasa bersalah juga pada Hasta yang sudah menunggunya cukup lama apalagi masakan Hasta sudah dingin.

"Mas, jangan di ambil. Biar aku panaskan dulu. Sebaiknya Mas Hasta ke kamar, aku akan membawa makanannya ke sana nanti," ucap Hanin menahan pergelangan tangan Hasta yang hendak mengambil masakannya yang sudah dingin.

Hasta terdiam tidak tahu harus bersikap bagaimana, rasa kecewa, sedih, cemburu dan tidak ingin marah pada Hanin berkecamuk dalam hatinya.

Melihat hati Hasta yang tidak baik-baik saja membuat Hanin selalu cemas.

"Mas, sebaiknya kita ke kamar sekarang. Biar masakannya di panasi Bibi Minah," ucap Hanin bangun dari duduknya dan menarik pelan tangan Hasta yang semakin dingin.

"Aku tidak apa-apa Nin. Kamu jangan cemas aku baik-baik saja," ucap Hasta merasa kasihan pada Hanin mendapat imbas karena rasa cemburunya.

"Tidak Mas, kita harus bicara. Bukannya Mas Hasta sudah berjanji untuk terbuka dan jujur padaku? Aku sudah jujur padamu Mas. Dan aku akan memberitahumu apa alasanku tidak memberitahumu," ucap Hanin dengan suara pelan menarik kedua tangan Hasta agar mau mengikutinya ke kamar.

Dengan perasaan tak karuan, akhirnya Hasta mengikuti Hanin dan masuk ke dalam kamar.

"Hanin, bisakah kita melupakan hal ini tadi? Aku tahu kamu tidak bersalah, aku yang salah. Aku yang selalu cemburu hingga tidak memikirkan perasaan kamu. Tolong maafkan aku Nin, jangan marah padaku," ucap Hasta dengan tatapan dalam, tidak bisa mengatakan pada Hanin kalau Aditya menyukai Hanin.

"Kenapa kamu yang minta maaf Mas? Kamu tidak bersalah. Aku yang salah. Seharusnya aku memikirkan perasaan kamu juga, seharusnya aku meminta pendapat kamu lebih dulu. Aku tadi berpikir masalah pakaian adalah hal kecil. Aku tidak ingin merepotkan kamu yang sudah lelah. Tolong maafkan aku Mas," ucap Hanin menggenggam tangan Hasta dan menciumnya berulang-ulang.

"Tidak Hanin, kamu tidak bersalah. Seharusnya aku percaya dengan apa yang kamu pikirkan pasti terbaik untuk aku," ucap Hasta memeluk Hanin dengan perasaan bersalah.

"Karena aku juga, masakan yang kamu buat susah payah sampai jari kamu terluka sekarang sudah dingin," gumam Hanin menundukkan wajahnya sangat bersalah pada Hasta.

"Jangan pikirkan hal itu Nin, bukankah Minah bisa memanasinya," ucap Hasta tidak ingin hubungannya dengan Hanin hancur hanya karena cemburunya.

"Jadi kenapa kamu selalu cemburu pada Aditya Mas? Apa aku boleh tahu alasannya?" Tanya Hanin setelah yakin masalahnya dengan Hasta sudah selesai.

"Aku tidak bisa mengatakannya Nin, aku tidak ingin hubungan pertemanan kamu dengan Aditya menjadi renggang," ucap Hasta merasa ragu untuk bercerita tentang Aditya.

"Memangnya ada apa Mas, katakan saja padaku. Apa yang membuatmu hingga cemburu pada Aditya. Selama ini, Jonathan juga baik padaku, tapi kamu tidak pernah cemburu seperti ini," ucap Hanin menatap Hasta merasa penasaran.

"Aditya mencintai kamu Nin," ucap Hasta akhirnya tidak bisa lagi menahan apa yang ia cemburukan selama ini.

"Apa katamu Mas? Aditya mencintaiku? Yang benar saja Mas. Aku dan Aditya tidak pernah bertemu. Dan aku mengenalnya juga baru-baru ini," ucap Hanin dengan tatapan tak percaya.

"Aditya menyukaimu sejak melihatmu Nin. Sejak kamu tinggal di sini dan menikah denganku. Apa kamu tahu, alasannya kenapa Aditya tidak tinggal di sini dan tetap di kota?" Ucap Hasta sambil mengusap dadanya yang mulai terasa sesak karena rasa cemburunya.

"Tidak tahu Mas, apa alasannya?" Tanya Hanin penasaran.

"Karena Mas'ud tahu Aditya mencintai kamu, karena itulah Mas'ud mengirim Aditya ke kota tinggal bersama neneknya," jelas Hasta menatap Hanin yang terlihat sangat terkejut.

"Aku tidak percaya ini, bagaimana Pak Lurah tahu kalau Aditya menyukai aku?" Tanya Hanin semakin penasaran dengan perasaan Aditya padanya.

"Aditya sendiri yang mengaku pada Mas'ud kalau dia menyukaimu dan mengagumi kamu," ucap Hasta merasa lega setelah menceritakan semuanya pada Hanin.

"Karena itulah Nin, aku merasa cemburu setiap Aditya berbuat baik padamu. Apalagi dia masih muda, tinggi besar dan tampan. Aku takut kamu jatuh cinta pada Aditya, Nin. Aku takut kehilangan kamu," ucap Hasta dengan suara hampir tak terdengar. Namun dengan jelas Hanin mendengarnya.

Hanin menatap wajah Hasta, sangat gemas melihat kecemburuan di wajah Hasta.

Entah kenapa setiap kali melihat Hasta cemburu, Hanin ingin sekali menggodanya.

"Apa yang Mas katakan benar. Selain Aditya memang sangat baik, dia juga tampan. Di kampus dia menjadi rebutan. Aku juga merasa takut jatuh cinta padanya Mas," ucap Hanin dengan wajah serius mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak tertawa.

"Apa kamu jatuh cinta padanya Nin?" Tanya Hasta dengan tatapan berkabut berusaha menenangkan hatinya.

"Menurutmu Mas, apa aku terlihat menyukainya?" Tanya Hanin masih dengan wajah serius.

Hasta terdiam, entah kenapa dengan ucapan Hanin hatinya sudah tidak bisa lagi ia kendalikan.

"Aku tidak tahu Nin, jangan bertanya padaku," ucap Hasta dada terasa sesak berusaha bangun dari duduknya namun tangan Hanin menahan pergelangan tangannya.

"Mau kemana Mas? Apa kamu tega meninggalkan aku sendiri di sini?" Tanya Hanin dengan sebuah senyuman menatap penuh kedua mata Hasta yang berkabut.

"Hanin, lepaskan tanganmu. Aku tahu kamu mengerjai aku lagi," ucap Hasta menjadi salah tingkah karena melihat Hanin tersenyum dan itu pasti sedang mengerjainya lagi.

"Jangan pergi Mas, sampai ada seribu laki-laki tampan mencintaiku aku tidak akan melepaskanmu," ucap Hanin bangun dari duduknya dan memeluk Hasta dengan sangat erat.

"Aku hanya mencintaimu Mas. Sampai aku tua nanti hanya kamu yang aku cintai," bisik Hanin menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Hasta.

"Berjanjilah padaku Nin, kamu tidak akan jatuh cinta pada siapapun selain hanya padaku," ucap Hasta dengan tatapan sangat dalam.

"Aku berjanji padamu Mas, pandangan mataku tidak akan tertuju pada pria manapun. Selain tertuju padamu," ucap Hanin dengan sungguh-sungguh kemudian mencium lembut bibir Hasta.