MENCARI TAHU

"Cerita tentang Mas Hasta?? Apa kamu kamu sudah menemukan Mas Hasta ada di mana?" Tanya Hanin sambil mengusap air matanya.

Jonathan menganggukkan kepalanya dengan pasti.

"Apa benar itu Jo?" Tanya Rafka ikut merasa senang mendengar kabar baik dari Jonathan.

"Aku kemarin main ke rumah Pak Lurah, dan bertanya tentang rumah-rumah milik Tuan Hasta yang ada di beberapa desa dan ada juga yang di kota. Dari kesemua rumah-rumah milik Tuan Hasta, aku sudah mencari tahu dan aku menemukan beberapa rumah yang pernah di tempati Tuan Hasta," ucap Jonathan menjelaskan cara pencariannya hingga menemukan pada beberapa titik yang kemungkinan Hasta ada di sana.

"Jadi rumah yang di mana yang kemungkinan besar akan di tempati Tuan Hasta sekarang?" Tanya Rafka dengan wajah serius.

"Yang pertama ada di Desa Wiyung di mana Tuan Hasta punya rumah dekat orang tua istri pertama Tuan Hasta. Dan yang kedua Desa Ngurai rumah orang tua Tuan Hasta. Kalau rumah-rumah lainnya hanya investasi dan di kontrakkan," jawab Jonathan sambil menunjukkan catatan yang sudah ia buat.

Saat Jonathan menyebut Desa Ngurai, Rafka terdiam dan mengingat tentang pasien yang namanya Hasta dari desa Ngurai.

"Jo, kamu tadi bilang, kalau Tuan Hasta punya rumah di Desa Ngurai? Apa Tuan Hasta namanya Hasta Narendra?" Tanya Rafka karena tidak mengingat nama lengkap Hasta.

"Ya benar, nama lengkap Mas Hasta adalah Hasta Narendra. Ada apa Raf? Apa kamu ada sesuatu yang kamu tahu?" Sahut Hanin menjawab pertanyaan Rafka pada Jonathan.

"Begini Hanin, tadi malam Dokter jaga dari Desa Ngurai menghubungi aku kalau punya pasien yang sudah kritis namanya Hasta Narendra. Aku tidak berpikir kalau itu Tuan Hasta karena pasien dari Desa Ngurai. Tadi malam pasien itu aku pindahkan ke rumah sakit kota. Aku minta Dokter Irwan untuk menangani pasien itu," ucap Rafka menjelaskan apa yang terjadi semalam.

Detak jantung Hanin seketika terasa mau berhenti setelah mendengar cerita Rafka.

"Rafka, apa pasien itu Mas Hasta? Tapi kenapa keadaannya kritis? Tolong pastikan Rafka, apa benar pasien itu Mas Hasta?" Ucap Hanin dengan air mata berlinang.

"Ya Hanin, akan aku tanyakan. Kamu tenang Hanin, ingat bayi kembar kamu," ucap Rafka dengan tatapan kuatir.

"Jo, tenangkan Hanin. Aku akan menghubungi temanku. Untuk memastikan siapa pasien itu," ucap Rafka seraya mengambil ponselnya untuk menghubungi Irwan temannya.

"Dokter Irwan, di mana posisi kamu sekarang?" Tanya Rafka setelah panggilannya di terima Irwan.

"Aku sekarang ada di rumah sakit Dokter. Pasien yang semalam sampai saat ini belum sadar. Sepertinya pasien ini tidak ada keinginan untuk bertahan," ucap Irwan sekalian menjelaskan tentang keadaan Hasta yang di tanganinya.

"Dokter Irwan, bisa aku minta tolong untuk mengambil foto pasien itu dan kirim padaku sekarang. Dan satu lagi, berikan penanganan yang terbaik. Karena sepertinya pasien itu adalah pasienku di sini," ucap Rafka dengan serius.

"Baik Dokter Rafka, aku akan kirim secepatnya yang Dokter minta," sahut Dokter Irwan setelah mendengar sedikit penjelasan Rafka.

"Terimakasih, aku tunggu ya," ucap Rafka kemudian mengakhiri panggilannya.

Hanin mengambil nafas, menatap Rafka dan Jonathan dengan tatapan sedih.

"Kalau benar pasien itu Mas Hasta, apakah kalian berdua bisa mengantarku ke kota?" Tanya Hanin dengan tatapan memohon.

"Hanin, sebaiknya Rafka yang mengantar kamu. Aku harus bekerja, aku tidak mau mengecewakan Tuan Hasta yang sudah percaya padaku untuk membantunya. Kalau pekerjaanku sudah selesai aku akan ke sana," ucap Jonathan berpikir untuk berbagi tugas karena perusahaan Hasta juga sangat penting. Sedangkan Hanin bisa di temani Rafka yang lebih mengerti tentang sakitnya Hasta.

"Tapi, apa Rafka tidak sibuk di sini?" Tanya Hanin sedikit canggung kalau berdua dengan Rafka.

"Kamu tenang saja Hanin, aku sibuk bisa di mana saja. Lagi pula semalam aku sudah bilang pada Irwan untuk melihat pasien itu. Dan kita pergi ke sana, di antar Mamang karena aku tidak bisa sendiri mengantarmu," ucap Rafka sangat tahu apa yang Hanin pikirkan setelah tahu apa penyebab Hasta meninggalkan Hanin.

"Ting...Ting,"

Tiba-tiba mereka di kejutkan bunyi masuk suara ponsel Rafka.

Dengan cepat Rafka membuka ponselnya dan melihat foto pasien yang di kirim Irwan.

"Hanin, ternyata benar. Ini Tuan Hasta," ucap Rafka seraya mengusap wajahnya memberikan ponselnya pada Hanin. Rafka merasa sedih melihat keadaan Hasta yang ada di ruang ICU.

"Ya Tuhan! Mas Hasta! Apa yang terjadi padamu hingga seperti ini Mas?!!" Ucap Hanin dengan suara tercekat dan air mata yang sudah mengalir deras.

"Rafka, kenapa Mas Hasta sampai di ruang ICU? Apa yang terjadi?" Tanya Hanin di sela-sela isak tangisnya.

"Menurut cerita dari Dokter jaga yang pertama kali menangani Tuan Hasta. Tuan Hasta mengalami overdosis parah. Tuan Hasta minum obat anti nyeri yang sudah berdosis tinggi lebih dari ketentuan Dokter. Analisa terakhir dari Dokter jaga dan Dokter Irwan, Tuan Hasta ingin mengakhiri hidupnya dan tidak ada keinginan untuk bertahan hidup," ucap Rafka menjelaskan dengan sedih pengaruh dari overdosisnya Hasta yang bisa menyerang fungsi otak dan kesadaran Hasta.

"Ya Tuhan! Mas Hasta! Kenapa bisa melakukan hal itu? Kenapa Mas Hasta tidak memikirkan aku sedikitpun," ucap Hanin menangis sedih.

"Tenanglah Hanin, sebaiknya kamu dan Rafka segera berangkat. Siapa tahu dengan kehadiran kamu Tuan Hasta ada keinginan hidup apalagi kalau tahu bayi kembarmu adalah darah dagingnya. Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk kamu memberitahu Tuan Hasta," ucap Jonathan memberikan sarannya pada Hanin.

Hanin mengangkat wajahnya kemudian menganggukkan kepalanya.

"Kami benar Jo, mungkin sekarang waktu yang tepat untuk memberitahu Mas Hasta. Semoga saja Mas Hasta sadar dan aku akan memberitahunya," ucap Hanin seraya menghapus air matanya.

"Sebaiknya kamu bersiap-siap Nin, aku akan memberitahu Mamang untuk bisa ke sini," ucap Rafka pada Hanin kemudian menghubungi Mamang untuk membawa tas kerjanya dan beberapa catatan penting sebelum berangkat.

Setelah Hanin mempersiapkan apa yang ia bawa. Ia keluar menemui Rafka dan Jonathan yang sudah ada di teras rumah menunggu kedatangan sopir pribadi Rafka.

Tidak berapa lama, mobil Rafka sudah terlihat memasuki halaman rumah Hanin.

"Jo, selama aku di kota, sebaiknya kamu tidur di sini. Kasihan kalau Bibi Minah sendiri. Dan lagi biar kamu lebih dekat ke perusahaan," ucap Hanin dengan tatapan memohon agar Jonathan bersedia tinggal di rumahnya.

"Kamu tenang saja Nin, aku bisa ke sini dan pulang ke rumahku juga. Aku akan menjaga Bibi Minah," ucap Jonathan tidak ingin Hanin mencemaskan yang lainnya.

"Kalau begitu aku berangkat dulu," ucap Hanin dengan tatapan sedih berjalan mengikuti Rafka yang di bantu Mamang ke tempat mobilnya.