WISUDA

Pagi hari....

Hanin berdiri di depan kaca mengamati wajahnya yang selama ini jarang ia amati.

"Aku masih tidak percaya, aku bisa meraih cita-citaku. Dulu, sebelum bertemu Mas Hasta aku tidak berani bermimpi apapun. Aku berpikir hidupku akan hancur dan berakhir dengan kesedihan. Karena Mas Hasta, aku bisa seperti ini. Terimakasih Mas, kamu telah menjadi penyelamat dan imamku," gumam Hanin seraya mengusap air matanya yang tidak bisa ia tahan.

"Hanin, apa kamu sudah siap?" Tanya Hasta membuka pintu kamar dan melihat Hanin yang berdiri dengan mata sembab.

"Hanin? Ada apa? Kenapa kamu menangis?" Tanya Hasta segera mendekati Hanin dan memeluknya.

"Aku tidak apa-apa Mas, aku hanya mengingat masa lalu saja. Aku masih tidak percaya aku bisa meraih cita-citaku dan hidup bahagia seperti ini. Dan ini terjadi karena kamu Mas. Kamu penyelamatku Mas. Terimakasih sudah menjadikan aku istrimu dan menjadikan aku wanita yang paling bahagia di dunia ini," ucap Hanin dengan mata berkaca-kaca mencium kedua pipi Hasta.

"Jangan berterima kasih padaku Hanin. Seharusnya aku yang berterimakasih padamu. Karena kamu, aku bisa bertahan sampai saat ini. Kamu telah menjadi aku suami yang paling bahagia di dunia ini," ucap Hasta merengkuh Hanin dan menciumi puncak kepala Hanin.

"Kita sama-sama menjadi suami istri yang paling bahagia di dunia ini ya Mas," ucap Hanin membalas pelukan Hasta dengan sangat erat.

"Apa yang kamu katakan benar sayang. Apa kita bisa berangkat sekarang?" Tanya Hasta dengan sebuah senyuman yang menambah ketampanannya.

Hanin tersenyum menganggukkan kepalanya kemudian melingkarkan tangannya pada lengan Hasta.

"Den Hasta terlihat muda dan sangat tampan sekali," ucap Minah saat melihat Hasta keluar dari kamar dengan menggandeng Hanin.

"Tentu saja Bi, Mas Hasta pria paling tampan di dunia ini," ucap Hanin dengan wajah bahagia mengikuti langkah kaki Hasta yang berjalan keluar.

"Paman Rahmat, apa mobilnya sudah siap?" Tanya Hanin ingin tertawa melihat Rahmat yang berdiri di samping pintu mobil.

"Mobil sudah saya bersihkan Non, silahkan masuk," ucap Rahmat sambil menyerahkan kunci mobil pada Hasta.

Hasta hanya tersenyum melihat tingkah laku Rahmat dan Hanin.

"Hanin masuklah," ucap Hasta setelah membukukan pintu untuk Hanin.

Hanin tersenyum kemudian masuk dan duduk tenang di samping Hasta.

"Kita berangkat sekarang ya Nin," ucap Hasta menyalakan mobilnya kemudian menjalankannya dengan pelan ke arah kampus di mana acara wisuda di gelar.

"Hanin, ada sesuatu yang belum aku beritahu padamu. Aku mengundang Jonathan untuk menghadiri wisuda kamu. Akubm berpikir, Jonathan adalah saudara kamu dan sangat menyayangi kamu. Karena itulah aku membeli undangan lagi untuk Jonathan," ucap Hasta menjelaskan sedikit tentang keinginannya mengundang Jonathan.

"Ya tidak apa-apa Mas," ucap Hanin tidak ada masalah dengan adanya Jonathan karena Jonathan memang saudaranya.

"Jonathan saat ini sudah di kampus, sudah menunggu kita," jelas Hasta lagi tidak ingin Hanin salah paham.

Hanin menganggukkan kepalanya kemudian melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Mas, setelah nanti dapat kursi. Aku pamit dulu untuk tampil ya Mas," ucap Hanin berharap semuanya lancar.

Hasta menganggukkan kepalanya dengan pandangan fokus ke arah jalanan.

Tidak membutuhkan waktu lama, Hasta memasuki area parkir mobil yang tidak jauh dari gedung kampus.

Setelah mematikan mobilnya, Hasta keluar dari mobil dan membuka pintu mobil Hanin.

"Tuan Hasta!! Hanin!!" Panggil Jonathan dengan penampilan tak kalah tampan. Kulit Jonathan yang putih sangat mendukung wajahnya hingga terlihat seperti orang bule.

"Jonathan?? Kamu sangat tampan sekali!" Ucap Hanin sangat tidak percaya dengan penampilan Jonathan yang sangat berbeda dari biasanya.

"Sudah cukup pujian kamu Nin, jangan membuatku malu," ucap Jonathan sambil menyentil ujung hidung Hanin.

Hanin hanya tertawa tidak membalas sentilan Jonathan.

Melihat keakraban Hanin dan Jonathan ada persiapan sedih di hati Hasta. Tapi Hasta segera menepisnya, karena Hasta tahu sejak Hanin di katakan hamil, Jonathan adalah orang yang paling berhak atas Hanin karena Hanin yang akan melahirkan bayi kembarnya.

"Hanin, apa kamu bisa masuk dengan Jonathan? Aku mau ke toilet sebentar," ucap Hasta berniat memberikan waktu pada Jonathan untuk bisa memberi perhatian pada Hanin.

"Jangan lama-lama ya Mas," ucap Hanin menatap kepergian Hasta yang terburu-buru.

"Jo, apa kamu tidak merasa aneh dengan sikap Mas Hasta?" Tanya Hanin melihat keanehan dari sikap Hasta yang tidak biasanya.

"Aneh kenapa Nin?" Tanya Jonathan tidak mengerti dengan maksud ucapan Hanin.

"Sepertinya sejak aku hamil, Mas Hasta selalu membela kamu, selalu membicarakan kamu. Apa Mas Hasta bersikap seperti itu karena menganggap kamu ayah dari bayi kembar?" Ucap Hanin dengan kening berkerut.

"Kamu jangan berpikir yang aneh-aneh Nin." Ucap Jonathan sambil berjalan di depan Hanin agar Hanin tidak berjalan berdesakan.

"Hanin kapan kamu tampil?" Tanya Jonathan setelah mendapatkan kursi sesuai dengan nomer undangannya yang di pegangnya.

"Aku tampil urutan kedua, karena aku hamil jadi dapat prioritas untuk tampil lebih dulu," jelas Hanin baru percaya dengan apa yang di katakan Hasta kalau Aditya menyukainya.

"Syukurlah, semoga saja penampilan kamu nanti lancar," ucap Jonathan sedikit susah duduk karena celananya kekecilan.

"Hanin!!"

Tiba-tiba terdengar suara Aditya memanggil dan menghampirinya.

"Hanin ayo, kamu segera masuk ke dalam. Kamu nomer urut dua jadi harus siap-siap sekarang," ucap Aditya sambil melihat jam tangannya.

"Tapi Dit, Mas Hasta masih belum kembali dari toilet," ucap Hanin tidak enak kalau meninggalkan Hasta tanpa pamit padanya.

"Tapi Nin, nanti kamu terlambat. Kamu masih perlu penataan cahaya," ucap Aditya berkali-kali melihat jam tangannya.

"Pergilah Nin,biar aku yang bilang pada Tuan Hasta kalau kamu mau tampil," ucap Jonathan tidak ingin acara wisuda menjadi masalah.

"Benar ya? Katakan pada Mas Hasta kalau aku harus segera tampil," ucap Hanin dengan wajah serius kemudian mengikuti Aditya yang membawanya ke balik panggung.

"Dengarkan semuanya, acara hari ini ternyata ada penyambutan rektor baru kita. Selain menjadi rektor, ia juga bertugas di rumah sakit desa. Aku harap kalian nanti jangan kaget karena Rektor baru kita tidak bisa jalan, dia duduk di kursi roda," ucap Aditya memberitahu teman-temannya agar tidak terkejut saat melihat keadaan Rektor baru mereka.

"Aditya, kalau boleh tahu. Katamu Rektor kita juga bertugas di rumah sakit. Memang bagian apa dia?" Tanya Rita merasa penasaran.

"Kamu penasaran ya Rit. Rektor baru kita ini masih muda seusia kita juga. Tapi dia sudah bergelar Dokter. Di rumah sakit dia juga sebagai Dokter. Aku dengar-dengar dia bertugas tidak lama juga," ucap Aditya secara kebetulan mengetahui semuanya dari Ayahnya.

"Wah! Benarkah dia tampan? Siapa namanya Dit?" Tanya Rita semakin penasaran.

"Dokter Rafka, nanti lagi ya. Aku harus menyiapkan yang lainnya," sahut Aditya kemudian bergegas pergi mengurusi persiapan yang lainnya.