Mencintai Dicintai Fitrah Manusia
Setiap Insan di Dunia Pasti Merasakannya
Indah Ceria Kadang Merana
Itulah Rasa Cinta
Berlindunglah Pada Allah
Dari Cinta Palsu
Melalaikan Manusia
Hingga Berpaling Darinya
Menipu Daya dan Melenakan
Sadarilah Wahai Kawan
Hem....hemmm... Sausan bersenandung lagu-lagu nasyid sepanjang mengerjakan aktivitas rumah. Sausan sekarang telah SMK, sekolah Sausan berdekatan dengan SMP tempat Dia belajar sebelumnya.
Selain sekolah Sausan aktif kegiatan ekstrakurikuler. Sausan aktif dalam Rohis , Pramuka dan PMR.
Sausan memiliki seorang teman dekat bisa dibilang sahabat. Rumah mereka sangat dekat, kedekatan rumah dan hati tentunya.
Selain bersama untuk bermain, mereka juga bersama untuk aktif RISMA (Remaja Islam Masjid).
"San kamu suka ya sama Ahmad?". tanya Ning penuh rasa ingin tahu. "Kok tanya seperti itu sih?" jawab Sausan. "Kalau kamu ada hati nanti saya kasih tau ke Ahmad, kayaknya kamu ga ada niat deh buat ngungkapin perasaan kamu". Lanjut Ning. Sausan hanya berfikir sejenak kemudian menatap Ning, dan melanjutkan perkataannya. "Suka, tapi takut, takut kalau rasa ini ga boleh, apalagi pacaran ga boleh".
Ning hanya menghela napas, benar dugaannya bahwa Sausan ada rasa dengan Ahmad. Ning kemudian membujuk Sausan untuk mengkabarkan rasa yang ada dihatinya melalui Ning, karena Ning bisa ceplas ceplos ngomong tidak seperti Sausan.
Ahmad dan beberapa teman RISMA selalu mengantar Sausan dan Ning ketika pulang dari Masjid jika ada kegiatan di Masjid atau undangan pengajian RISMA di Masjid lain.
Kedangkalan ilmu agama dan ketidak hati-hatian dalam bergaul dengan lain jenis tentunya menimbulkan percikan-percikan cinta diantara mereka kaum pemuda pemudi desa, tidak terkecuali Sausan.
waktupun berjalan, Sausan duduk di kelas 1 SMK, Sausan baru sedikit-sedikit mendalami agama lewat kegiatan Rohis di sekolahnya. Sementara kegiatan mengaji di Masjid tetap rutin dilakukan.
Ning pada akhirnya menyampaikan perasaan Sausan kepada Ahmad. Ningpun menyampaikan kembali bagaimana Perasaan Ahmad ke Sausan. Sausan seperti dapat hadiah yang luarbiasa ketika perasaannya disambut.
"San, Saya ga mau kenal kamu kalau kamu ga mau teguran sama Edo dan Ridho!" Ahmad bicara dengan serius dan kemudian pergi begitu saja dari hadapan Sausan. Sausan hanya menarik nafas dalam-dalam menahan detak jantung yang sungguh ga karuan. Edo dan Ridho adalah teman RISMA dan juga sahabat Ahmad. Edo dan Ridho memiliki hati terhadap Sausan, sedang Sausan memiliki rasa terhadap Ahmad. Sausan kesal dengan mereka berdua karena memaksakan Sausan untuk memilih mereka.
Hati Sausan terasa sakit, menyadari apa ini cinta?, sakit. Sausan menulis sepucuk surat kepada Ahmad dan berjanji untuk tetap berteman dengan Edo dan Ridho. Sausan memberi hadiah Al Qur'an kepada Ahmad sebagai hadiah untuk kepergian Ahmad ke pulau Jawa.
Ahmad pergi ke pulau Jawa karena ada kepentingan, dan Sausan tetap beraktifitas seperti biasa dengan hati yang tentunya dijaga untuk tidak terluka.
"San, ini ada surat dari Ahmad untuk kamu". Sausan mendapat surat dari Ahmad, tentunya membuat hati Sausan melambung ke langit, karena surat ini adalah perasaan Ahmad ke Sausan, bahwa Ahmad memiliki rasa kepada Sausan.
"San, Ada yang ingin kami sampaikan ke kamu, tapi kami mohon kamu harus paham, bahwa apa yang kami katakan ini untuk kebaikan kamu". Kata Edo dan Ridho duduk mendampingi Sausan ketika selesai membersihkan Masjid bersama-sama Santri TPA.
Sausan mengangguk dan tentunya bersiap atas berita yang akan disampaikan oleh ke dua temannya. "Ngomong geh, saya dengerin". Hening, Sausan merasa ada yang kurang beres.
"San, sebenarnya selama ini Ning dan Ahmad saling suka". jedaaaar, seperti batu yang menghantam dada Sausan mendengar perkataan mereka. "Selama ini, Ahmad dan kami main ke rumah Ning itu ga sekedar main tapi nganter Ahmad ketemu Ning".
Sausan berkelana, mengingat-ingat setiap kejadian yang dilalui bersama Ning. Ahmad dan teman-teman malam ini mau ke rumah, kamu ke rumah ya San ikut ngobrol. Sampai semua gelagat Ahmad dan Ning yang bertanya tentang perasaan Sausan ke Ahmad.
"Ahmad ada rasa, sepetinya Ning juga suka, tapi orang tuanya ga setuju", ini yang kami tahu dari awal, makanya bingung liat kamu suka sama Ahmad, Kami yang jelas suka sama kamu, kamu malah ga suka". lanjut Edo, Ridho hanya sesekali menatap Sausan yang terlihat kaget dan kecewa.
"Mungkin ini balasan untuk saya karena ga bisa Nerima kalian, saya jadi ikut merasakan yang kalian rasakan, maaf". Sausan kemudian pergi meninggalkan mereka.
Tak ada rasa yang tak menyakitkan ketika tertipu oleh orang yang dipercaya. Ning yang menurut Sausan adalah sahabat sekaligus dianggap kakak tega berbuat demikian.
"Ning, kenapa?, apa persahabatan ini sungguh sangat tidak berharga di mata kamu, sehingga gara-gara cinta kita saling melukai". Sausan menangis di depan Ning, atas apa yang sudah terjadi. Merasa ditipu dan bodoh.
"Saya liat, kamu suka banget sama Ahmad, saya ga tega". Ning memohon agar Sausan mengerti apa yang telah ia perbuat semata-mata untuk Sausan.
"Justru ini sangat menyakitkan, melebihi cinta yang ditolak, saya tertipu, kalian saling suka dan bertemu di depan mata saya, tapi saya ga tau dan semua teman tau!". Sausan benar-benar ga tau jalan pikiran teman-teman. "Apa ini alasan Ahmad pergi ke Jawa?". Sausan bertanya kepada Ning penuh harap jawaban sesungguhnya. "Ya, karena dia bingung, Saya, kamu atau teman-temannya". Ning melanjutkan bahwa kepergian Ahmad sudah diketahui Ning dan apa alasan kepergiannya.
"Ning, jika pun cinta saya bertepuk sebelah tangan, saya ga masalah jika dari awal saya tau dan kamu cerita bahwa kalian saling suka, tapi ini saya tertipu, kamu mengorek hati saya, sehingga saya menumpahkan ke kamu sebagai sahabat dan ternyata ...semua salah kaprah begini". Sausan benar-benar marah atas sikap Ning. "Maaf San, Maaf". Ning hanya bisa berucap itu. " Selalu ada maaf untuk seorang teman, tapi saya dan seterusnya tidak bisa mengganggap kamu sahabat". Kata Sausan, yang kemudian pergi dan meninggalkan kebodohan, cukup sekali malu, cukup sekali rasa diketahui orang lain, cukup sekali tak perlu teman curhat, hanya Allah tempat curhat teraman dan nyaman.
Semenjak saat itu dalam kamus kehidupan sausan, tak ada teman yang katanya seperti sahabat, semua sama hanya sebatas alakadarnya berteman.
waktu berlalu, rasa dihati siapa yang bisa menghapus, berkali dalam do'a yang dipanjatkan untuk ketenangan entah kenapa Ahmad tetap ada disana.
Apakah ini cinta? rasanya sungguh nano-nano