WebNovelSATRIA61.36%

Sendu

Hujan membasahi bumi menemani malam sepi yang kini Satria alami. Ia menatap sendu ruangan yang tepat berada dihadapannya di temani Sakha yang tengah sibuk dengan ponselnya.

Satria mendongak sesekali mengusap wajahnya secara kasar. Perban yang ia gunakan di kepalanya seolah tak menjadi penghalang untuknya melampiaskan rasa prustasi yang ia rasakan kini.

"Kenapa bisa gini sih Sat?" Tanya Sakha seraya menyimpan ponselnya pada saku celana yang ia gunakan.

"Ada yang celakain kita."

"Siapa? Lo tau orangnya?, atau ciri-ciri orang yang buat kalian kayak gini?"

"Enggak, dan gue gagal selamatin Rye karena..."

Pukkk

Pukulan kecil dari Sakha membuat Satria memalingkan wajahnya dari pintu ruangan Athena dan menatap Sakha dengan tatapan tajam.

"Hehe... lo sih.. di ajak ngobrol tuh liat lawan bicaranya dong."

Satria masih menatap mata Sakha dengan begitu intens nya.

"Pegang janji gue Sakha!" ucapnya begitu dingin dan menusuk.

"Apa?? Mau janjiin apa lo sama gue? "

"Ingat janji gue, Kalau orang yang buat Rye celaka akan mati di tangan gue."

Bagai tersambar petir disiang hari , janji Satria membuat bulu kuduknya merinding. Sakha tau, betapa kejamnya laki-laki di hadapannya ini jika menyangkut orang yang ia sayang.

"Hem.. gue pegang janji lo." Balas Sakha dengan mantap agar tak menimbulkan kecurigaan. Namun, memang sedari awal semuanya telah terbongkar, maka dari itu, Satria takkan memberi ampun pada pria di hadapannya saat ini.

Ceklek

Pintu ruangan terbuka dari dalam dan nampak lah dokter yang keluar dari dalam ruangan seraya berbicara dengan Ily.

"Apakah anak saya akan baik-baik saja dok?"

"Kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk pasien, saya harap keluarga berdo'a untuk membantu kesembuhan pasien."

"Baik dok, terima kasih."

"Sama-sama nyonya , saya permisi."

"Iya, silahkan."

Akhirnya sang dokter pun pergi meninggalkan ruangan Athena.

Dari arah berlawanan seseorang muncul dengan wajah pucat pasih serta menahan rasa sakit di kepalanya. Ia menatap sekitar dan akhirnya mata itu bertemu dengan wanita yang selalu ada dalam bayangannya. Perlahan namun pasti, langkah itu semakin lebar dengan bertambahnya kecepatan sedikit berlari menghampiri Ily.

Grreeppp

Hangat, itulah yang mereka rasakan. Ily diam terpaku akan apa yang ia rasakan kini, tangannya terangkat membalas pelukan dari anak remaja yang sedari tadi memeluknya erat ini.

Tangan halus itu kemudian mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang. Ada apa ini?? lain halnya dengan Sakha yang menatap itu semua dengan api cemburu nya. Dengan segera ia bangkit dan memisahkan Ily dengan anak remaja itu.

"Heh.. apa apaan lo?? Main peluk bunda gue." Sang lawan bicara tak mengeluarkan sepatah katapun. Ily menatap remaja itu dengan pandangan menilai. Tatapan mata itu mirip sekali dengan Tae.

"Kurang ajar lo, berani sentuh bunda gue." bughhh, pukulan itu tiba-tiba melayang begitu saja tepat pada wajahnya.

"Aahhkk... Sakha , cukup nak!" teriak Ily merasa shock akan kelakuan sang putra.

Bugghhh

Bughhhh

Tak hentinya Sakha memukul remaja laki-laki dihadapannya yang kini menatapnya remeh.

Darah yang keluar dari bibir serta hidungnya ia abaikan begitu saja. Matanya menatap dimana Satria berada.

Satu anggukan yang membuat semuanya berbalik. Bughh, bughhh Pukulan itu tepat mengenai perut Sakha dengan kerasnya membuat sang empunya terbatuk.

Ukhhukk... ukhhukk

"Sialan, anak ini ternyata mau jadi penghianat hah... " batin Sakha geram akan apa yang dilakukan laki -laki dihadapannya ini.

Sakha memasukkan satu tangannya pada saku celana seraya memencet tombol 4 sebagai panggilan darurat untuk sang bos, alias Daisy.

"Mawar berduri!" ucapnya dengan tenang namun tatapan matanya semakin menajam.

Ternyata, semuanya memang telah di siapkan oleh Daisy. Setelah mendapat panggilan dari Sakha bahwa salah satu anak buahnya berkhianat, ia segera mengerahkan pasukannya untuk mengepung musuh.

Drap

Drap

Drap

Langkah kaki itu semakin mendekat. Ily dan juga Satria menatap tak percaya akan apa yang dilihatnya kini.

"Ternyata memang sudah terencana ya..." batin Satria seraya mengepalkan tangannya menahan amarah.

"Semoga semua baik - baik saja... aku mohon Tuhan selamatkan anakku"

Sakha gelap mata, ia ingin segera menyelesaikan semuanya dan mendapatkan apa yang ia mau. Perlahan , ia mengeluarkan sesuatu dari saku celana nya.

Pisau lipat itu ia keluarkan begitu saja. Ily menatap Sakha tak percaya. Ada apa dengan anaknya saat ini?? Mengapa Sakha??.

"Bunda, sini." Ucap Sakha dengan nada lemah lembut nya, Saat Ily akan melangkahkan kakinya, anak laki-laki itu menghadang dan membawanya ke arah Satria dan diberi anggukan olehnya.

"Bunda, sini yuk sama Sakha, gak akan Sakha apa apain kok."

"....." Ily tak menjawab, wanita itu kini hanya menatap Sakha dengan pandangan yang sulit terbaca. Dan hal itu membuat Sakha semakin membulatkan tekadnya.

Sakha melangkah maju mulai mendekat dengan perlahan. Ia mulai mengeraskan genggamannya pada pisau yang ia bawa sedari tadi menuju laki-laki yang menjadi penghalangnya.

"Lo harus mati DEWA!!!!" Teriakan itu membuat seseorang didalam sana bergerak cepat hingga.

Jlebbb

"TIDAAAKKKK!!!!" Teriak Satria, Ily dan juga Dewa histeris akan apa yang kini terjadi dihadapan mereka.

Uhhhukkk , darah keluar dari mulut serta perutnya. Tatapan matanya sendu , wajah pucat itu mendekat dan membuat tusukannya semakin dalam. Sakha menatap tak percaya akan apa yang ia lakukan, dengan segera ia mencabut dan melemparkan pisaunya ke sembarang arah.

Grreeepppp, pelukan yang selalu menghangatkan hatinya kini membuatnya teriris.

"Ukhhukk... Sakha akan tetap jadi kakak Rye, Rye sayang kakak uhhuukk. "  Pelukan itu mengendur dengan cepat Sakha menyangganya.

"RYEEEE!!!"

〰〰〰〰〰