BAB V

Hey ada apa denganku ini? Kenapa tiba-tiba aku berkeringat seperti ini!. Ayolah eger, kau bukanlah dirimu yang dahulu, ujarnya dalam hati.

Eger menarik nafas sejenak sebelum dia meneruskan meminum kopinya. Wajahnya menuju kearah jendela, akan tetapi matanya melirik kearah meja resepsionis.

Setelah keempat orang yang diduga teman seangkatannya dulu pergi meninggalkan meja resepsionis untuk cek in kamar. Barulah dia meletakkan cangkir kopi miliknya. Tak lama berselang, fenny menelponnya agar cepat kembali karena kesepian sendiri di kamar. Eger pun segera meninggalkan tempatnya minum kopi saat ini menuju lantai atas.

Setibanya di kamar hotel...

"Kamu kenapa ger? Mukamu sedikit pucat, kau sakit?" Tanya Fenny ketika Eger menutup pintu dan menuju kearahnya.

"Ah.. tidak ko. Aku baik-baik saja, oh yah ini ipadnya," jawab eger.

"Begitu kah.. syukurlah bila kau baik-baik saja," ungkap Fenny sembari bersandar disampingnya.

Sore harinya Eger bersama Fenny pergi keluar untuk melihat-lihat kota Walls.

Mereka pergi mengunjungi beberapa tempat kuliner khas kota dan central oleh-oleh disana. Di perjalanan pulang menuju hotel eger bertemu dengan kakaknya Stevani. Kebetulan Stevani merupakan pemasok sayuran segar di sun hotel tersebut. Saat itu Fenny sudah pergi dahulu ke lobby hotel sedangkan eger baru selesai memarkirkan mobilnya. Di parkiran itulah eger bertemu dengan Stevani kakaknya.

"Kau benar eger adikku kan?", Tanya Stevani yang terkejut dengan perubahan eger.

"Iya ka, ini aku Stevan Boltz Maeger adikmu..."

"Aku hampir saja tak mengenalimu! Ada apa dengan warna rambutmu? Kau mewarnainya?"

"Yah, aku merubahnya sedikit karena", jawabnya sembari tersenyum tipis.

Tak lama saat mereka berdua sedang mengobrol...

📲📲📲

Handphone eger berbunyi... Disitu terlihat nama Fenny memanggil.

"Iya Fenny.. aku masih di tempat parkir nih"

"Yang.. kamu lama banget sih... Aku naik ke atas duluan ya kalo gitu"

"Ohh.. iya.. yaudah, kamu duluan ke atas aja fenn. Nanti bentar aku nyusul ya"

Setelah selesai menjawab telepon tersebut eger kembali menemui Stevani dan melanjutkan kembali percakapan mereka yang sempat tertunda.

Setelah selesai berbincang Stevani pun pergi dengan mobil pickup sayuran miliknya.

Rupanya ayah eger sedang sakit keras dan sangat ingin bertemu dengannya. Mendengar kabar tersebut perasaan eger pun mulai tidak karuan. Bahkan sesampainya di kamar hotel eger masih tampak murung seperti memikirkan sesuatu.

Sadar akan terjadi sesuatu pada Eger. Fenny pun menanyakan apa yang sedang eger pikirkan saat ini.

"Yang.. kamu sejak masuk kesini ko diem aja? Apa Ada masalah dibawah sana tadi?", Tanya fenny sembari menatap wajah eger yang terduduk diam sejak tadi.

"Jadi begini fenn.."

Eger pun menceritakan masalah yang sedang di hadapinya saat ini. Bahwa ayahnya sedang sakit keras dan kebetulan eger belum pulang selama setahun belakangan ini. Eger mengatakan bahwa dia ingin sekali bertemu dengan ayahnya besok pagi yang kebetulan kediamannya tak jauh dari sun hotel.

"Aku tau ini adalah liburan berharga bagimu fenn.. dan aku.. tak enak meminta hal seperti ini di liburan kita. Aku akan segera kembali setelah bertemu dengan keluargaku.. jadi.."

"Shssszz... Jadi jam berapa kita akan berangkat besok?"

"Kita? Maksudmu kau mau ikut denganku?" Eger terkejut.

"Tentu saja, lagipula aku sudah bosan dengan suasana kota."

"Ahh.. begitu yah.."

Keesokan paginya, mereka berdua cek out dari hotel. Saat eger dan keluar dari lobby secara kebetulan mereka berdua berpapasan dengan teman-teman eger sewaktu di universitas dulu.

"Alfonso.. kau lihat dua orang tadi? Aku rasa aku kenal dengan mereka?" Ujar wanita berbaju hijau itu.

"Tentu saja kau kenal Margaret, dia kan salah satu anak pendiri universitas gray kita dulu. Bukankah kau sudah pernah melihatnya di salah satu foto album keluarga grayers. Yah, meski dia bukan dari keturunan langsung sih. Bisa dibilang dia itu adalah anak tiri dari putra pertama keluarga gray. Kau tau sendiri kan, bila semua anggota keluarga gray itu memiliki rambut silver sejak lahir."

"Wahh.. benarkah? Aku baru tau itu. Kau tau banyak ya Al." sambung wanita lainnya.

"Bukan yang wanitanya Alfonso... Aku serasa kenal sama pria disampingnya itu. Kaya teman sekelas kita gak sih, emm siapa yah namanya.. emm Stevan.. yah Stevan kalo gak salah." Pungkas Margaret.

"Stevan Boltz maksudmu?" Potong Luise disela-sela pembicaraan mereka.

"Apaa.. maksudmu Eger anak kampung itu? Gak mungkin lah, mana punya dia koneksi buat bisa jalan sama putri kolongmerat Luise! Jangan ngarang deh akh." balas wanita yang satunya.

"Kenapa net?.. ko Lou shock gitu! Jadi sekarang Lou nyesel udah nolak dia saat masa kuliah dulu!" cibir Luise tertawa jahat.

"Sialan louh yah.. ngatain temen sendiri!" Ujar Janeta sembari menoyor kepala Luise.

_fles back ke jaman Eger kuliah dulu_

Kalian Taulah tempat kuliah gue tuh salah satu kampus elite kalangan orang kaya yang berpendidikan tinggi. Nama gue Janeta Albert, orang-orang biasa panggil gue aneta atau net sebagai panggilan akrab.

Jadi dulu waktu gue kuliah, kebetulan gue satu kelas sama Stevan boltz maeger. Kalian Taulah yah.. dilihat dari penampilannya dia lumayan tampan, badan tinggi ditambah nilai plusnya adalah dia juga salah satu cowok terpintar dari 10 cowok terpintar di kampus.

Alhasil, gue anet mulai terpikat olehnya. Dibeberapa kesempatan gue sempet jalan bareng Stevan. Dilihat dari dekat dia ganteng banget! Setiap dia ngajarin gue mata kuliah yang susah banget jadi terasa gampang banget deh.

Lama-kelamaan gue dan Stevan mulai dekat. Sudah hampir 6 bulan kita pendekatan hingga pada akhirnya kita saling suka satu sama lainnya. Akhirnya, kami pun jadian di bulan ke 7 di semester kedua perkuliahan.

Bagi gue.. dia adalah cowok terperfect yang ditakdirkan Tuhan untuk gue. Sebelum pada akhirnya gue tau, bahwa dia hanyalah mahasiswa beasiswa yang mendapat fasilitas dari keluarga gray.

"Jadi.. sebenarnya.. orang tua kamu hanya seorang petani?"

"Begitulah.. karena kau sudah aku anggap sebagai orang terdekatku dan sekaligus pacarku. Aku bisa banyak sharing ke kamu. Makasih ya kamu sudah ada dalam hidupku net.."

"Ah.. i..iya Stevan"

Saat gue tau kenyataan kesempurnaan yang cacat itu. Hati gue bimbang.. gue memang mencintai Stevan, tapi gue gak sanggup mendapatkan cibiran dari keluarga dan teman gue bila mereka tau gue pacaran sama anak petani. Oleh karena itu.. sebulan setelah gue mendengar pernyataan Stevan tentang silsilah keluarganya. Gue mencari cara untuk putus dengannya.

"Putus?.. kenapa Net?"

"Maaf Stevan.. aku akui aku memang mencintaimu.. tapi aku rasa orang tuaku tak akan menyetujui hubungan kita. Jadi, sebelum itu terjadi, aku ingin kita putus. Aku tak ingin mereka mencemooh orang yang aku cintai di depan mataku. Aku mohon Stevan.. hargai keputusanku, mungkin kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama saat ini, maafkan aku."

Begitulah aku putus dengannya.. Stevan Boltz Maeger mantan kekasihku dulu yang aku tinggalkan karena egoku. Meski dihati ini masih mencintainya. Namun ego ini selalu mengingkarinya!"

"Hoy.. kenapa ngelamun! Ayo jalan Net!" ungkap Luise.

"Ahh iya..iya.. bawel banget sih Luh dasar."

Sementara itu, Eger dan Fenny sedang dalam perjalanan ke kediaman boltz ayah eger yang jaraknya 17 km dari kota Walls.

Meski Fenny mengatakan ingin ikut bersama eger ke kampung halamannya. Namun, tak ada sedikitpun ekspresi rasa ingin itu. Fenny hanya memain-mainkan handphone sejak mereka meninggalkan hotel. Biarpun eger sesekali mengajak fenny mengobrol namun.. dia masih tampak bosan dengan perjalanan itu sampai suasana di mobil terasa hening sekali.

"Kau mau mendengarkan lagu apa?" Tanya eger mencoba membuat suasana menjadi lebih ramai dengan memutar musik.

"Emhh.. apa ajalah yang penting enak di kuping." jawabnya singkat.

"Ahh.. ini bagaimana?" Sembari memutar MP3 di mobil.

"Yah.. boleh."

Sejujurnya.. aku tak tau apa yang harus aku katakan disaat situasi seperti ini. Meski aku sudah pernah pacaran sebelumnya, namun aku masih tak tau apa yang wanita inginkan disaat begini. Hingga pada akhirnya kami saling diam-diam tanpa kata seperti anak SMA yang baru saja pacaran.

Bila dipikirkan lagi.. kok aku ngerasa lucu yah?

Eger tersenyum sembari melihat kearah fenny sejenak dan mengarah ke depan lagi.

Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di kediaman keluarga Maeger. Dikarenakan kedatangan mereka sudah diketahui Stevani kakak Eger. Sebuah kamar khusus untuk fenny pun telah disiapkan untuknya.

Eger dan Fenny berada disana kurang lebih selama dua hari. Meski Fenny tidak merasa betah dengan suasana kampung. Dia mencoba bertahan dengan banyak menghabiskan waktu di kamarnya. Karena sudah terlanjur di kampung halamannya, eger mengajak Fenny jalan-jalan sebentar sebelum pulang di hari kedua.

Dikarenakan jalanan di pedesaan kecil-kecil dan tak bisa dimasuki mobil. Mereka menggunakan sepeda motor untuk pergi jalan-jalan.

Pada awalnya Fenny sedikit menolak bepergian dengan menggunakan sepeda motor. Dia khawatir akan merusak rambutnya yang selama ini sudah dirawatnya. Tapi, karena sore harinya mereka akan pulang ke sun hotel. Fenny sedikit menghiraukan hal tersebut dan ikut pergi jalan-jalan bersama Eger.

Pada awalnya... Aku tidak benar-benar serius ingin bersamanya. Aku menjadikannya kekasihku karena rasa simpatiku padanya. Bila dibandingkan dengan Edrik... Dia jauh berbeda sekali.

Lelaki ini sedikit pemalu denganku! Mungkinkah karena dia berasal dari kalangan bawah ya?.. ataukah karena perjanjian yang kami buat kah?"

Hmm ntahlah... Selama aku masih merasa nyaman.. aku rasa.. aku tidak keberatan seperti ini untuk sementara waktu. Ungkap Fenny dalam benaknya sembari menikmati angin pedesaan yang menerbangkan rambutnya itu.

Keesokan harinya, mereka berdua berpamitan untuk kembali ke kota. Disana terlihat ayah eger tersenyum bahagia karena kedatangan anaknya itu. Tuan Boltz mengucapkan terima kasih pada fenny karena telah menjaga anaknya selama ini dan mengungkapkan bahwa dia senang dengan kedatangan Fenny ke rumahnya.

Perihal keramah tamahan keluarga Eger. Fenny hanya tersenyum tipis dan bersikap normal layaknya orang biasa tanpa melihat perbedaan status sosial mereka. Meski terkadang dalam hatinya masih bertanya-tanya. Sebenarnya.. untuk apa aku melakukan hal ini?"

"Selamat jalan Eger, Nona Fenny datang lagi yaaa." ujar Stevani dan orang tua Eger.

Fenny dan eger pun pergi setelah berpamitan.

Ditengah perjalanan pulang ke hotel Eger mengungkapkan rasa terima kasih nya pada Fenny. Berkat dia.. eger bisa menjadi seperti sekarang ini. Fenny pun membisikan sesuatu pada eger sebelum bersandar di pundaknya.

Anggap saja ini hadiah dariku.. my butler honey...

Eger sontak terdiam dan fokus menyetir kembali ke hotel setelah mendengar ucapan Fenny tersebut.

🏎️🏎️🏎️🏎️🏎️🏎️