Waktu berjalan pasti, malam dan siang silih berganti, begitulah Allah menciptakan segala sesuatu dengan seimbang. Ada malam ada siang, ada laki-laki ada perempuan, ada hitam ada putih, ada baik ada buruk, ada kehidupan ada kematian dan seterusnya semua dalam keseimbangan.
Sausan kini sudah selesai sekolah ditingkat SMP. Sausan bermaksud meneruskan pendidikan di SMK, karena orientasi dari selesai SMK bisa lanjut bekerja. Keluarga Sausan baru saja menyelesaikan pembangunan rumah, rumah permanen yang sederhana dengan 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan dan sebuah dapur serta kamar mandi.
Saudara Sausan perempuan yang ke-1 telah menikah, Kakak laki-laki ke-2 bekerja di Jakarta, Kakak perempuan ke-3 juga bekerja di Jakarta dan Kakak laki-laki Ke-4 bekerja di Kabupaten sebelah. Sausan masih memiliki seorang adik perempuan. Sausan adalah anak ke-5 dikeluarga tersebut.
Mertua dari kakak perempuan Sausan mengadakan hajatan pernikahan, sehingga keluarga Sausan diminta untuk bantu-bantu. Kakak ke-4 Sausan pulang ketika acara hajatan berlangsung untuk ikut membantu, karena yang menikah adalah temannya.
Selang sehari setelah acara selesai, Aa' Sanjay duduk dan meletakkan kepalanya dipangkuan Mamak. "Mak, sisirin rambut!" pinta Sanjay kepada Mamak. Sausan yang melihat kemanjaan Kakaknya hanya merespon dengan mengejek. "Udah gede juga manja, kayak anak kecil aja!". Sausan kemudian berlalu pergi, ada atau tidak ada kakak di rumah terkadang tidak terlalu dibuat peduli oleh Sausan.
Malam pun menjelang, sayup-sayup terdengar orang menangis sambil memanggil nama Mamak. "Pit, Oalah Pit...Pit...anakmu Pit". Teriakan itu benar-benar membuat kami seisi rumah lari ke luar. Mamak gemetaran mendengar kabar yang dibawa. "Sanjay kena tujah, sekarang di rumah sakit". Mamak menangis dan segera pergi dengan Abah ke rumah sakit. Meninggalkan Sausan dan Adik perempuan Sausan.
Sausan merasa dunia seakan berjalan tak seindah harapan. "Aa' ditujah orang, kenapa?siapa? sekarang gimana Aa'!". Sausan merasakan perasaan yang tidak nyaman, hati yang bergetar dan ingin sekali berteriak. Sausan pun berjalan sambil menggandeng adiknya entah kemana, Sausan hanya ingin memastikan Aa' Sanjay baik-baik saja, atau salah dengar.
"Teh, kita mau kemana?, kok Teteh bingung gitu, sedih lagi, tadi kok pada teriak Aa' Sanjai, Ngapa emang?". Sari mengikuti langkah Sausan menuju arah ke rumah Kakak perempuannya yang telah menikah.
"San, mau kemana?, malam begini!". Sapa tetangga yang melihat Sausan berjalan. "Pulang aja, Aa' kamu ga kenapa-kenapa!". Katanya kemudian. "Tapi, Aa' dibawa ke rumah sakit, kalau baik-baik saja pasti dibawa pulang", terus siapa yang tega jahat sama Aa', Aa' selama ini kerja jauh, baru pulang kemarin, kok malah kayak gini to". Sausan menjawab sambil menangis, hatinya sungguh terluka.
Sausan pun akhirnya pulang, karena kakak ke-1 ternyata ikut ke rumah sakit. Sausan menunggu dengan cemas bersama Sari, Sausan mondar mandir di dalam rumah dan sesekali ke luar rumah untuk melihat kepulangan keluarganya.
"hu...hu...hu..." suara tangis dari luar rumah. Sausan merasa lemas seluruh tubuhnya mendengar suara itu adalah suara Mamak. Mamak masuk rumah dengan diikuti banyak tetangga, Mamak pun tak kuat menanggung kepiluan dan akhirnya pingsan. Selang setelah itu, jenazah Sanjay pun sampai di rumah.
Malam ini teramat sangat lama, jenazah Sanjay pulang sekitar jam 11 malam. Malam penuh bintang tapi terasa mendung karena kepergianmu Sanjay untuk selamanya. Sausan sudah tidak bisa berkata, memori memaksa untuk mengulang pertemuan terakhir dan kedekatan dengan sang kakak, pamit pergi kerja, minta disisir Mamak, dan sekarang pergi ga pulang-pulang.
"Yaasiin, wal qur'anil hakim...." Sausan duduk di samping jenazah Sanjay membaca surat Yasin, mengulang-ulang terus surat tersebut hingga pagi, Abah hanya duduk dengan lemas menahan untuk tidak menangis. Sedang Mamak ketika tersadar akan menangis dan kembali pingsan lagi.
Dimana air mata Sausan, habiskah?, tidak, air mata Sausan ditahan untuk tidak terjatuh didepan jenazah Aa' Sanjay dan di depan kedua orang tuanya. Sausan harus kuat agar tidak membuat Mamak semakin kesakitan.
Pagi tiba, setelah pemakaman selesai, Sausan akhirnya bisa menangis ditempat tetangganya. Sebentar, hanya sebentar karena Sausan harus bergegas menemani Mamak yang masih terbaring lemas di tempat tidur.
"Ayo makan Mak, biar kuat, biar bisa nangis lagi". Kata Sausan kepada Mamak, Mamak hanya mengelengkan kepala. "Sudah takdir Mak, sedih boleh tapi ga boleh nyiksa diri, biar Aa' tenang". lanjut Sausan. "Coba Aa' kamu ga usah pulang, pasti ga kayak gini". keluh Mamak. "Ga gitu Mak, ini udah suratan, jalannya emang begini", dimana aja kalau waktunya, pasti pulang". Sausan menjelaskan kepada Mamak. " Tetep syukur Mak, coba kalau ninggal dirantauan, kita malah ga tau kabar, Aa' udah kerasa makanya pingin pulang". lanjut Sausan.
Sanjay adalah korban salah sasaran, malam ketika dia keluar rumah, dia diajak teman-temannya liat orgen tunggal di desa sebelah. waktu itu ada yg memanggil teman disebelahnya, tapi temannya tidak pergi memenuhi panggilan. Sanjay kemudian bermaksud menemui orang tersebut, ketika sampai Sanjay mengeluarkan rokok dan menawarkan rokok kepada orang tersebut, sayangnya dibelakangnya ada yang kemudian menikam menggunakan pisau mengenai punggungnya. Serangan ke dua Sanjay sempat mengelak dan pisau itu mengenai tangan orang yang menikam. kondisi gaduh dan Sanjay berlumuran darah. Sampai mubil bantuan datang membawa Sanjay dan orang tersebut, Sanjai posisinya tengkurap dipangkuan temannya, sedang temannya menutupi luka di punggung Sanjay menggunakan kain. Sanjay sempat berbisik kepada temannya, bahwa yang ikut bersamanya itu adalah salah satu yang menyerang, tapi Sanjay berpesan biar dulu, biar jadi urusan polisi.
Meskipun Sanjay segera dibawa ke rumah sakit, tapi darah yang keluar sangat banyak dan tusukan pisau itu tembus sampai ke paru-paru Sanjay. Sanjay pun menutup mata sesampainya di rumah sakit. Ketika Mamak sampai di rumah sakit, kondisi Sanjay sudah tidak bernyawa. Mamak langsung merosot sambil berpegangan pada hordeng pintu rumah sakit.
Tersangka yang tangannya tergores, akhirnya setelah diobati oleh dokter, segera diintrogasi oleh polisi. Polisi menanyakan motif dan teman-teman yang ikut andil dalam penyerangan Sanjay, mulut diam, polisi langsung membuka perban dan menekan luka tersangka hingga berteriak kesakitan dan akhirnya memberi informasi siapa saja yang terlibat.
Kesalahfahaman antar pemuda gara-gara rebutan pacar yang mengakibatkan terjadi pertengkaran dan ajang balas dendam. Sayang sungguh sayang, Sanjay harus menjadi korban kesalahpahaman. Pulang hendak bermaksud menghadiri undangan pernikahan teman, tetapi pulang untuk mengantarkan nyawa.
Tersangka pengeroyokan akhirnya masuk kepersidangan, dan mereka menjalankan hukuman penjara karena terbukti bersalah telah melakukan rencana pembunuhan.
" Anak orang-orang miskin, tapi kriminal, gimana mau dituntut ganti rugi, ga taunya hidupnya lebih miskin dari kita, lebih melarat". Kata Ana, Kakak ke-1 Sausan. "Biar, ikhlasin saja, sama-sama miskin, biar Allah yang menghukum". Kata Abah kemudian. Terima ga terima mau bagaimana lagi mereka juga tidak bisa bayar denda telah menghilangkan nyawa.
Setiap yang bernyawa pasti merasakan mati, tapi setiap jiwa pasti berharap meninggalkan jasad dalam keadaan Husnul Khotimah. Semoga Sanjay kembali kehadapan Allah dalam sebaik-baik kematian, semoga syahid. Semoga yang ditinggal hanya merasa ditinggal pergi merantau. Sudah 20 tahun yang lalu kisah Sanjay, benar-benar diwaktu yang muda Dia pergi meninggalkan dunia.