"Ternyata apa yang di pikirkan Rafka benar. Terimakasih sudah mengingatkan aku Raf," ucap Hanin dalam hati karena nasihat Rafka hati Hasta tidak terluka.
Setelah selesai membuat surat lamaran, Hanin menyiapkan pakaian kerja Hasta dan meletakkannya di atas tempat tidur.
"Hanin," panggil Hasta tiba-tiba saja sudah ada di belakangnya dengan wajah terlihat segar.
"Sudah selesai mandi Mas? Ini pakaianmu sudah aku kerjakan. Aku mau memberikan surat lamaran ini ke Jonathan," ucap Hanin dengan sebuah senyuman mendekati Hasta.
"Hem...hari ini suamiku terlihat sangat tampan sekali. Apalagi dengan rambut basah seperti ini. Sangat menggoda," bisik Hanin dengan sebuah tatapan yang tergoda kemudian meninggalkan Hasta yang berdiri diam dengan wajah yang merah.
Melihat Hanin keluar kamar, Hasta baru tersadar dari keterpakuannya. Pujian Hanin yang menggoda benar-benar membuat hatinya berdebar-debar bahagia.
Selagi Hasta mempersiapkan diri di dalam kamar, Hanin menemui Jonathan yang sedang duduk sambil membaca koran pagi.
"Jo," panggil Hanin dengan tersenyum.
"Hanin? Di mana Tuan Hasta?" Tanya Jonathan cukup terkejut dengan datangnya Hanin yang sendiri.
"Masih ganti pakaian. Oh ya Jo, nanti kalau kamu ada waktu bisa minta tolong untuk mengantar surat lamaran kerja ini ke Rafka," ucap Hanin sambil memberikan map coklat pada Jonathan.
"Kamu jadi bekerja sama Rafka, Nin? Kamu belum menceritakan padaku tentang pertemuan awal kalian. Bukankah kamu sudah janji padaku akan menceritakan semuanya?" Ucap Jonathan setelah menerima map dari Hanin.
"Ya Jo, kamu tenang saja. Aku pasti akan menceritakan semuanya padamu. Tapi tidak saat ini. Kamu harus bekerja menemani Mas Hasta kan?" Ucap Hanin masih dengan tersenyum.
"Hem...aku tidak tahu, apa yang sebenarnya Tuan Hasta pikirkan. Kenapa tiba-tiba meminta aku bekerja di perusahaannya?" Ucap Jonathan masih penasaran dengan alasan Hasta yang mempekerjakannya.
"Sudahlah Jo, jangan kamu pikirkan. Anggap saja kamu juga membantuku untuk menjaga Mas Hasta. Aku juga tenang kalau ada kamu di samping Mas Hasta," ucap Hanin mengambil hikmah dari keputusan Hasta.
Jonathan menganggukkan kepalanya, tidak berkomentar apa-apa lagi.
"Hem...Hem...kita berangkat sekarang Jo," ucap Hasta yang tiba-tiba datang mengejutkan Hanin dan Jonathan.
"Kamu terlihat semangat pagi ini Mas?" Ucap Hanin mendekati Hasta kemudian membetulkan dasi Hasta yang sedikit miring.
"Aku harus semangat Hanin. Aku tidak akan lagi membuat istriku cemas," sahut Hasta masih merasakan kebahagiaan dengan keputusan Hanin yang tidak menemui Rafka.
"Syukurlah Mas, aku senang kalau setiap hari kamu seperti ini," ucap Hanin sambil mengusap lembut wajah Hasta.
"Aku berangkat dulu ya. Kamu istirahat di rumah," ucap Hasta seraya mencium kening Hanin dengan penuh kebahagiaan.
"Hati-hati di jalan ya Mas. Jo! Jaga Mas Hasta!" ucap Hanin pada Hasta dan Jonathan yang berjalan ke luar rumah.
Mendengar ucapan Hanin yang berteriak padanya, Jonathan hanya mengangkat jari jempolnya ke atas.
Hanin tersenyum melihat kepergian Hasta dan Jonathan yang sudah masuk ke dalam mobil.
Setelah melihat mobil Hasta keluar dari halaman rumah, Hanin pun masuk ke dalam rumah untuk membantu Minah yang sedang memasak di dapur.
"Non Hanin, sebaiknya istirahat saja Non. Jangan kehamilan Nin Hanin dengan baik," ucap Minah saat melihat Hanin terlihat lelah.
"Bi Minah, sepertinya aku mengalami trisemester yang kurang baik. Aku merasa lemas dan ingin muntah kalau mencium bau makanan atau sesuatu yang menyengat," ucap Hanin bercerita tentang apa yang ia rasakan dalam beberapa hari terakhir.
"Benarkah Nin? Kalau itu terjadi, kata orang dulu itu bisa di alami sampai usia kehamilan empat bulan Nin," Tanya Minah dengan tatapan cemas.
Hanin menganggukkan kepalanya. Apa yang di katakan Bibi Minah hampir sama dengan apa yang ia ketahui tapi istilah dalam kedokteran gejala awal kehamilan trimester.
"Aku tidak bisa berlama-lama lagi, aku tinggal dulu ya Bi," ucap Hanin sambil menutup hidungnya bergegas keluar dari dapur dan masuk ke dalam kamarnya.
Di dalam kamar, Hanin mengambil segelas air putih dan meneguknya perlahan.
Setelah menstabilkan rasa mual di perutnya, Hanin berbaring di atas tempat tidur dengan memejamkan matanya.
"Drrrt...drrrt... drrrt"
Hanin membuka matanya saat mendengar suara ponselnya berdering.
Dengan lemas Hanin meraih ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya.
"Aditya?? Ada apa Aditya menghubungiku?" Tanya Hanin dalam hati kemudian menerima panggilan Aditya yang sudah beberapa hari tidak pernah bertemu.
"Hanin, bagaimana kabarmu?" Tanya Aditya setelah sekian lama tidak mendapat kabar dari Hanin karena ia sudah bekerja di rumah sakit kota.
"Baik-baik saja Dit, kamu sendiri bagaimana? Apa kamu sudah bekerja?" Tanya Hanin masih dengan tiduran.
"Aku juga baik Nin. Aku sudah bekerja di rumah sakit kota. Hari ini aku ambil cuti karena teman-teman kita mengadakan syukuran dan kita mengundang beberapa dosen kita," ucap Aditya menjelaskan tujuannya menghubungi Hanin.
Untuk sesaat Hanin terdiam cukup terkejut dengan penjelasan Aditya tentang acara syukuran kelasnya.
"Dit, rencana syukuran ini mendadak atau sudah terencana sebelumnya? Kenapa aku tidak tahu ya?" Tanya Hanin sedikit kecewa dengan ketidaktahuannya.
"Maafkan aku, acara ini memang mendadak Nin, baru lima hari yang lalu kita merencanakan syukuran ini. Aku tidak memberitahu kamu karena kamu hamil jadi aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa. Cukup kamu bisa datang di acaranya saja. Keputusan itu atas persetujuan semuanya. Kamu tidak marah kan Nin?" Tanya Aditya tidak ingin Hanin salah paham.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya terkejut saja karena aku tidak ada persiapan apa-apa. Apalagi sekarang Mas Hasta juga bekerja. Memang acaranya jam berapa Dit?" Tanya Hanin merasa tidak enak sama teman-temannya kalau ia tidak datang.
"Jam sebelas ini. Sekarang aku ada di aula kampus mempersiapkan semuanya. Setelah itu aku pulang sebentar untuk mandi dan kembali ke kampus. Kamu datang kan Nin?" Tanya Aditya berharap Hanin bisa datang walaupun Hasta bekerja.
"Aku usahakan datang Dit. Tapi aku tidak janji ya? Aku harus minta izin dulu pada Mas Hasta," ucap Hanin seraya melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh.
"Baiklah Nin, aku harap kamu bisa datang. Sampai bertemu di kampus Nin. Bye," ucap Aditya mengakhiri panggilannya.
Hanin hanya mengambil nafas dalam kemudian segera menghubungi Hasta.
"Hallo, Mas Hasta," panggil Hanin setelah Hasta menerima panggilannya.
"Ya Nin, ada apa?" Tanya Hasta yang terlihat sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk di mejanya.
"Mas, barusan Aditya menghubungiku. Teman-teman kelasku mengadakan acara syukuran di kampus jam sebelas ini. Apa kamu bisa pulang dan menemani aku ke sana Mas?" Tanya Hanin setelah menceritakan apa yang sudah di ceritakan Aditya padanya.
Untuk sesaat Hanin menunggu suara Hasta, kemudian sedikit lega setelah mendengar suara Hasta lagi.
"Maaf ya Nin, aku tadi masih bicara dengan Jonathan. Sepertinya aku tidak bisa menemani kamu Nin, ada beberapa pekerjaan yang belum selesai," ucap Hasta sambil tersenyum pada Jonathan karena Hasta akan memberi kejutan pada Hanin dengan pulang cepat.