Perjuangan menjaga cinta itu laksana menahan dahaga di Padang pasir. Ingin melepas dahaga dengan meneguk air yang bukan milik kita.
Ahmad dan Sausan seperti pejuang yang menahan dahaga, bertahan untuk tidak meneguk air yang belum tentu diperuntukkan untuk mading-masing. Kedekatan teramat dekat dihati, tapi fisik saling menjaga untuk tidak bersentuhan. Kisah ini dikenang kembali oleh Ahmad ketika cinta mereka kandas tidak menuju pelaminan.
"San, bahkan saya hanya menyentuh ujung jarimu ketika lebaran", selama saya mencintai kamu, kita saling menjaga". itu adalah gurauan Ahmad ketika mereka bertemu tapi hati mereka tidak mungkin bersama.
"San, ikut yuk, sekali ini aja, ikut ke taman di kota". Pinta Ahmad kepada Sausan. "Naik apa?". Sausan keheranan atas permintaan Ahmad. "Naik sepeda, mau ya". Sausan mengangguk, pada akhirnya mereka pun pergi ketaman dengan sepeda. Ahmad menggonceng Sausan dengan semangat.
Perjalanan menuju taman kota kurang lebih 2-3 KM, jalan aspal yang halus memudahkan Ahmad menggonceng Sausan. Sepanjang perjalanan mereka berceloteh ria, sayang belum nikah, Sausan hanya memegangi sedel duduk sepeda.
Tiba di taman kota, sekitar pukul 7 malam, mereka duduk dan beristirahat dipinggir pancuran ditengah taman, sambil menikmati bakso kuah, es, sambil menunggu sholat isya. Tentunya kencarn pertama ini tidak dilewatkan sholat isya berjama'ah di Masjid kota.
"Mad, Apa bener kamu cinta saya"?, saya pingin denger". Sausan memulai percakapan sembari memasukkan kakinya ke kolam pancuran. "San, Apa selama ini kamu ga percaya, sehingga itu yang kamu tanya?" Ahmad balik bertanya kepada Sausan, sambil ganti memberi pertanyaan. "Kamu sendiri gimana?... Ini mah jeruk minum jeruk, ditanya balik tanya, Sausan cemberut.
Hening, Ahmad memainkan air kolam pancuran dengan tangannya. "San, Tentu Saya cinta, kalau ga cinta buat apa saya susah-susah bonceng kamu kesini berat lagi". Ahmad tertawa melihat ekspresi Sausan yang serius mendengar perkataannya. "Jadi Mengayuh sepeda ketaman cinta ini ya kita". Sausan menyela dan mereka tertawa bersama.
Mereka berharap cinta mereka direstui Allah dan bisa bersama hingga ke surganya nanti. Mereka melalui kisah cinta mereka hingga Sausan memasuki bangku kuliah.
Ahmad dengan semangatnya bekerja, menabung bahkan membelikan komputer agar Sausan bisa menggunakan untuk tugas-tugas kuliah.
Kisah cinta ini berakhir disini, ketika hati tak lagi sepaham, ada hal-hal yang di luar kuasa mereka. Sausan menyadari kesalahan ada pada diri Sausan, menghianati cinta Ahmad yang benar-benar tulus mencintai karena hadir cinta baru diantara mereka.
Merekapun berpisah, Ahmad pergi kembali ke Jawa untuk melupakan Sausan. Sausan terpuruk, kepergian Ahmad ternyata menyadarkan bahwa tak ada cinta yang lebih murni. Nasi sudah jadi bubur, kisah mereka hanya sebagai kenangan yang menghiasai romansa percintaan anak muda.
Bukan Sausan jika tidak bisa bangkit, Sausan melanjutkan kuliah dan lambat laut melupakan Ahmad. Ahmad adalah kenangan sosok cinta yang alami tanpa noda -noda. Sepanjang bersama hanya ujung kuku yang sempat saling bersentuhan.
Dalam Diam Kucoba Merajut Asa
Untuk Setetes Kebahagiaan
Agar Kau Dalam Lindungan-Nya
(Do'a yang terpatri pada kaca hiasan, hadiah dari Ahmad untuk Sausan disaat ulang tahun ke 18)