OVER DOSIS

"Ya Tuhan, apa yang terjadi pada anda Den Hasta?" Ucap Rahmat dengan panik menjalankan mobilnya pergi ke rumah sakit.

Sampai di rumah sakit Ngurai, Rahmat segera meminta pertolongan pada Dokter jaga dan menjelaskan riwayat sakitnya Hasta.

Mendengar cerita Rahmat tentang riwayat sakitnya Hasta membuat Dokter jaga berhati-hati saat menangani Hasta.

Tapi pada saat mengetahui keadaan Hasta malam itu, membuat Dokter jaga terkejut.

"Pasien ini sepertinya ingin mengakhiri hidupnya dengan mengkonsumsi obat yang tidak sesuai dengan aturan dokter. Saat ini pasien mengalami overdosis," ucap Dokter jaga pada perawat senior yang sedang membantunya.

"Keadaannya sekarang bagaimana Dok?" Tanya perawat dengan tatapan cemas melihat nafas Hasta yang tersendat-sendat.

"Sangat tidak baik, apalagi dia punya riwayat kerusakan paru-paru dan organ lainnya yang tidak sehat," ucap Dokter jaga merasa pesimis untuk bisa menyelamatkan nyawa Hasta.

"Sebaiknya, pasien kita bawa ke Kota. Kalau tetap di sini, aku tidak yakin pasien akan selamat," ucap Dokter jaga segera memerintahkan perawat senior untuk mempersiapkan Hasta untuk di bawa ke rumah sakit kota.

Dengan cekatan perawat senior dan perawat lainnya memindahkan Hasta di atas brankar lainnya yang akan memudahkan mereka membawa Hasta ke mobil rumah sakit.

Sambil menunggu persiapan pemberangkatan Hasta, Dokter jaga menghubungi Dokter Rafka sebagai penanggung jawab rumah sakit kota.

"Dokter Rafka, barusan ada pasien dengan keadaan yang sulit kami tolong. Sepertinya pasien mengalami guncangan jiwa hingga ingin mengakhiri hidupnya dengan minum obat anti nyeri yang melebihi dosis normal. Karena peralatan di sini kurang memadai, saya minta izin untuk membawa pasien ke rumah sakit anda," ucap Dokter jaga menjelaskan semuanya terutama tentang riwayat sakitnya Hasta.

"Siapa nama pasiennya?" Tanya Rafka sangat terkejut saat mendengar cerita riwayat sakitnya pasien yang hampir sama dengan Hasta.

"Nama pasiennya, Tuan Hasta Narendra," jawab Dokter jaga menyebut nama Hasta sesuai dengan catatan rumah sakit.

"Apa kamu yakin namanya Tuan Hasta?" Tanya Rafka memastikan apa yang di dengarnya.

"Benar Dokter, di catatan rumah sakit nama pasien Hasta Narendra dari desa Ngurai," ucap Dokter jaga dengan pasti.

"Desa Ngurai??" Ucap Rafka mulai ragu saat mengetahui pasien dari Desa Ngurai bukan dari Desanya.

"Dokter, sebaiknya pasien segera di berangkatkan ke rumah sakit kota. Aku akan memberitahu Dokter Irwan untuk segera menanganinya," ucap Rafka kemudian menutup panggilan dari Dokter jaga dan menghubungi Dokter Irwan.

"Selamat malam Dokter Irwan, sebentar lagi ada pasien yang harus di tangani dengan cepat. Besok kalau aku ada waktu aku akan ke sana," ucap Rafka tidak banyak bicara segera mengakhiri panggilannya.

"Ya Tuhan, malam-malam begini ada saja masalah. Bagaimana aku bisa istirahat kalau selalu ada saja kejadian seperti ini," ucap Rafka sambil mengusap keningnya yang basah.

Dengan tubuh yang masih lemas, Rafka kembali berbaring tidur untuk beristirahat.

****

Pagi hari....

Rafka membuka matanya perlahan. Sinar matahari pagi mulai menghangatkan kulit tubuhnya.

Setelah beristirahat semalaman, akhirnya Rafka mulai ada tenaga untuk bangun dari tidurnya.

"Sebaiknya aku mandi air hangat. Aku tidak ingin sakit karena saat ini Hanin membutuhkan aku untuk mencari Tuan Hasta," ucap Rafka dalam hati seraya turun dari tempat tidur untuk segera mandi.

Setelah selesai membersikan badannya dengan air hangat, Rafka berganti pakaian dengan memakai kemeja warna coklat muda.

"Hari ini harusnya Hanin sudah mulai bekerja. Tapi dengan tidak adanya Tuan Hasta mungkin Hanin tidak ingin bekerja. Apa aku harus bertanya padanya?" Tanya Rafka seraya mengambil ponselnya berniat menghubungi Hanin. Namun beberapa detik kemudian Rafka membatalkan niatnya untuk menghubungi Hanin.

"Lebih baik aku minta Jonathan untuk menanyakan keadaan Hanin," ucap Rafka tanpa ragu lagi menghubungimu Jonathan.

"Selamat pagi Jo, apa hari ini kamu kerja?" Tanya Rafka sambil mendorong kursi rodanya ke dekat jendela.

"Baru saja aku mau menghubungimu Raf. Aku berniat mau mengajakmu ke rumah Hanin untuk membicarakan hal penting tentang Tuan Hasta," ucap Jonathan berniat mengajak Rafka untuk mencari Hasta di beberapa tempat yang di beritahu Lurah Mas'ud.

"Hal penting apa Jo?" Tanya Rafka dengan serius.

"Nanti saja aku ceritakan di rumah Hanin. Sekarang kamu siap-siap saja. Aku akan menjemputmu," ucap Jonathan kemudian menutup panggilannya.

Rafka mengambil nafas dalam, kemudian mendorong kursi rodanya untuk mengambil tasnya di atas meja dan keluar kamar untuk menunggu jemputan Jonathan.

Tidak menunggu lama, Rafka melihat mobil Jonathan masuk ke halaman rumahnya.

"Mang, bantu aku masuk mobil," ucap Rafka pada sopirnya yang sedang membersihkan mobil Rafka.

Mamang menganggukkan kepalanya segera membantu Rafka masuk ke dalam mobil Jonathan yang sudah berhenti.

"Apa kamu sudah baikan Raf?" Tanya Jonathan setelah Rafka duduk tenang di sampingnya.

"Sudah mendingan," sahut Rafka dengan singkat.

"Syukurlah," ucap Jonathan merasa lega kalau Rafka sudah baikan.

"Jo, apa yang sudah bilang Hanin kalau kita mau ke sana? Karena kalau menurut kontrak kerja Hanin mulai bekerja hari ini di rumah sakit," ucap Rafka menjelaskan tentang pekerjaan Hanin.

"Untuk sementara waktu apa tidak bisa di undur Raf? Kamu kan atasan Hanin?" Ucap Jonathan dengan serius.

"Aku memang atasan Hanin, tapi yang menentukan mulai kapan masuk kerjanya Hanin ya dari pihak HRD rumah sakit. Aku bisa bantu kalau Hanin membuat surat keterangan kalau masih belum bisa kerja sekarang," jelas Rafka agar Jonathan mengerti posisinya di rumah sakit.

Jonathan menganggukkan kepalanya mengerti dengan penjelasan Rafka.

"Kalau begitu nanti kamu beritahu Hanin saja, Raf," ucap Jonathan dengan pandangan fokus ke depan.

Tidak membutuhkan waktu lama, mereka sudah sampai di rumah Hanin. Jonathan memasukkan mobilnya ke halaman rumah Hanin.

Setelah mematikan mesin mobil, Jonathan keluar dari mobil dan membantu Rafka duduk di kursi rodanya.

Sebelum mereka berdua masuk ke dalam rumah, Hanin sudah menyambutnya dengan dengan wajah terlihat lelah dan kedua mata yang sembab.

"Hanin, apa semalaman kamu menangis?" Tanya Jonathan dengan tatapan cemas.

"Bagaimana aku tidak menangis, aku sangat mencemaskan Mas Hasta. Aku tidak tahu keadaannya. Apakah dia baik-baik saja atau tidak," ucap Hanin dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Hanin tenanglah," ucap Rafka tidak tahu bagaimana cara untuk menghibur Hanin agar tidak sedih.

"Aku sudah berusaha Raf, tapi aku tidak bisa berhenti memikirkan Mas Hasta," ucap Hanin dengan air mata yang sudah tumpah masuk ke dalam rumah dan menangis terisak-isak di kursi sofa.

"Hanin, dengarkan apa yang di katakan Rafka. Dan lagi, ada hal penting yang akan aku ceritakan pada kalian, tentang Tuan Hasta," ucap Jonathan dengan wajah penuh semangat.

Hanin menegakkan punggungnya menatap Jonathan dengan tatapan penuh.

"Cerita tentang Mas Hasta?? Apa kamu kamu sudah menemukan Mas Hasta ada di mana?" Tanya Hanin sambil mengusap air matanya.