"Dokter Rafka, nanti lagi ya. Aku harus menyiapkan yang lainnya," sahut Aditya kemudian bergegas pergi mengurusi persiapan yang lainnya.
Mendengar Aditya menyebut nama Rafka, Hanin menegakkan punggungnya. Mulai teringat akan Rafka.
"Apakah yang di maksud Aditya adalah Rafka yang aku kenal? Tidak mungkin. Semoga saja bukan Rafka yang aku kenal," ucap Hanin dalam hati berusaha menenangkan hatinya.
"Hanin!! Siap-siap ya! Setelah sambutan rektor baru, kemudian tari pembukaan setelah itu kamu," ucap Aditya mengingatkan Hanin yang masih duduk bengong di tempatnya.
Di tempat duduk para tamu, Jonathan melambaikan tangannya saat melihat Hasta yang terlihat mencarinya.
"Apa kamu menunggu lama Jo? Di mana ?" Tanya Hasta setelah duduk di samping Jonathan.
"Lumayan Tuan, Hanin sudah masuk ke dalam sebentar lagi akan tampil," ucap Jonathan sambil memberikan air mineral pada Hasta.
"Sekarang siapa yang akan tampil Jo?" Tanya Hasta sambil membuka air mineralnya.
"Aku mendengar tidak terlalu jelas Tuan. Sepertinya ada penyambutan Rektor baru," ucap Jonathan dengan pandangan mengarah ke panggung.
"Rektor baru? Kenapa Hanin tidak cerita?" Ucap Hasta ikut menatap ke arah panggung.
Setelah mendengar penjelasan dari MC, tidak lama kemudian tampak seorang pria yang sedang duduk di kursi roda menjalankan kursi rodanya ke tempat podium.
"Ya Tuhan!!! Apa aku tidak salah lihat?!" Teriak Jonathan sambil mengusap matanya berulang-ulang. Tapi tetap saja ia tahu dan ia jelas bagaimana wajah temannya.
"Ada apa Jo? Kenapa kamu berteriak seperti itu?" Tanya Hasta merasa penasaran dengan teriakan Jonathan.
"Ya Tuhan!! Dia...dia Rafka Tuan! Dia mantan kekasih Hanin!! Bagaimana bisa dia duduk di kursi roda?! Apa yang terjadi padanya?!" Ucap Jonathan sangat terkejut dengan apa yang di lihatnya.
Mendengar nama Rafka, seketika itu juga Hasta mengingat Rafka kekasih Hanin. Hasta memang tahu nama Rafka tapi tidak tahu betul wajah Rafka.
"Apa yang kamu katakan benar Jo? Apa kamu sangat yakin kalau dia Rafka mantan kekasih Hanin?" Tanya Hasta dengan kulit tubuhnya yang sudah terasa dingin.
"Aku sangat yakin Tuan Hasta, walau saat ini dia duduk di kursi roda tapi aku tidak lupa dengan wajahnya. Aasshh!! Apa Hanin sudah bertemu Rafka di panggung?" Tanya Jonathan menjadi cemas dengan hubungan Hanin dan Hasta kalau Rafka benar-benar akan tinggal di desanya.
Hasta terduduk lemas. tidak tahu harus berbuat apa. Ternyata apa yang di katakan Hanin benar-benar terjadi kalau Rafka kecelakaan. Dan Rafka kecelakaan karena putus dengan Hanin dan sekarang keadaan Rafka benar-benar menyedihkan.
"Apa Hanin akan merasa bersalah saat mengetahui Rafka duduk di kursi roda? Apakah Hanin benar-benar sudah bisa melupakan Rafka? Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan. Aku belum bisa menyatukan Jonathan dengan Hanin, sekarang ada Rafka cinta pertama Hanin. Apa yang harus aku lakukan Tuhan," jerit Hasta dalam hati merasa tidak sanggup lagi dengan takdir yang ia jalani.
"Tuan Hasta, ada apa denganmu Tuan?" Tanya Jonathan dengan tatapan cemas saat melihat Hasta merasa kesulitan bernapas.
"Jo, bisakah kamu membawaku pulang. Aku tidak bisa bernafas dengan baik," ucap Hasta merasakan sakit di dadanya setiap kali dia merasa sedih dan terluka.
"Baiklah Tuan, aku akan memberitahu Hanin dulu Tuan," ucap Jonathan berniat menghubungi Hanin tapi Hasta menahannya.
"Jangan beritahu Hanin, saat ini Hanin akan tampil. Aku tidak ingin acara wisuda Hanin hancur hanya karena aku," ucap Hasta sedikit tersengal-sengal sangat sulit untuk bernapas.
"Baiklah Tuan," ucap Jonathan menuruti kemauan Hasta dan segera memapah Hasta keluar dari gedung.
Di dalam panggung, tubuh Hanin tidak mampu bergerak selain menatap Rafka yang sedang memberikan pidatonya.
Kedua mata Hanin tak lepas dari kursi roda Rafka.
"Rafka, apakah yang aku lihat benar-benar kamu? Jadi apa yang di katakan temanmu benar-benar terjadi padamu. Kamu kecelakaan karena aku dan sekarang kamu duduk di kursi roda? Apa kamu membenciku Rafka?" Tanya Hanin dalam hati dengan air mata mengalir di pipinya.
Entah kenapa dengan melihat keadaan Rafka yang duduk di kursi roda membuat Hanin semakin merasa bersalah.
"Tolong maafkan aku Rafka, tolong maafkan. Aku tidak sanggup bertemu denganmu untuk meminta maaf padamu. Kesalahanku padamu terlalu besar," ucap Hanin menangis lirih benar-benar merasa bersalah pada Rafka.
"Hanin!! Siap-siap ya!" Teriak Aditya dari jauh setelah pidato Rafka selesai.
Mendengar teriakan Aditya, Hanin hanya bisa menganggukkan kepalanya.
Sambil menunggu gilirannya, Hanin mulai terpikir keberadaan Jonathan dan Hasta.
"Ya Tuhan, bagaimana reaksi Jonathan saat melihat Rafka. Jonathan sama sekali tidak tahu bagaimana berakhirnya hubungan aku dan Rafka. Apa Mas Hasta tahu tentang Rafka?" Tanya Hanin semakin mencemaskan semua yang sedang terjadi.
"Ya Tuhan, sebentar lagi aku tampil tidak mungkin aku mendatangi Mas Hasta sekarang," ucap Hanin sambil menggigit bibir bawahnya.
"Hanin! kemarilah! Kamu akan segera tampil," ucap Aditya memanggilnya untuk segera mengikutinya.
"Bagaimana ini? Apakah Rafka sudah pulang? Bagaimana kalau belum? Dan lagu yang aku nyanyikan adalah lagu kesukaan Mas Hasta juga lagi kenanganku dengan Rafka. Apa aku harus meminta ganti lagi?" Tanya Hanin semakin bingung dan cemas dengan keadaan yang benar-benar membuat sesak.
"Hanin, kamu masuk ya. Good luck Nin," ucap Aditya membuka pintu untuk Hanin yang harus tampil.
Dengan perasaan tak menentu Hanin berjalan ke tengah panggung dan mengambil mic yang sudah di siapkan. Beberapa kali Hanin menghela nafas dalam berusaha menenangkan dirinya agar tidak mempermalukan kampusnya.
Musik mulai mengalun dengan indah, dan Hanin terbawa oleh suasana yang mengingatkannya akan Hasta yang jauh darinya.
Perlahan Hanin mengikuti alunan lagu yang ia suka.
Semua penonton bertepuk tangan mendengar suara Hanin yang merdu. Semua terbawa suasana haru yang di ciptakan Hanin.
Pada saat reff kedua masuk, tiba-tiba saja Hanin mendengar suara nyanyian yang suaranya hampir mirip Rafka.
Hanin sangat terkejut ternyata itu benar-benar suara Rafka yang datang menghampirinya dengan duduk di kursi roda.
Semua yang hadir bertepuk tangan sangat keras memberikan pujian pada suara Rafka yang benar-benar indah.
Kedua mata Hanin berkaca-kaca tidak tahu harus melakukan apa.
Setelah Rafka selesai pada bagian reff kedua, Hanin terpaksa melanjutkan nyanyiannya hingga lagunya benar-benar berakhir.
Semua yang hadir di dalam gedung berdiri memberikan tepuk tangan meriah buat Hanin dan Rafka.
Rafka tersenyum melambaikan tangannya pada orang-orang yang hadir.
Menyadari lagunya telah selesai dengan cepat Hanin berlari masuk ke dalam panggung dan menangis lirih.
"Hanin,"
Mendengar suara Rafka memanggil namanya, tubuh Hanin tak bergerak merasakan tulang tubuhnya tidak bisa ia gerakkan.
"Hanin, bagaimana kabarmu?" Tanya Rafka duduk di kursi di belakang Hanin.