Eger terbaring di sofa dengan masih mengenakan setelan jas.
Malam itu.. eger bermimpi.
Dimimpinya, terlihat semuanya hitam .. gelap tanpa cahaya.
Lalu diapun memanggil-manggil ayah dan ibunya. Tak seorang pun menjawab ucapannya.
"Ibu"
"Ayah"
"Kak Stevani"
Kemudian.. secercah cahaya muncul. Eger berdiri dan berjalan menuju cahaya itu. Dilihatnya dua orang wanita berpakaian putih dan hitam dengan wajah yang tidak jelas siapa mereka.
Eger berlari menghampirinya.. namun mereka menghilang bersamaan dengan Kilauan cahaya yang membangunkannya.
Dilihatnya, sesosok wanita sedang menatap wajahnya dari dekat. Perlahan tangannya memegangi kedua pipi Eger sembari tersenyum.
"Kau sudah bangun."
"Aah meski sempat bingung eger mencoba mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya."
Hingga dia mengingat kejadian semalam yang membuatnya membawa Janet pulang kerumahnya. Eger masih terdiam dan mengikuti langkah kaki Janet yang menarik tangannya ke meja makan.
"Bagaimana rasanya? Enak?" Ujarnya menanyakan menu sarapan pagi yang dibuatnya."
"Emh.. ahh ya"
Setelah sarapan selesai Janet membersihkan meja makan dibantu oleh eger. Kala itu dia bertanya pada Janet.
"Sebenarnya, apa tujuanmu yang sebenarnya?"
"Kenapa emang? Apakah menyiapkan sarapan dan membereskan rumah sebagai ucapan terimakasih itu salah?"
"Tidak!! Hanya saja."
Eger bingung harus menjawab apa yang diutarakan oleh Janet dan terdiam dibuatnya.
"Hanya saja apa?"
"Tidak bukan apa-apa. Setelah selesai akan aku antar kau pulang. Aku mau bersiap-siap dulu."
Eger pun memalingkan wajahnya dan pergi ke kamarnya.
Air terus berjatuhan membasahi wajah eger yang menutup matanya. Dia membasuh seluruh tubuhnya dan mendinginkan kepalanya yang cukup panas karena banyaknya pikiran dalam benaknya saat ini.
Usai mandi dia, mengelap semua badannya dengan handuk dan bersiap-siap memakai baju untuk pergi ke kantor hari ini.
Masih tanpa banyak bicara, eger mengantarkan Janet ke hotel tempatnya menginap. Di lobi hotel Janet mengucapkan terima kasih dan berkata "bisakah kita bertemu lagi?".
Eger hanya berkata "hmm mungkin lain kali" dengan senyuman yang sedikit nervous.
"Ahh see you .. hati-hati di jalan Stevan", ujarnya sembari melambaikan tangannya pada eger.
Maafkan aku Janet... Tapi mungkin.. kita tidak bisa bertemu lagi! Karena aku yang sekarang.. sudah milik orang lain!
Eger mengepal tangan kirinya dengan wajah serius saat mengendarai mobil ke arah gray hotel.
Setelah melambaikan tangannya pada eger. Janet berjalan menuju lobi hotel. Disana dia bertemu dengan temannya yang kebetulan melihat Janet diantar oleh eger.
"Hey elu udah gila apa?"
Langkah kaki Janet terhenti dicekal Margaret yang memegang pundaknya.
"Aa..apa maksud lo? Kenapa juga gue menjadi gila. Kalo ngomong yang jelas bisa gak mar?"
"Eger maksud gue! Kenapa elu bisa diantar dia kesini?!"
"Aah.. itu hanya kebetulan aja ko"
"Kebetulan?"
"I..iya.. kebetulan aja ko mar"
"Terus kemarin, kenapa elu gak pulang juga?. Liburan kita jadi ketunda gegara Lou tiba-tiba gak pulang tau gak?"
"Ahh.. maaf deh. Gue tuh kemarin ada urusan. Jadi gak sempet kabarin kalian gitu. Please mar.. maafin gue yah.."
"Huh.. sebaiknya elu juga minta maaf sama Alfonso dan lainnya juga. Karena yang bayar dan atur semua liburan kita kan mereka"
"Iyah.. gue paham ko mar!!!", Ujar Janet sedikit kesal. Tanpa menghiraukan perkataan temannya itu.
"Shinh.. itu anak kenapa sih jadi kayak gitu?"
Sontak dia pun kembali ke kamar hotel mengikuti Janet di belakangnya.
Malam harinya Janet menatap langit kamar hotel yang berhiaskan atap langit. Diantara kamar lainnya kamar yang dipesan Janet dan kawan-kawan adalah kamar hotel paling mewah dengan suith room yang luas.
Meski waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Janet masih membuka matanya dan terbayang kenangan kemarin bersama eger.
Aghh, mungkin aku sudah gila, begitulah ungkapnya dalam benak Janet.
Kenapa tidak? Janet jelas-jelas terbawa suasana dan tak mampu melupakan cinta pertamanya itu. Meskipun dia tau bahwa eger kini sudah bersama wanita lain yang merupakan salah satu wanita bangsawan dari kolongmerat gray.
Tangannya mengepal mengingat kenyataan bahwa eger sudah bersama yang lain.
Bahkan bila dia tidak dengan wanita itu pun... Bisakah dia kembali melihat kearahku?. Setelah apa yang aku lakukan dulu!.
Andai saja...
Andai saat itu aku tak mementingkan egoku?!... Apakah aku .. akan bahagia bersamanya saat ini.
💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢
Pagi telah tiba, tepat tadi malam fenny menelpon eger bahwa dia akan pulang siang ini. Dia pun bersiap untuk pergi ke hotel sebelum menuju bandara untuk menjemput kedatangan fenny.
Pukul 11.30 eger mengendarai mobilnya menuju bandara. Dia pergi dengan masih berpakaian stelan kantor yang belum sempat diganti kala itu. Dikarenakan pukul 12.15 pesawat fenny mendarat di Wigan. Eger memacu mobilnya dengan kecepatan yang tidak seperti biasanya. Meski demikian, dia masih berada dalam kecepatan batas normal. Hingga pukul 12.00 dia sampai di bandara bergegas masuk karena pesawat dari London akan segera mendarat.
Syukurlah.. masih sempat, eger berlari setelah melihat jamnya yang menunjukkan pukul 12.07 saat itu.
Ditengah perjalanan eger tak sengaja melihat Janet dan luis yang sedang beradu debat di sisi kanan bandara dekat boarding pass. Sontak eger pun segera memalingkan wajahnya yang enggan terlibat dengan perselisihan mereka.
Tanpa eger sadari Luis melihat eger melintasi dari kejauhan perdebatan mereka. Dia pun terdiam sejenak hingga pada akhirnya menarik tangan nya dan pergi dari tempat itu.
"Good.. aku suka karena kau tepat waktu menjemputku, ayo kita segera pulang. Aku lelah sekali hari ini", ujar Fenny dengan gaun merah merona dan kacamata hitamnya.
Eger mengantarkan fenny ke kamar hotel untuk beristirahat sesuai apa keinginannya. Seusai mengantar fenny, dia pun kembali ke tempat kerjanya mengurusi beberapa dokumen yang harus dia selesaikan saat itu juga.
Malam harinya di rumah Eger...
Malam itu pukul 10 malam ketika dia baru pulang kerumahnya. Lampu mobil yang menyoroti pagar rumah menampakkan wajah yang tak begitu asing baginya terduduk dengan wajah menunduk di tangga depan pintu.
Setelah dia lihat kembali wanita tersebut adalah janet yang sontak membuatnya terkaget.
"Janet?... Kenapa kau ada disini malam-malam", tanya eger sembari menghampirinya.
Tanpa basa basi Janet memeluk eger dengan tangis haru yang semakin membuat eger bingung.
Mereka pun berbincang di dalam rumah dikarenakan udara dinginnya malam dan takut akan bincangan tetangga akan merebak. Yah meski sebenarnya tetangga juga tidak akan terlalu memperhatikan karena jarak rumah eger berada di ujung kompleks.
Hal yang paling eger takutkan akhirnya terjadi juga. Melihat wanita yang dulunya dia cintai menangis di pelukannya. membuka kembali perasaan yang selama ini dia tutup rapat hingga kini.
Perasaan yang dulu dia pendam karena kehilangan Janet kini membludak ditengah hangatnya peluk kasih itu. Tanpa dia sadari malam itu, mereka berdua telah kembali pada kisah cinta mereka yang dulu.
Eger terbangun di pagi hari dengan memeluk Janet berada disampingnya. Sontak dia terkejut bukan main dibuatnya.
"Astaga"
Eger menelan ludahnya dan terduduk tanpa sehelai baju yang menutupi tubuhnya. Dia pun menuju kamar mandi untuk bersiap pergi ke kantor.
Aku rasa..aku sudah gila! Sejak kapan aku semudah itu tidur dengan wanita. Dan juga, mengapa dia juga semudah itu melakukannya denganku.
Arghhh.. bila Fenny tau ini bagaimana nantinya?!
Ntahlah,..
Lagipula aku ini lelaki! Aku tak bisa mengulang kembali apa yang sudah terjadi. Lagipula, sepertinya aku masih menyukainya. Buktinya, hatiku masih berdebar saat berpelukan dengannya semalam.
Usai membasuh seluruh tubuhnya dia mengambil handuk yang tergantung dan menutupi pinggangnya.
Sebelum berangkat ngantor, Eger mengantar janet ke bandara.
Pada malam hari itu disaat Janet menangis, dia mengatakan pada eger bahwa pernikahannya akan dilangsungkan lusa depan dengan anak pemilik perusahaan jam antik ternama di Canada.
Namun, saat bertemu eger di hotel Wells beberapa waktu lalu. Mengingat kembali kenangan indah mereka saat masa kuliah dulu. Banyak yang Janet sesalkan setelah putus dari eger. Pacarnya saat ini Daniel yang merupakan calon suaminya adalah lelaki sejuta wanita yang memiliki kekasih dimanapun dia singgah. Bahkan saat mereka kencan pun, Daniel masih sempat-sempatnya bermain dengan wanita lain dibelakangnya. Bila bukan karena perusahaan ayah Janet banyak berhutang pada keluarga Daniel. Maka Janet lebih memilih menikah dengan eger kekasih yang dicintainya dulu meski hanyalah seorang anak petani.
Janet sempat akan kabur dari perjanjian pernikahan tersebut dan memilih menemui eger. Namun, saat ini eger sudah berada di sisi wanita lain yang lebih baik dari dirinya yang sekarang. Oleh karena itu dia putuskan untuk sekedar berpamitan dan mengutarakan keluh kesahnya selama ini kepada eger. Janet sangat menyesal tentang apa yang pernah dia lakukan pada eger dulu. Meski dia masih mencintai eger hingga saat ini. Janet menyadari bahwa dirinya tak pantas berada disampingnya disituasi sekarang ini.
"Kau baik-baik saja net?"
"Iyah..aku sudah merasa baikan setelah bersama denganmu untuk sesaat saja, terima kasih."
"Maaf net, andai saja aku bisa menolongmu saat ini.. aku.."
"Sshtt.. sudah.. kau jangan berkata apapun lagi stev. Aku sangat menghargai maksud kebaikanmu namun. Aku sudah cukup bahagia bisa bertemu denganmu"
Dengan ciuman perpisahan terakhir Janet melepaskan eger dari hidupnya saat itu.
~Terima kasih Stevan.. kau akan selalu..
Jadi lelaki teristimewa dalam hidupku~
Pesawat menuju London terbang melintasi angkasa. Eger melambaikan tangannya dan mengucapkan selamat tinggal dalam hatinya.
Usai dari bandara, dia segera menuju ke kantor untuk memulai aktivitasnya kembali.
🤗🤗🤗